BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pemicu
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang kedokter
diantar ibunya, dengan keluhan kedua payudara sudah tumbuh sejak 3 bulan yang
lalu. Riwayat kelahiran dan dalam kehamilan tidak bermakna. Tidak ada sakit
kepala, penglihatan ganda, maupun muntah. Tidak terdapat riwayat pejanan
terhadap radioterapi, tarauma, atau operasi didaerah kepala. Ibu menarche pada
usia 12 tahun. Tinggi badan ibu 157 cm, tinggi badan ayah 160 cm. Pada
pemeriksaan fisik tampak pasien stabil, cukup aktif, tinggi badan 123 cm, barat
badan 29 kg. Tidak terdapat cafe au lait, maupun kelainan fisis lainnya. Status
pubertas A1M2P1.
1.2
Klarifikasi dan Definisi
1. Pubertas : masa
transisi dari masa anak ke masa dewasa yang
ditandai sehingga munculnya tanda-tanda seksual sekunder dan kemampuan
reproduksi. Periode ini sebagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal,
perubahan fisik, maupun perubahan psikologis dan sosial
2. Menarche : Menstruasi
pertama kali
3. Status pubertas A1M2P1
a. A1 : Pra pubertas
b. M2 : Payudara
dan papila menonjol sebagai bukit kacil, diameter
ariola
c. P1 : Pra
pubertas
4. Cafe au lait : Sebuah
matula yang dibatasi dengan jelas, berwarna cerah,
coklat kegelapan
1.3
Kata Kunci
1.
Status pubertas
2.
Tinggi badan anak
perempuan 123 cm, berat badan 29 kg
3.
Payudara tumbuh
sejak usia 7 tahun
4.
Sakit kepala (-)
5.
Radioterapi (-)
6.
Operasi dikepala
(-)
7.
Trauma (-)
8.
Ibu menarche pada
umur 12 tahun
1.4
Rumusan Masalah
Anak perempuan berusia 7 tahun dengan tinggi badan 123
cm, berat badan 29 kg, memiliki keluhan payudara tumbuh sejak 3 bulan lalu,
dengan status pubertas A1M2P1
1.5
Analisis Masalah
1.6
Hipotesis
Anak usia 7 tahnun mengalami pubertas prekoks akibat
terjadi gangguan pada hormon GnRH
1.7
Pertanyaan Diskusi
1.
Bagaimana Pertumbuhan dan Perkembangan
pada Remaja?
2.
Pubertas
a.
Definisi
b.
Faktor yang mempengarhui
pubertas
c.
Ciri-Ciri Pubertas
d.
Fisiologi Pubertas
e.
Status Pubertas
f.
Sekuens / Tahap-Tahap
Pubertas Normal
3.
Prekoks
a.
Definisi
b.
Klasifikasi
c.
Etiologi
d.
Epidemiologi
e.
Manifestasi Klinis
f.
Patofisiologi
g.
Diagnosis
h.
Tatalaksana
i.
Komplikasi
j.
Prognosis
4.
Pubertas Terlambat
a.
Defenisi
b.
Etiologi
c.
Tatalaksana
5.
Hormon
a.
Defenisi
b.
Fungsi (Umum)
c.
Hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan
d.
Hormon yang mempengaruhi
pubertas
6.
Bagaimana hubungan status
gizi dengan prekoks?
7.
Bagaimana hubungan prekoks
dengan tumbuh kembang anak?
8.
Bagaimana pengaruh
menarche terhadap BB, komposisi, dan resiko terjadinya obesitas pada dewasa?
9.
Bagaimana dampak
psikososial yang timbul pada anak yang mengalami prekoks? (Resiko Pelecehan Seksual)
10. Bagaimana deteksi dini masalah psikososial pada anak
dengan pubertas prekoks?
11. Berapa tinggi badan akhir anak perempuan tersebut
berdasarkan potensi genetik?
12. Bagaimana pengaruh prekoks (sentral/perifer) terhadap
tinggi badan anak?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Remaja
Pada masa
remaja, tumbuh kembang berlangsung sangat pesat baik fisik maupun psikologis.
Selama masa remaja terjadi kenaikan tinggi badan sekitar 20% tinggi dewasa dan
50% berat dewasa. Pertumbuhan pada masa remaja ini berlangsung sekitar 5-7
tahun dengan presentasi tertinggi terjadi selama 18-24 bulan yaitu pada masa
pacu tubuh. Pertumbuhan melambat setelah maturasi seksual tercapai, dan
akhirnya berhenti pada anak perempuan sekitar umur 18 tahun dan pada anak
laki-laki 20 tahun. Sebagian besar pertumbuhan anak perempuan setelah manarche
tidak lebih dari 2-3 inci. Komposisi tubuh juga mengalami perubahan selama masa
pertumbuhan remaja. Pada masa pra-remaja, komposisi lemak tubuh pada anak
laki-laki dan perempuan relatif sama, masing-masing 15% dan 19%. Tetapi pada
masa remaja pertumbuhan lemak anak perempuan lebih pesat, sehingga pada waktu
dewasa menjadi 22% pada perempuan dan 15% pada laki-laki. Sejalan dengan
pertumbuhan fisik yang pesat tersebut, emosional dan intelektual juga
berkembang pesat. Terjadi peningkatan kemampuan berpikir abstrak dan imajinasi.1
2.2
Pubertas
2.2.1
Defenisi
Pubertas
merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh semua manusia dimana
terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh layaknya orang
dewasa dan telah memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh
sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testes) dan
meresponnya dengan menghasilkan berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan
dan perkembangan, fungsi atau transformasi dari otak, tulang, otot, kulit,
payudara, menstruasi dan organ-organ reproduksi lainnya, seperti organ
genitalia (penis dan vagina) dan organ seksual sekunder lainnya (rambut pubis).
Proses ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis manusia secara
sosial yang disebut telah menjadi seseorang remaja.2
2.2.2
Faktor yang mempengarhui pubertas
Kaprio (1995) pada penelitiannya menyimpulkan bahwa
variasi usia pubertas melibatkan 74% genetik dan 26% melibatkan faktor
lingkungan
1.
Genetik
Pengaruh genetik ini bersifat heredo-konstitusional yang
bersifat bahwa bentuk seseorang ditentukan olleh faktor keturunan. Secara mudah
dikatakan bahwa seorang anak akan besar dan tinggi bila ayah dan ibunya juga
besar tinggi. Faktor herediter akan berpengaruh pada cepat pertumbuhan, kematangan
penulangan, gizi, alat seksual dan sistem saraf. Penelitian tentang usia
menarke pada kembar monozygot mengindikasikan bahwa 70-80% variasi usia
pubertas dapat dijelaskan merupakan faktor keturunan.
Palmert dan Beopple (2001) menyatakan bahwa faktor genetik
yang mengontrol variasi usia awitan pubertas nampaknya merupakan suatu
poligenik trait yang kompleks. Dari suatu penelitian yang melibatkan beberapa
pusat penelitian, diketahuinya adanya suatu gen yang berperan sebagai regulator
pubertas. Gen ini adalah gen GPRS54 suatu gen yang mengkode reseptor pasangan
protein G. Peran gen GPRS54 pada sekresi GnRH adalah merupakan suatu determinan
genetik dalam menentukan naturasi seksual. Mutasi gen GPRS54, suatu gen
reseptor kopel yang menyebabkan hipogonadisme hipogonadotropik autosomal
resesif pada manusia dan mencit.3
2.
Lingkungan
Diantara faktor-faktor yang berhubungan dengan standar
kehidupan yang menyebabkan penurunan saat pencapaian pubertas, nutrisi
nampaknya memegang peran kunci. Status nutrisi dinilai secara tidak langsung
melalui pengukuran antropometri. Kondisi nutrisi dipengaruhi kondisi nutrisi
intra uteri dan post natal. Faktor lingkungan non nutrisi meliputi4
a.
Nutrisi
1)
Nutrisi intra uteri
Gangguan yang terjadi intra uteri dan pertumbuhan
postnatal selam periode kritis
pertumbuhan mempunyai akibat jangka panjang terhadap kesehatan remaja. Hal ini
sesuai dengan hipotesis bahwa janin atau bayi baru lahir yang malnutrisi akan
mengalami gangguan metabplisme,hormonal dan cardiac output yang terjadi pada
obesitas, diabetes, dan penyakit jantung bawaan.
Penelitian jangka panjang terhadap bayi berat lahir
sangat rendah (1500 gr) menunjukkan terjadinya tumbuh kejar saat masa
kanak-kanak yang kemudian yang dilanjutkan dengan pertumbuhan yang terlambat
bila di bandingkan dengan bayi berat lahir normal.4
2)
Nutrisi postnatal
a)
Kualitas dan kuantitas
makanan
Kecukupan
pangan yang esensial baik kualitas dan kuantitas sangat penting untuk
pertumbuhan normal. Suatu pengamatan yang dilakukan setelah perang di Jerman
saat terjdi kelaparan , anak-anak mengalami keterlambatan pertumbuhan 10-20
bulan dibandingkan dengan anak-anak tumbuh normal. Pada malnutrisi energi
protein yang berat (kwasiorkor atau marasmus kwasiorkor) terjadi keterlambatan
pertumbuhan tulang, keterlambatan pubertas dan keterlambatan penyatuan epifise
sekitar 1 tahun dibandingkan dengan anak gizi baik.
Frisch
dkk (1970) mengemukakan bahwa diperlukan lemak tubuh pada kadar tertentu untuk
terjadinya pubertas. Lemak diperlukan untuk terjadinya awitan pubertas pada
perempuan minimal 22% dari komposisi tubuh.4
b)
Status gizi
Darvion
dkk (2002) melaporkan bahwa penelitian longitudinal terhadap anak perempuan
usia 5 sampai 9 tahun menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara awitan
pubertas yang terjadi pada umur 9 tahun dengan status gizi ( prosentase lemak
tubuh, indeks masa tubuh dan lingkar panggul) pada usia 5,7 dan 9 tahun.
Qing dan
Karlberg (2001) melaporkan bahwa peningkatan 1 unit IMT pas usia antara 2sampai
8 tahun berhubungan dengan peningkatan usia percepatan pertumbuhan saat
pubertas yaitu + 0,6 tahun lebih cepat pada anak laki-laki dan + 0,7
tahun lebih cepat pada anak perampuan. Peningkatan IMT 1 unit yang terjadi pada
umur 2 samapi 8 tahun berhubungan dengan peningkatan panjang badan 0,23 cm pada
anak laki-laki dan 0,29 cm pada anak perempuan pada periode waktu yang sama.
Pada anak overwaight terjdi pematangan seksual tiga kali lebih cepat.5
c)
Jenis makanan
Jenis
makanan yang dikonsumsi juga berpengaruh terhadap umur awitan pubertas. Anak
perempuan yang lebih banyak mengkonsumsi protein hewani dibandingkan protein
nabati mengalami minarke 2-5 tahun lebih awal, sedangkan anak perempuan yang
mengkonsumsi diit tinggi lemak akan mengalami minarke 1-2 tahun lebih awal.
Fitoestrogen dalam diet mungkin berperan dalam regulasi
pubertas secara langsung maupun tidak langsung. Fitoestrogen juga mempengaruhi
metabolisme hormonal. Fitoestrogen nampaknya menghambat aromatase dan
dehidrogenase enzim 17β-hidroksisteroid tipe 1 dan 5. Jadi efek fitoestrogen
adalah sebagai antriestrogenik. Diet kaya fitoestrogen mungkin memperlambat
pubertas seperti dikemukakan oleh Berkey (2000).4
b.
Non nutrisi
1)
Sosial ekonomi
Perbaikan status ekonomi tampaknya mempengaruhi proses
pubertas. Di Belanda pada abad ke 16-18 menarke dilaporkan terjadi pada usia
14-15 tahun dan jarang sekali terjadi dibawah usia 13 tahun. Pada tahun 1982
terjadi perubahan menarke pada umur 13,4 tahun dan pada survei tahun1980
menerke juga maju menjadi 13,3 tahun dan pada tahun 1997 pada usia 13,1 tahun.
Awal pertumbuhan payudara terjadi pada usia 10,5 tahun 1980 menjadi 10,7 tahun
pada tahun 1997.6
Perubahan ini diperkirakan karena meningkatnya indeks msa
tubuh, seperti pada anak overwaight yang mengalami minarke lebih cepat karena
estrogen yang disimpan pada jaringan lemak
menyebabkan peningkatan
bioaktivitasnya. Di Amerika Serikat terjadi rata-rata pada usia 12,7
tahun dan ini tidak berubah dari periode sebelumnya, hal ini menunjukkan
melambatnya proses pubertas yang terjadi karena
kondisi optimal yang memungkinkan terjadinya pubertas pada usia yang
sesuai dengan potensi genetik telah tercapai.7
2)
Polutan pengganggu sistem
enokrin
Bahan kimia yang mengganggu lingkungan dan sistem
endokrin dan dimana-mana adalah polutan kimia organik jenis hologen persisten:
diklorofenil trikloroetan (DDT) dan poliklorinat bifenil (PCBs) serta bahan
kimia yang serupa dengannya. Paparan 10ng/g bahan DDt dapat memepercepat
terjadinya miarke 0,2 tahun. Bahan tersebut mempunyai efek toksik, beberapa
diantaranya mengganggu sistem endokrin, yang dipengaruhi oleh lamanya laktasi,
pertumbuhan terutama pada umur pubertas dan fungsi teroid.8
3)
Letak geografis
Perbedaan jenis makanan didaerah perkotaan dan pedesaan
masih dijumpai dibeberapa negara Eropa, penduduk di kota lebih banyak
mengkonsumsi jenis makanan sayuran dan buah, daging dan produk berbahan dasar
susu.5
Di negara sedang berkembang perbedaan status sosial
ekonomi dan lingkungan hidup antara desa dengan kota masih menonjol dan
berperan dalam perbedaan awitan pubertas. Di beberapa negara Asia Afrika, dan
Amerika Selatan, terdapat perbedaan usia pubertas anak yang tinggal di daerah
perkotaan dan pedesaan.5
Pada penelitian di Amerika Latin dan Afrika didapatkan
usia pubertas anak yang tinggal di
daerah pedesaan lebih lambat dibanding dengan anak yang tinggal di daerah
perkotaan. Hal ini mungkin disebabkan karena anak didaerah pedesaan mempunyai
status sosial ekonomi dan status gizi yang lebih rendah akibat masih tingginya
angka buta huruf.8
4)
Media komunikasi
Dension dkk (2002) mengemukakan hubungan antara waktu
yang dihabiskan untuk menonton televisi/video dan adanya televisi dalam kamar
tidur dengan prevalensi overwaight (IMT > P 85) menunjukkan bahwa anak yang
meletakkan televisi dikamar tidurnya menonton televisi lebih lama tidur dengan
prevalensi overwaight (IMT > P 85) menunjukkan bahwa anak yang meletakkan
televisi dikamar tidurnya menonton televisi lebih lama (>4,6 jam/minggu) dan
akan mengalami overwaight lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak meletakkan televisi
dikamar tidurnya tanpa pengaruh umur, jenis kelamin, indeks masa tubuh ibu,
pendidikan ibu dan etnik.
Pada penelitian yang dilakukan Brown dkk (2006)
menyebutkan bahwa paparan seksual melalui media televisi mempengaruhi perilaku
seksual remaja. Media komunikasi ini bukan hanya televisi, tetapi juga musik,
film, dan majalah. Efek yang terjadi adalah berubahnya perilaku seksual pada
anak kulit hitam dan anak berkulit putih, berupa precoital behavior dan sexual
intercourse.9
5)
Iklim
Beberapa penelitian memperkirakan bahwa menarke pada anak
perempuan normal lebih sering dimulai pada musim dingin dibandingkan musim
panas, dimana hal ini menggambarkan suatu efek inhibitor dari fotostimulasi.
Tetapi didaerah Arctic, pada musim dingin yang gelap dan dapat dihubungkan
dengan penurunan fungsi hipofisis-gonadal dan penurunan kecepatan konsepsi.
Jadi pengaruh suhu dan cahaya pada aksis reproduksi manusia belum pasti dan
kecil peranannya.4
6)
Infeksi
Infeksi mempengaruhi asupan nutrisi dan kebutuhan gizi
melalui berbagai mekanisme. Dalam suatu periode infeksi akut, respon pertama
tubuh berupa respon fagositik dan pelepasan mediator endogen, yaitu interleukin
in-1 dan interleukin in-2. Interleukin-1 merupakan perantara berbagai aspek
reaksi fase akut selama infeksi yang menstimulasi terjadinya proteolisis,
neutrofilia, berkurangnya kadar besi dalam darah. Interleukin-2 bekerja pada
hipotalamus, menyebabkan terjadinya demam yang meningkatkan basl metabolic
rate, serta menstimulasi peningkatan produksi hormon endrenokortikotropin (ACTH)
oleh hipofisis anterior.
ACTH meningkatkan produksi kartisol oleh kortex adrenal.
Interaksi antara kartisol, hormon pertumbuhan, insulin dan katekolamin
menyebabkan pelepasan asam amino glukoneogenik, terutama dari otot skelet.
Adanya infeksi menyebabkan anoreksia. Jika infeksi menjadi kronik, respon
metabolik menjadi lebih nyata dengan keseimbangan negatif nitrogen, serta
kehilangan masa otot dan berat badan. Penyakit kronik yang disertai berat badan
rendah sering disertai keterlambatan pubertas. Selain itu infeksi pada susunan
syaraf pusat akan mengakibatkan terganggunya aksis HPG, sehingga menyebabkan
keterlambatan pubertas.4
7)
Stressor
Stressor seperti penyakit kronis dan akut dan stres fisik
atau psikis yang berlebihan, dapat menekan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad.
Pada saat perang, dimana terdapat kekurangan makanan dan pelecehan psikis
maupun emosional seperti yang terjadi di Bosnia dan Croatia, diteliti adanya
suatu trend penundaan atau percepatan usia menarke. Beberapa keadaan stres lain
separti kelaparan akan menimbulkan supresi sekresi LH, pada keadaan ini stres
metabolik nampaknya memainkan peran lebih penting dibanding dengan stres psikologis.
Pada kondisi kronis seperti ini sulit untuk memisahkan peranan dari setiap
faktor stres.4
2.2.3
Ciri – Ciri Pubertas
1.
Perubahan
fisis pria pada masa pubertas(10)
a. Pertumbuhan testis
Masa pubertas bermula dengan bertambah
besarnya ukuran testis, rata-rata umur 11,5 tahun, dengan rentang antara
9,5-13,5 tahun. Pengukuran testis dilakukan dengan orkidometer prader, suatu
rentetan ukuran testis yang diberi angka 1 sampai 25. Pada bayi, ukuran
testisny 1, sedangkan pada awal pubertas ukurannya 4, dan pada masa dewasa pada
umumnya di atas 10. Jadi ukuran testis di atas 4 dapat dianggap sudah masuk
dalam masa pubertas (angka tersebut menyatakan volume testis dalam ml).
b.
Pacu tumbuh
Pacu tumbuh tinggi badan (growth spurt)
rata-rata mulai sekitar 13 tahun (antara 10 – 16 tahun) dan rata-rata berakhir
sekitar umur 16 tahun, walaupun sesudah itu masih tumbuh, tapi tidak secepat sebelumnya.
Pertumbuhan tinggi badan pada pria pada umumnya sudah berakhir pada usia 19 –
20 tahun. Untuk memastikan apakah seseorang masih dapat bertambah tinggi dapat
dilihat dari usia tulang dan sela epifisisnya.
c.
Pertumbuhan
penis, rambut pubik, rambut ketiak, dan janggut
Hampir bersamaan dengan pacu tumbuh, penis
dan rambut pubik juga mulai tumbuh. Bentuk penis berubah dari bentuk infantil
ke bentuk dewasa dalam waktu lebih-kurang 2 tahun. Rambut pubik tumbuh bertahap
yang dinyatakan dalam 5 tahap:
1)
P1 belum ada
rambut sama sekali
2)
P2 mulai
tampak rambut halus
3)
P3 rambut
makin kasar dan lebar
4)
P4 sudah
hampir penuh
5)
P5 bentuk
dewasa sampai pusar (diamond shape), biasanya pada umur 15-16 tahun.
d.
Perubahan
suara
Perubahan suara pada remaja pria terjadi
sebagai akibat bertambah panjangnya pita suara yang mengikuti pacu tumbuh
laring.10
2.
Perubahan
fisis wanita pada masa pubertas
a.
Pacu tumbuh
Pacu tumbuh adalah petanda mula masa pubertas
pada anak wanita. Kalau benar – benar tidak diperhatikan, maka pacu tumbuh
tampak mendahului timbulnya tanda seks sekunder. Pacu tumbuh pada umumnya
dimulai sekitar umur 9,5 tahun, dan akan berakhir waktu mendekati usia 15
tahun.
b.
Pertumbuhan
payudara
Pertumbuhan payudara ini berlangsung dalam 5
tahap.
1)
M1 masa
pra-pubertas (infantil)
2)
M2 mulai tampak
penonjolan payudara
3)
M3 pertumbuhan
payudara dan areola
4)
M4 payudara
hampir bentuk dewasa dengan areola cembung
5)
M5 payudara
dewasa dengan adanya haid teratur.
c.
Genitalia
eksterna
Vulva, labia mayora dan minora
berangsur-angsur berkembang menuju ke bentuk dewasa sejak tahap pertumbuhan
payudara.
d.
Haid
Haid merupakan tahap akhir pubertas wanita.
Haid yang pertama disebut sebagai menarche. Dengan sudah berlangsungnya haid
periodik, maka berakhirlah pertumbuhan fisis pubertas anak pada wanita. Secara
biologi proses reproduksi sudah dapat berlangsung. Tinggi badan wanita tidak
akan bertambah banyak lagi sesudah haid berlangsung secara periodik.10
2.2.4
Fisiologi Pubertas
Hormon GnRH (Gonadotropin-Releasing
Hormone) dihasilkan oleh sel dalam nucleus arcuatus, disekresikan dari
eminentia mediana hipotalamus ke dalam sistem portal hipofisis, dan mencapai
reseptor membran pada sel gonadotrop hipofisis serta menyebabkan produksi dan
pelepasan hormon luteinisasi (LH) dan hormone perangsang folikel (FSH) ke dalam
sirkulasi.
Pada perempuan, FSH merangsang produksi estrogen ovarium
dan kemudian pada pubertas menyebabkan pembentukan dan pemelirahan korpus
luteum. Pada laki-laki, LH merangsang produksi testosteron dari sel leydig;
kemudian pada pubertas, FSH merangsang perkembangan dan pemeliharaan tubulus
seminiferus. Selain steroid seksnya, gonad juga menghasilkan inhibin protein.
Sterioid seks dan inhibin menghambat sekresi ginadotropin. Hal tersebut
merupakan bentuk interaksi produk gonad dan GnRH yang memodulasi kadar
gonadotropin serum. Dengan mulainya pubertas, amplitudo lonjakan gonadotropin
dan steroid seks meningkat, mula-mula pada malam hari dan kemudian sepanjang
hari.
Tahapan perkembangan normal perempuan adalah thelarche,
yang kemudian diikuti oleh pubarche dan akhirnya menarche 2-3 tahun kemudian.
Sedangkan pada laki-laki, skortum akan menebal dan diikuti oleh perbesaran
testis (diameter testis > 2,5 cm, volume > 4mL) dan munculnya rambut
pubis. Perbesaran dari testis selama masa pubertas sebagian besar disebabkan
oleh maturasi dari tubulus seminiferus.11
2.2.5
Status Pubertas
Skala tunner berfungsi untuk mengindentifikasi proses
pertumbuhan fisik selama masa pubertas, dalam beberapa tahap. Perubahan yang
diamati dalam skala ini adalah :
1.
Kelamin laki-laki
a.
Tanner 1
Volume testis kurang dari 1,5 ml, ukuran penis kurang
dari 3 cm.
b.
Tanner 2
Volume testis antara 1,6-6 ml, kantong buah zakar
menipis, memerah dan melebar, panjang penis tidak berubah.
c.
Tanner 3
Volume testis antara 6-12 ml, kantong buah zakar makin
membesar, penis mulai memanjang hinggal 6 cm.
d.
Tanner 4
Volume testis antara 12-20 ml, buah zakar membesar &
warnanya makin gelap, penis memanjang hingga 10 cm.
e.
Tanner 5
Volume testis lebih besar dari 20 ml, buah zakar matang
& panjang penis mencapai 15 cm.12
2.
Payudara perempuan
a.
Tanner 1
Tidak ada jaringan payudara, areola atau area yang
berwarna coklat masih mengikuti kontur kulit disekitarnya.
b.
Tanner2
Tonjolan payudara mulai muncul, dengan areola mulai
melebar
c.
Tanner 3
Payudara mulai terangkat, membesar melewati batas , dan
areola terus melebar tapi masih dalam kontur jaringan disekitarnya
d.
Tanner 4
Ukuran payudara membesar dan makin terangkat, areola dan
papilla membentuk gundukan disekeliling payudara
e.
Tanner 5
Payudara menapai ukuran final kedewasaan, areola kembali
mengikuti kontur jaringan disekitarnya.12
3.
Rambut kemaluan (laki-laki
dan perempuan)
a.
Tanner 1
Tidak ada rambut sama sekali.
b.
Tanner 2
Ada terdapat sedikit rambut,panjang,halus, dan berwarna
pucat di pangkal penis maupun buah zakar (laki-laki) atau bibir vagina
(perempuan).
c.
Tanner 3
Rambut makin keriting dan berstektur kasar, area mulai
melebar secara lateral.
d.
Tanner 4
Kualitas rambut sudah seperti orang dewasa, melebar
melewati area pubis tetapi tisak sampai medial paha.
e.
Tanner 5
Area rambut meluas hingga permukaan medial
dari paha.12
2.2.6
Sekuens / Tahap-Tahap Pubertas Normal
1.
Pubertas Pada
Perempuan
Pubertas pada perempuan meliputi mulainya perkembangan (thelarche) dan maturasi payudara dan
mulainya menstruasi (menarche) dan
pembentukan dari periode menstruasi regular. Munculnya rambut pubis (pubarche) berasal dari sekresi pubertal adrenal androgen (adrenarche), meskipun produksi ovarian androgen juga terjadi.
Meskipun rata-rata pertumbuhan yang cepat adalah satu
bukti dari pubertas di perempuan, thelarche
adalah yang biasanya pertama kali terlihat. Rata-rata umur untuk perkembangan
payudara (Tahap-tahap Tanner terhadap payudara 2) pada perempuan, tidak
berpatokan pada ras, adalah sekitar umur 9.5 dan 10 tahun, dengan persentase 5%
perempuan mengalami perkembangan payudara pada ulangtahunnya yang ke-8, dengan
maturitas penuh (Tahap-tahap Tanner 5) pada umur 14 tahun. Jika pola dunia
tentang karakteristik dari pubertas lebih awal dalam beberapa tahun terkahir
tetap digunakan, pola ini merupakan rata-rata yang berkurang. Ada variasi yang
dapat dipertimbangkan pada tempo pubertas, secara umum dengan tempo yang lebih
lambat dengan awal yang lebih cepat, dengan awal dari perkembangan pubertas
yang berhubungan dengan jumlah dari steroid seks.
Karena mereka berbeda, relevan untuk mempertimbangkan
umur dari kelompok ras untuk data yang tersedia yaitu, perempuan kulit putih,
perempuan Amerika Afrika, dan perempuan America Meksiko (Tabel 1.1).
Perkembangan dari payudara dan rambut pubis terjadi, rata-rata, terlebih dahulu
terjadi pada perempuan Amerika Afrika daripada perempuan Amerika Meksiko,
dengan keduanya lebih cepat dibandingkan perempuan kulit putih. Rata-rata umur
dari perkembangan payudara adalah 9.5 tahun, 9.8 tahun, dan 10.4 tahun secara
beraturan. Data yang similar menunjukkan rata-rata umur untuk perkembangan dari
rambut pubis adalah umur 9.4 tahun untuk perempuan Amerika Afrika, 10.4 untuk
perempuan Amerika Meksiko, dan 10.6 untuk perempuan kulit putih.
Data-data diatas menunjukan bahwa patokan dari mulainya
perubahan fisik disaat pubertas pada perempuan kulit putih adalah umur 8 tahun
masih dikatakan relevan, sementara itu umur berdasarkan ras dapat digunakan
sebagai pedoman pada penilaian dari perempuan Amerika Afrika dan Amerika
Meksiko. Secara umum, tidak bisa menyebutkan mulainya pubertas pada umur
sekitar 6 dan 8 tahun sebagai kelompok normal karena ini dapat menyebabkan
kesalah pada idetifikasi kondisi yang mempunyai morbiditas dan terapi yang
harus digunakan.13
Tabel 1.
Mulainya perkembangan dari payudara dan rambut pubis (Tahap-tahap Tanner 2)
pada perempuan di Amerika sekitar tahun 1988 dan 199414
|
Perempuan
Kulit Putih
|
Perempuan
Amerika Afrika
|
Perempuan
Amerika Meksiko
|
Umur rata-rata
(tahun)
|
|
|
|
Payudara
|
10.4
|
9.5
|
9.8
|
Rambut Pubis
|
10.6
|
9.4
|
10.4
|
-2.5 persentil
umur (tahun)
|
|
|
|
Payudara
|
8.0
|
6.6
|
6.8
|
Rambut Pubis
|
8.0
|
6.7
|
7.4
|
2.
Pubertas Pada Laki-laki
Kenaikan ukuran testis (volume testis lebih dari 4 mL
atau panjang 2.5 cm atau lebih) adalah perubahan fisik yang pertama kali tampak
pada laki-laki. Pada rata-rata laki-laki, tanpa memandangan ras, pertumbuhan
dari testis dimulai sebelum ulang tahun ke 12 dan bisa jadi terlihat pada usia
ke 9.5 tahun. Rambut pubis adalah yang paling sering diperhatikan pada saat
pubertas, meskipun pertumbuhan testis mendahului ini. Tahap-tahap Tanner dari
pubertas pria meliputi pertumbuhan genital, maturitas dan adanya rambut pubis
dan perkembangannya. Pada tahap-tahap Tanner pada wanita, tahap 1 adalah
prepubertas dan tahap 2 sampai tahap 4 merupakan tahap progresif pubertas, dan
tahap 5 adalah dewasa.
Tidak ada studi tentang mulai dan perkembangan dari
perkembangan pubertas pria sampai National
Health and Nutrition Examination Survey. Rata-rata umur dan batas awal
didasari dari studi kecil dari Amerika dan studi yang lebih besar dari London.
Data dari National Health and Nutrition
Examination Survey telah memberikan bukti bahwa pubertas pada laki-laki
Amerika Afrika mulai dan berkembang lebih cepat dibanding laki-laki kulit putih
dan Amerika Meksiko. Data National Health
and Nutrition Examination Survey memperhatikan tentang perkembangan rambut
pubis, kriteria yang paling dapat diandalkan , mengindikasikan bahwa batas awal
dan umur rata-rata dari perkembangan tahap Tanner 2 adalah sama dengan yang
sebelumnya telah digunakan untuk laki-laki kulit putih, kurang lebih pada umur
ke 9.5 tahun dan 12 tahum, secara berurutan. Pada laki-laki Amerika Afrika,
Amerika Meksiko, dan kulit putih, umur rata-rata dari mulai dan batas awal umur
kurang lebih pada tahap Tanner 2 terhadap rambut pubis adalah, secara berurutan,
11.2, 12.3, dan 12 tahun. Data untuk tahap Tanner 2 terhadap tahap genital
sangat berbeda dari data sebelumnya yang mana studi lebih lanjut perlu
dilakukan untuk memverifikasi dan untuk memastikan apakah kriteria umur
sebelumnya perlu di perbaharui atau tidak. Pada data untuk perempuan, telah
sempurnanya pubertas menurut National
Health and Nutrition Examination Survey sama dengan data sebelumnya. Jadi,
pubertas secara keseluruhan tidak dimulai lebih awal secara signifikan,
sebagaimana temponya kemnungkinan besar tidak lebih panjang.13
2.3
Prekoks
2.3.1 Defenisi
Pubertas
Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal pada
umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada anak laki-laki. Kondisi ini
terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan pengaruh bahan kimia
dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak
(kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai munculnya tanda-tanda kematangan
organ reproduksi lebih awal dan telah berakhirnya masa pertumbuhan. Pubertas
yang lebih awal ini bisa merupakan bagian dari variasi perkembangan normal
seseorang, namun bisa pula merupakan penyakit atau paparan hormon pertumbuhan
yang tidak normal.12
2.3.2
Klasifikasi
Perkembangan
dini rambut pubis (bulu kemaluan), payudara atau alat-alat kelamin bisa terjadi
dari proses pematangan yang alamiah atau dari beberapa kondisi patologis.
Pubertas Prekoks bisa dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu
1.
Secara alamiah
pubertas dini dapat terjadi dalam berbagai aspek fisik, kondisi ini disebut idiopathic
central precocious puberty atau GnRH-dependent (Pubertas Prekoks
Sentral). Hal ini bisa terjadi parsial ataupun transien. Pubertas sentral
bisa muncul secara dini bila terjadi gangguan pada sistem penghambatan hormon
yang diproduksi otak, atau adanya hamartoma hipotalamus yang memproduksi
sedikit gonadotropin-releasing
hormone (GnRH).
2.
Perkembangan organ
seksual sekunder dipengaruhi oleh hormon steroid yang berasal dari keadaan
abnormal lainnya (tumor gonad atau adrenal, hiperplasi adrenal kongenital dan lainnya). Keadaan ini
tidak dipengaruhi gonadotropin-releasing
hormone (GnRH-independent)
disebut peripheral precocious puberty atau precocious pseudopuberty
(Pubertas Prekoks Perifer).15
2.3.3 Etiologi
Hingga
saat ini penyebab dari Pubertas Prekoks masih belum diketahui secara pasti.
Beberapa hal internal yang dapat menyebabkan terjadinya Pubertas Prekoks adalah
gangguan organ endokrin, genetika keluarga (autosomal dominan), abnormalitas
genetalia (gangguan organ kelamin), penyakit pada otak, dan tumor yang
menghasilkan hormon reproduksi. Namun disamping itu, terdapat faktor psikologis
(emosi) dan stressor lingkungan ekternal yang cukup memegang peranan.
Pada
dasarnya konsep paparan hormon yang paling sering digunakan untuk menjelaskan
penyebab kejadian Pubertas Prekoks pada anak-anak. Sebuah penelitian pernah
menyatakan bahwa seorang anak perempuan yang gemuk atau memiliki body mass
index (BMI) bernilai obesitas seringkali menunjukkan ciri-ciri fisik
terjadinya pubertas dini. Penelitian lain mengungkapkan zat Bisphenol-A (BPA)
yang merupakan bahan baku pembuatan barang-barang dari plastik dan sering
digunakan oleh bayi maupun anak kecil (dot atau botol plastik) dapat menstimulus
peningkatan kadar hormon estrogen yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya
Pubertas Prekoks.15
2.3.4 Epidemiologi
Sangat susah untuk memastikan insidens dan prevalensi
dari pubertas prekoks. Pada studi berdasarkan populasi yang meninjau data dari
Danish National dari tahun 1993 sampai 2001, insidens dari pubertas prekoks
adalah 20 dari 10.000 perempuan dan kurang dari 5 dari 10.000 laki-laki, dimana
batas umur dari diagnosisnya adalah untuk perempuan kurang dari 8 tahun dan
untuk laki-laki kurang dari 9 tahun. Pada 1969 dan 1970, Marshall dan Tanner
mendefinisikan standar perkembangan pubertas normal, dan masih digunakan hingga
sekarang. Ada perbedaan ras dan terjadinya pubertas yang lebih awal pada anak
Amerika Afrika sebagaimana dibandingkan dengan anak non-Hispanic dan anak
Hispanic. Perempuan muda yang diadopsi dari negara berkembang seperti Asia
ketika dipelihara dan dibesarkan di USA dan Eropa dilihat mempunyai insidens
yang lebih tinggi terhadap pubertas prekoks.
Prekoks lebih sering terjadi pada perempuan dibanding
laki-laki (rasio perempuan terhadap laki-laki adalah 23:1), dan hampir 80-90%
dari perempuan yang menderita prekoks adalah idiopatik. Bagaimanapun juga,
dokter harus menegakkan proses penyakit ketika menemukan perempuan dengan
prekoks, apakah sentral atau perifer. Pada perempuan diatas 4 tahun, etiologi
spesifik jarang ditemukan dan pada perempuan yang lebih muda, biasanya terdapat
lesi pada sistem saraf pusat.16
2.3.5
Manifestasi Klinis
Pada anak perempuan, maka tanda-tanda klinis yang
memberikan petunjuk pasti apabila dialami pada usia kurang dari 9 tahun, antara
lain:
1.
Payudara membesar.
2.
Tumbuhnya rambut pubis dan rambut
tipis pada lengan bawah.
3.
Bertambah tinggi dengan cepat.
4.
Mulainya menstruasi.
5.
Tumbuh jerawat.
6.
Munculnya bau badan.
Sedangkan pada anak laki-laki, tanda-tanda
terjadinya Pubertas Prekoks akan muncul saat umur kurang dari 10 tahun meliputi:
1.
Pembesaran testis dan penis.
2.
Tumbuhnya rambut pubis, lengan
bawah dan wajah.
3.
Peningkatan tinggi dengan cepat.
4.
Suara memberat
5.
Tumbuh jerawat
6.
Munculnya bau badan2
2.3.6
Patofisiologi
1.
Pubertas Prekoks Sentral
Pada pubertas prekoks sentral, terjadi aktivasi dini dari
aksis hipotalamus-hipofisis gonad. Hal ini dapat terjadi karena abnormalitas
sistem saraf pusat yang mengganggu keseimbangan antara faktor inhibisi dan
stimulasi yang mengendalikan perkembangan pubertas.17
2.
Pubertas Prekoks Perifer
Pubertas prekoks perifer disebabkan oleh stimulasi hormon
steroid seks. Hormon seks steroid ini dapat berasal dari sumber endogen (gonad
atau ekstragonadal) atau sumber eksogen. Hormon steroid seks endogen diproduksi
secara otonom atau disebabkan oleh gonadotropin yang tidak dihasilkan oleh
hipofisis atau aktivasi reseptor gonadotropin.17
2.3.7
Diagnosis
Evaluasi diagnostik pubertas prekoks dilakukan
berdasarkan fisiologi pubertas dan penyebab yang mendasari atau yang
berhubungan. Pubertas prekoks sentral di diagnosis jika perkembangan pubertas
dan pemeriksaan laboratorium konsisten dengan perubahan progresif aktivasi
aksis hipotalamus – hipofisis – gonad. Evaluasi diagnostic dimulai dengan
mendokumentasikan riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisis, dan evaluasi status hormonal.17
2.3.8
Tatalaksana
Obat yang menjadi pilihan pada pasien prekoks yang
tergantung gonadotropin (GDPP) adalah dengan GnRH agonis, yang mana obat ini
mulai digunakan secara efektif sejak tahun 1981. Sebelum tahun 1981 pengobatan
dengan menghambat pengaruh produksi gonadotropin dengan menggunakan medroksi
progesterone asetat, cyproteron asetat, dan danazol. Semua obat ini menghambat
menstruasi dan menurunkan spermatogenesis, obat ini tidak efektif dalam
mencegah penutupan epifise secara premature dan tidak dapat memperbaiki tinggi
dewasa. Sedangkan efek sampingnya adalah merupakan gambaran efek samping
androgen dan berkembang menjadi gambaran cushingoid. Pemberian infus yang terus
menerus penghambat GnRH terhadap produksi gonadotropin pada reseptor hipofise
terhadap respon GnRH. Sebab obat ini secara biologi menyerupai waktu paruh GnRH
endogen, serta dapat menutup aktifitas GnRH pada hipofise. Sehingga GnRH analog
digunakan sebagai pengobatan pada GDPP. Pemberian GnRH intranasal secara rutin
kurang efektif, dan baru bisa dikatakan efektif jika sesuai dengan pemberian
subkutan apabila diberikan 10-30 kali. Sedangkan efek samping dari pemberian
intranasal berupa iritasi hidung. Pemberian subkutan setiap hari atau
intramuskuler dapat mempertahankan kadar yang konstan dari GnRH analog sampai
beberapa minggu. Efek dari pemberian intramuskuler GnRH agonis dari jenis
leukoprolide lebih baik dari pemberian subkutan setiap hari. Pemberian secara
subkutan dan intramuskuler dari GnRH agonis mempunyai efek samping yang
sedikit. Efek sampingnya dilaporkan berupa eritema, anafilaktik dan selulitis.
Dengan pemberian GnRH agonis akan menyebabkan menurunnya kadar FSH dan LH serta
rendahnya kadar seks steroid.
Pada GIPP (Gonadotropin-Independent
Precocious Puberty) dapat diberikan medroxiprogesteron asetat
(Depo-provera), dapat mencegah menstruasi dan gangguan psikososial pada
perempuan serta tidak berhubungan dengan potensi tinggi akhir. Dosis yang
direkomendasikan adalah 50 mg/bulan, intramuskuler, dosis lebih tinggi dari 400
mg/bulan mempunyai efek samping yaitu cushingoid.18
Tabel 2. Jenis
GnRH agonis yang digunakan untuk pengobatan GDPP18
Nama Generik
|
Cara Pemberian
|
Potensi dibanding
GnRH
|
Buserelin
|
Subkutan
|
20-40
|
|
Intranasal
|
|
Nafarelin
(syneril)
|
Subkutan
|
20-30
|
|
Intranasal
|
|
Leuprolide asetat
(lupron)
|
Subkutan
|
20-30
|
|
Intramuskuler
|
|
Histrelin
|
Intranasal
|
140
|
Deslorelin
|
Subkutan
|
144
|
Decapeptyl
|
Subkutan
|
144
|
|
Intramuskuler
|
|
2.3.9
Komplikasi
1.
Tubuh akan lebih pendek dari teman seumurnya saat mencapai umur dewasa.
Disebabkan karena pertumbuhan
abnormal, di mana pada keadaan awal, pertumbuhannya akan sangat cepat dan tingginya melebihi
teman-teman seumurnya. Namun karena maturasi tulang
dipercepat, begitu pula dengan cakram epifisis yang cepat menutup, sehingga pertumbuhannya juga segera
berhenti sebelum mencapai usia dewasa. Hal ini dapat dicegah saat umur yang sangat muda dengan terapi yang sesuai.
2.
Gangguan masalah sosial, terkait hubungan dengan teman seumur.
Mereka sangat ingin untuk sama dengan teman-temannya, tidak berbeda. Kebanyakan akan mengarah pada keadaan depresi.
3.
Sindrom Polikistik Ovarium.
Pada anak- anak perempuan yang
menarche sebelum umur 8 tahun, sangat memiliki resiko untuk terjadinya gangguan
hormonal ini saat nanti memasuki masa pubertasnya.19
2.3.10 Prognosis
1.
Pubertas prekoks
sentral
Pada pubertas prekoks sentral yang diterapi
dengan GnRHa, prognosis lebih baik jika terapi dimulai lebih dini. Aktivitas poros
HPG pubertal fisiologis akan mulai segera setelah penghentian terapi dan
menjadi sempurna dalam hitungan minggu atau bulan. Pemantauan jangka panjang
menunjukkan bahwa terapi GnRHa tidak mempengaruhi fertilitas maupun fungsi
seksual.20
2.
Pubertas prekoks
perifer
Prognosis sangat ditentukan oleh etiologi dan
terapi terhadap etiologi. Anak dengan HAK (Hiperplasia Adrenal Kongenital) yang diterapi adekuat memiliki prognosis yang
baik, begitu pula dengan pasien hipotiroid primer yang mendapat terapi
substitusi hormon tiroid juga memiliki prognosis yang baik.20
2.4
Pubertas
Terlambat
2.4.1
Defenisi
Pubertas
terlambat adalah tidak ditemukan ciri ciri sekunder pada anak perempuan berusia
13 tahun dan anak laki-laki berusia 16 tahun.32 Namun perhatian perlu diarahkan pada anak remaja yang
mengalami kegagalan perkembangan remaja sepanjang masa pubertas dalam kurun
waktu yang sesuai untuk perkembangan tersebut. Dalam menilai keterlambatan
harus dievaluasi pula tempo keseluruhan proses pertumbuhan dan maturasi.
Pubertas terlambat lebih sering merupakan keadaan yang diturunkan, disebut
sebagai keterlambatan pertumbuhan dan pubertas yang bersifat konstitusional dan
biasanya terdapat riwayat keluarga dengan pubertas terlambat. Pada sebagian
kecil kasus yang penting, keterlambatan tersebut di pengaruhi oleh gangguan
lingkungan maupun kesehatan anak yang bersangkutan. Bila keterlambatan tersebut
tidak dapat diterangkan melaui adaya
riwayat keluarga atau bila tidak ditemukan suatu gangguan harus dilakukan
pemeriksaan terhadap kemungkinan gangguan regulasi pelepasan gonadotropin di
hipotalamus-hipofisis atau gdngguan respon gonadal.21
2.4.2
Etiologi
Penyebab pubertas terlambat pada anak laki-laki dan perempuan
secaragaris besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompokyaitu
1.
Constitutional delay of growth and puberty(CDGP).
Anak dengan CDGP memiliki perawakan pendek, pubertas
terlambat, usia tulang terlambat, namun tidak terdapat kelainan organik yang
mendasarinya. Pasien CDGP dtemukan riwayat keluarga dengan pubertas terlambat
(orang tua atau saudara kandung).Hal ini menunjukkan bahwa factor genetic
berperan dalama witan pubertas.
Anak dengan CDGP lebih banyak mengeluhkan masalah
perawakan pendek di bandingkan pubertasnya yang terlambat. CDGP sebenarnya
tidak memerlukan terapi karena masih merupakan keadaan yang fisiologis. Namun
karena perawakan pendek yang dialami, menyebabkan terjadinya masalah
psikososial, maka anak CDGP akan merasa rendah diri dan merupakan alasan untuk
berkonsultasi dengan dokteren dokrinologi anak.
2.
Hipogonadotropik
hipogonadisme.
Kondisi hipogonadotropik hipogona dini disebabkan oleh
tidak ada atau menurunnya kemampuan hipotalamus untuk mensekresi GnRH atau kegagalan hipofisis
untuk mensekresi LH dan FSH.
3.
Hipergonadotropik hipogonadisme.
Pubertas terlambat tipe hipogona dhipergona dotropik terjadi
akibat kegagalan primer di gonad. Kegagalan untuk mensekresikan hormon steroid
seks merangsang hipotalamus dan hipofisis untuk bekerja lebih keras lagi menghasilkan
GnRH dan gonadotropik sehingga timbul kondisi hipergonadotropik.17
2.4.3
Tatalaksana
Tatalaksana keterlambatan pubertas meliputi pengobatan
pada kegagalan pertumbuhan, perawatan pendek dan terhadap imaturitas psikologik
atau emosional. Pengobatan laki-laki dengan adalah pemberian testoteron
enanthathe atau cypionat. Dosis awal bervariasi
tergantung pada usia dan maturitas pasien dan kecepatan perkembangan
pubertas. Pemberian dosis tinggi dapat menstimulasi perkembangan
lebih cepat dan sebaliknya dosis rendah dapat menstimulasi perkembangan
lebih lambat. Testoteron diberikan dalam bentuk injeksi intramuskular
dengan dosis antara 50-100 mg setiap 4 minggu selama 4-6 bulan.
Dosis penuh testoteron tidak boleh melebihi 100 mg/ minggu,
diberikan dalam interval 2 minggu atau 3 minggu. Injeksi
400 mg setiap 4 minggu tidak direkomendasikan.1 Efek pengobatan biasanya
sudah terlihat setelah 1 bulan pengobatan. Keberhasilan pengobatan
dapat dinilai secara klinis dan laboratoris. Setelah 1 bulan
pengobatan biasanya mulai terlihat peningkatan maturasi seksual atau
peningkatan skala Tanner. Pengobatan lain adalah pemberian oxandrolon
dengan dosis 0,05 – 0,1 mg/kgBB/hari selama 3 – 6 bulan atau fluoxymesteron
dengan dosis 2 – 3 mg/m2/hari selama 3 – 6 bulan. Fluoxymesteron merupakan
androgen oral sintetik. Pemberian HCG dengan dosis 500 – 1000 unit
intramuskular 3 kali seminggu selama 1 – 2 bulan juga direkomendasikan. Terapi
HCG hanya diberikan jika fungsi sel leydig normal.
Pada anak perempuan pengobatan awal dengan pemberian
estrogen dosis rendah selama 6 – 12 bulan. Estrogen dosis rendah yang diberikan
adalah premarin 0,3 mg/hari atau ethinyl estradiol 0,02 mg/ hari atau
0,05 mg secara transdermal 1-2 kali seminggu sudah memadai sebagai terapi awal.
Sebagai alternatif pemberian estrogen harian atau bentuk transdermal selama 3
minggu pertama (21 hari) dilanjutkan dengan pemberian progresteron 10 hari.
Progresteron yang diberikan adalah medroxyprogesteron 5 atau 10 mg/hari
atau norethinedrone 5 mg/hari. Dosis estrogen dapat bervariasi
tergantung dari kecepatan atau perkembangan pubertas. Dosis ethinyl
estradiol 0,02 – 0,10 mg/hari, konjugate estrogen 0,3 – 1,25 mg/hari atau
bentuk transdermal 0,05 atau 0,10 mg/hari.1 Pendekatan psikologik
diperlukan pada kasus yang mengalami gangguan psikologik. Dukungan psikologik
diperlukan untuk meningkatan kepercayaan diri. Orang tua juga harus diberikan
dukungan psikologik, serta hubungan orang tua anak harus lebih ditingkatkan.22
2.5
Hormon
2.5.1
Defenisi
Hormon merupakan suatu zat kimia yang disekresikan oleh sel spesifik ke
ruang ekstraseluler kemudian masuk ke aliran darah dan bekerja pada organ
target yang spesifik.17
2.5.2
Fungsi Umum
Kata hormon diturunkan dari kata Greek hormao yang artinya “Saya tertarik atau terunggah”. Hormon
mengkomunikasikan efeknya melalui struktur kimia yang unik yang dikenali oleh
reseptor spesifik di sel target, dengan pola sekresinya dan konsentrasinya di
sirkulasi general atau lokalisa
Fungsi
dari hormon dapat secara luas dikelompokan menjadi beberapa kategori:
reproduksi dan diferensiasi seksual; pertumbuhan dan perkembangan; pemeliharaan
dari lingkungan internal; dan regulasi dari metabolisme dan supplai nutrisi.
Satu hormon dapat memengaruhi satu atau lebih dari fungsi datas dan setiap
fungsi dikontrol oleh beberapa hormon. Contohnya, hormon tiroid esensial untuk
perkembangan dan banyak aspek dari homeostasis dan metabolisme, sedangkan
glukokortikoid, seperti kortisol, penting untuk pertumbuhan dan supplai nutrisi
dan juga modulator dari fungsi imun. Peran beberapa hormon memainkan satu
fungsi dicontohkan dengan kontrol dari glukosa darah yang mana meliputi peptida
insulin pankreas dan regulator hormon berlawanan, glukoagon, kortisol, hormon
pertumbuhan (GH) dan epinefrin. Hormon bekerja bersama-sama dan demikian, suatu
abnormalitas di variabel kontrol, seperti konsentrasi glukosa darah dapat
disebabkan dari defek di kontrol dari satu dari beberapa hormon.23
2.5.3
Hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan
1.
Growth Hormone (GH)
GH merupakan suatu polipeptida yang
merangsang pertumbuhan, dihasilkan oleh sel somatotrof di hipofisis anterior.
Sekresi GH dimodulasi oleh kadar dan bahan bakar metabolik
(Protein,lemak,karbohidrat) dalam plasma . Pada orang yang mengalami
hiperglikemia, terjadi penurunan sekresi GH, sebaliknya bila tubuh dalam
keadaan hipoglikemia maupun terjadi peningkatan kadar asam amino arginin dalam
darah, maka akan terjadi peningkatan sekresi GH, namun apabila kadar asam lemak
dalam darah meningkat, maka respon GH akan berkurang terhadap peningkatan
arginine dan penurunan mendadak glukosa.17
2.
Insulin-like growth factors (IGF)
IGF ada 2 jenis, yaitu IGF-I (somatomedin-C)
dan IGF-II ( somatomedin-A ). Keduanya berperan dalam pembelahan sel. IGF
memiliki homologi structural dengan pro-insulin dengan aktivitas mirip insulin.
IGF-I Memiliki respon yang sama seperti respon suatu sel terhadap insulin namun
dengan konsentrasi yang lebih rendah dan lebih fisiologis, Sehingga IGF-1
memiliki potensi yang lebih besar daripada insulin dalam mendorong pertumbuhan.
Dihipotalamus, IGF-1 menghasilkan GHRH yang merangsang somatotrof di Hipofisi
anterior mengeluarkan GH, serta menghasilkan GHRIH (somatostatin) yang
menghambat pengeluaran GH, sehingga bila tubuh mengalami defisiensi
somatostatin akan mengalami gigantisme(pertumbuhan abnormal dimana ukuran tubuh
lebih besar dari orang normal.17
3.
Tiroid
Tiroid berasal dari asam amino tirosin. Ada
dua jenis, T3(Triiodotironin) dan T4(Tetraiodotironin). Tiroid diuraikan dihati
, ginjal, serta otot. Sekresi tiroid tergantung TSH ( Tyroid Stimulating
Hormon), Sedangkan TSH dipacu oleh TRH di hipotalamus. Pada otot, tiroid
meningkatkan penyerapan glukosa oleh otot,merangsang pembentukan protein,
sehingga pertumbuhan otot meningkat, serta meningkatkan glikolisis otot.
Sedangkan pada pancreas dapat meningkatkan kepekaan sel B pancreas terhadap
rangsangan untuk mendorong sekresi insulin. Bila mengalami defisiensi hormone
ini akan mengalami kreatinisme (tubuh kerdil).17
2.5.4
Hormon yang
mempengaruhi pubertas
1.
Perempuan
Perubahan endokrin yang
terjadi selama pubertas :
a.
Hormon pelepas-gonadotropin (GnRH)
GnRH
dihasilkan oleh hipotalamus, yang disekresikan dalam waktu yang singkat
rata-rata sekali setiap 1-3 jam. GnRH akan merangsang kelenjar hipofisis
anterior untuk meningkatkan produksi gonadotropin, yaitu LH dan FSH.24
b.
Hormon gonadotropin (FSH dan LH)
1) Pengaruh gonadotropin
terhadap ovarium.
FSH dan
LH akan merangsang sel target ovarium dengan cara menempel pada reseptor yang
sangat spesifik pada membran sel. Reseptor yang sudah diaktifkan selanjutnya
akan meningkatkan laju kecepatan sekresi dari sel sel ini, sekaligus
pertumbuhan dan proliferasi sel. Selanjutnya FSH dan LH akan merangsang
produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium.
2) Pengaruh gonadotropin
terhadap ovum.
Pada
saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum dikelilingi oleh sel
granulosa, dan ovum beserta lapisan sel granulosanya disebut dengan folikel
primordial. Sepanjang masa kanak-kanak sel granulosa ini diyakini memberi
makanan untuk ovum dan menyekresikan suatu faktor yang menghambat pematangan
oosit, yang membuat ovum tetap dalam keadaan primordial dan tidak dapat melalui
fase profase pembelahan miosis. Pada saat pubertas, pada waktu kelenjar
hipofisis anterior mulai menyekresikan FSH dan LH, seluruh ovarium beserta
folikelnya mulai tumbuh. Diameter ovum meningkat menjadi dua sampai tiga kali
lipat yang diikuti pertumbuhan sel-sel granulosa tambahan menjadi folikel
primer. Kemudian folikel primer akan berkembang menjadi folikel antrum, folikel
vesikular dan akhirnya menjadi folikel yang matang.24
c.
Hormon Ovarium : Estrogen dan Progesteron
1)
Fungsi Estrogen
Fungsi
utama dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan
jaringan lain yang berkaitan dengan organ reproduksi.
a)
Efek pada uterus
dan organ kelamin luar perempuan
Pada
pubertas, jumlah estrogen yang disekresi meningkat sampai 20 kali atau lebih.
Pada saat ini, ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina membesar dengan
deposisi lemak pada mons pubis dan labia mayora dan disertai pembesaran labia
minora.
b)
Efek pada payudara
Estrogen
menyebabkan perkembangan jaringan stroma payudara, pertumbuhan sistem duktus
yang luas, dan deposit lemak pada payudara. Estrogen juga berperan pada
pertumbuhan karakteristik dan penampilan luar dari payudara perempuan dewasa.
c)
Efek pada tulang rangka
Estrogen
menyebabkan aktivitas osteoblastik, sehingga laju pertumbuhannya menjadi cepat
selama beberapa tahun. Tetapi estrogen juga menyebabkan terjadinya penutupan
awal lempeng epifise, sehingga pertumbuhan perempuan biasanya terhenti beberapa
tahun lebih cepat dari pertumbuhan laki-laki.
d)
Efek pada penyebaran rambut.
Estrogen
tidak terlalu mempengaruhi penyebaran rambut, tetapi rambut akan bertumbuh pada
daerah pubis dan dan aksila sesudah pubertas
2) Fungsi Progesteron.
a)
Efek pada uterus
Fungsi
progesteron yang paling penting adalah untuk meningkatkan perubahan sekretorik
pada endometrium uterus.
b)
Efek pada payudara
Progesteron
meningkatkan perkembangan dari lobulus dan alveoli payudara, mengakibatkan
sel-sel alveolar berproliferasi, membesar dan menjadi bersifat sekretorik.24
2.
Laki-Laki
Perubahan endokrin pada
pubertas
a.
Hypothalamic Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH)
GnRH
adalah sebuah suatu peptida 10 asam amino yang disekresikan oleh neuron-neuron
yang sel-sel induknya terletak dalam nukleus arkuatus dari hipotalamus. Bagian
ujung dari neuron-neuron ini berakhir terutama dalam eminensia mediana dari
hipotalamus, tempat neuron-neuron tersebut melepaskan GnRH ke dalam sistem
pembuluh porta dan merangsang pelepasan dari 2 jenis gonadotropin.
GnRH
disekresi secara intermiten selama berapa menit setiap 1 sampai 3 jam.
Intensitas perangsangan hormon ini ditentukan dalam 2 cara oleh (1) oleh
frekuensi dari siklus sekresi dan (2) oleh jumlah GnRH yang dilepaskan pada
setiap siklus. Sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior juga merupakan suatu
siklus, yaitu sekresi LH hampir selalu mengikuti pelepasan bertahap dari GnRH. Sebaliknya,
peningkatan dan penurunan sekresi FSH hanya sedikit mengikuti fluktuasi sekresi
GnRH; di samping itu, sekresi FSH berubah lebih lambat setelah beberapa jam
sebagai respons terhadap perubahan jangka panjang dari GnRH. Karena hubungan
antara sekresi GnRH dan sekresi LH yang jauh lebih dekat, GnRH juga telah
dikenal dengan secara luas sebagai hormon pelepas LH.(25)
b.
Pituitary Gonadotropins
Kedua hormon gonadotropik, LH dan FSH,
disekresikan oleh sel-sel yang sama, disebut gonadotropin, dalam kelenjar
hipofisis anterior. Bila tidak ada GnRH dari hipotalamus, gonadotropin dalam
kelenjar hipofisis tidak menyekresikan LH atau FSH.
LH dan FSH adalah glikoprotein, akan tetapi
jumlah karbohidrat yang berikatan dengan protein dalam molekul sangat
bervariasi di bawah keadaan yang berbeda-beda, yang dapat mengubah kemampuan
aktivitas. Baik LH dan FSH mengeluarkan pengaruhnya pada jaringan target di
dalam testis terutama melalui aktivasi sistem second messenger cyclic adenosine monofosfat, yang selanjutnya akan
mengaktifkan sistem enzim khusus dalam sel-sel target berikutnya.
FSH berikatan dengan reseptor FSH spesifik
yang melekat pada sel-sel Sertoli di dalam tubulus seminiferus. Pengikatan ini
mengakibatkan sel-sel tumbuh dan menyekresikan berbagai unsur spermatogenik. Untuk
membangkitkan spermatogenesis, dibutuhkan FSH maupun testosteron.
Konsentrasi gonadotropin serum berubah-berubah
selama masa pubertas (lihat table). Ini dikarenakaan episode alami dari sekresi
gonadotropin, penentuan gonadotropin tunggal tidak akan mendapatkan sekresi
dari hormon yang dinamis.25
c.
Hormon steroid
Testis menyekresi beberapa hormon kelamin pada
laki-laki, yang disebut androgen, termasuk testosteron, dihidrotestosteron, dan
androstenedion. Testosteron jumlahnya lebih banyak dari yang lainnya sehingga
dapat dianggap sebagai hormon testikular terpenting, walaupun sebagian besar testosteron
diubah menjadi hormon dihidrotestosteron yang lebih aktif pada jaringan target.
Testosteron dibentuk oleh sel-sel interstisial Leydig, yang terletak di antara
interstisial tubulus seminiferus dan terdiri atas sekitar 20% pada masa testis
dewasa. Sel-sel Leydig hampir tidak ditemukan dalam testis pada masa
kanak-kanak. Hormon testosteron dalam jumlah yang banyak pada bayi laki-laki
yang baru lahir dan juga pada laki-laki dewasa setelah pubertas, saat testis
menyekresi sejumlah besar testosteron.
Pada umumnya, testosteron bertanggungjawab
terhadap berbagai sifat maskulinisasi tubuh. Selama kehidupan janin, testis
sudah distimulasi oleh korionik gonadotropin dari plasenta untuk membentuk
sejumlah testosteron sepanjang periode perkembangan janin dan selam 10 minggu
atau lebih setelah kelahiran; kemudian setelah itu, pada dasranya tidak ada
testosteron yang dihasilkan selama masa kanak-kanak sampai kira-kira usia 10
sampai 13 tahun. Kemudian produksi testosteron meningkat dengan cepat di bawah
rangsangan hormon-hormon gonadotropin hipofisis anterior pada awal pubertas dan
berakhir sepanjang pada masa kehidupan.
Sekresi testosteron kembali setelah pubertas
menyebabkan penis, skrotum, dan testis membesar kira-kira delapan kali lipat
sampai sebelum usia 20 tahun. Di samping itu, testosteron menyebabkan “sifat
kelamin sekuder” laki-laki berkembang pada waktu yang sama, dimulai saat
pubertas dan berakhir pada maturitas.25
2.6
Hubungan Status Gizi
Dengan Prekoks
Menarche merupakan salah satu indikator diagnosis pubertas prekoks. Dalam
sebuah penelitian disebutkan bahwa remaja yangmemiliki IMT yang lebih tinggi
cenderung menarche pada usia yang lebih awal, karena kadar leptin yang
disekresikan oleh kelenjara diposa.Pada penelitian lain disebutkan bahwa leptin
memengaruhi kadar neuropeptida Yyang memengaruhi GnRH. Lalu, berubahnya kadar
GnRH yang disekresikan jugamengubah kadar sekresi LH. Selainitu, leptin
berpengaruh pada maturasi oosityang merangsang pematangan ovum yang dihasilkan
oleh ovarium.Maka dapatdisimpulkan bahwa remaja yang memiliki status gizi
tinggi akan mengalamimenarche di usia yang lebih cepat dibanding mereka yang
memiliki status gizirendah, karena perbedaan jumlah kelenjar adiposa yang
mereka punyamenghasilkan jumlah sekresi kadar leptin yang berbeda. Mereka yang
memilikistatus gizi tinggi atau di atas normal akan mendapat menarche di usia
yang terlalucepat, sedangkan mereka yang memiliki status gizi rendah atau di
bawah normalmengalami menarche di usia yang terlalu lambat. Lalu, mereka dengan
status giziyang normal mengalami menarche di usia yang juga normal.Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa semakin
baik status gizi seseorang, semakin tepat usia menarche orangtersebut (semakin
kecil kemungkinannya untuk menderita pubertas prekoks).26
2.7
Hubungan Prekoks Dengan Tumbuh Kembang Anak
Walaupun lebih dari separuh kasus pubertas prekoks
isoseksual secara sederhana menggambarkan lebih awalnya spektrum perkembangan
normal, semua anak dengan prekoks seksual harus dievaluasi. Ada beberapa alasan
untuk anjuran ini. Pertama, beberapa anak mungkin menderita kelainan yang
serius yang berhubungan dengan pubertas prekoks. Kedua, tanpa memperhatikan
etiologinya, perkembangan seksual yang terjadi sebelum usia 6-7 tahun dapat
berhubungan dengan perawakan pendek pada masa dewasa jika tidak diobati. Yang
terakhir, prekositas seksual tidak disertai oleh pematangan psikoseksual. Untuk
hal ini, anak perempuan dengan pubertas prekoks tampaknya memiliki risiko
tinggi untuk mengalami pelecehan seksual. Ini mungkin dapat menimbulkan ovulasi
dan konsepsi, dan kehamilan pada anak perempuan saat usia 5 tahun terjadi
akibat pelecehan ini. Terapi yang sesuai serta dukungan sangat diperlukan untuk
mencegah akibat jangka panjang dari prekositas seksual.27
2.8
Pengaruh Menarche Terhadap Berat Badan, Komposisi, dan
Resiko Terjadinya Obesitas Pada Dewasa
Penambahan berat badan tubuh dan tinggi badan merupakan 2
perubahan yang sangat tampak terjadi pada masa menarche, tapi diskusi tentang
obesitas yang lebih tepat adalah yang terjadi bersamaan dengan perubahan di
komposisi tubuh. Di tahun setelah menarche, peningkatan absolut di berat badan
yang tidak berlemak lebih banyak daripada lemak tubuh. Bagaimanapun juga,
sebagaimana pertumbuhan longitudinal menurun, penambahan pada lemak tubuh
meningkat, yang mana pada saat perempuan pada masa pra-remaja mempunyai
komposisi tubuh yang mana 15-18% nya adalah lemak, dan meningkat sampai 28%
pada usia ke 18 tahun.
Beberapa investigasi mencatat bahwa tidak hanya adanya
pertambahan dari lemak tubuh pada perempuan masa remaja, tapi distribusi dari
lemak ini mungkin berbeda, tergantung dari kapan pada saat remaja kompartemen
dari adiposa dikembangkan. Perubahan ini dapat saja memengaruhi kesehatan,
sebagaimana diketahui bahwa wanita obesitas yang mempunyai distibusi adiposa
sentral atau truncal mempunyai risiko
yang lebih besar terkena diabetes dan penyakit jantung daripada mereka yang
distribusi lemaknya disekitar pinggul dan paha.
De Ridder et al mempelajari 68 anak remaja sekolah di
Belanda selama 3 tahun, sebelum maupun setelah menarche. Mereka menemukan bahwa
awal pubertas, perubahan di distribusi lemak tubuh secara besar
dideterminasikan dengan perubahan lemak pada daerah panggul. Dengan massa lemak
yang besar, interval antara perkembangan karakteristik seksual sekunder dan
menarche menjadi lebih singkat.
Van Lenthe mencatat bahwa, maturasi cepat terlihat
mempunyai konsekuensi jangka panjang untuk obesitas dan harus dipertimbangkan
menjadi indikator risiko terjadinya obesitas.28
2.9
Dampak Psikososial yang Timbul Pada Anak yang Mengalami
Prekoks (Resiko
Pelecehan Seksual)
Anak-anak
dengan pubertas prekoks dapat mengalami stres karena perubahan fisik dan
hormonal, mereka merasa terlalu muda untuk memahami. Mereka mungkin diejek oleh
teman sebayanya karena perbedaan fisik mereka. Gadis yang mencapai menarche
sebelum usia 09-10 bisa menarik diri dan mungkin mengalami kesulitan
menyesuaikan diri dengan memakai dan mengganti pembalut. Kedua hal ini sering
terjadi, tapi pada anak laki-laki , mungkin memiliki peningkatan libido yang
mengarah ke peningkatan masturbasi atau perilaku seksual yang tidak pantas di
usia muda. Perempuan dengan riwayat pubertas dini memiliki usia sedikit lebih
awal dari inisiasi aktivitas seksual.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan pubertas prekoks lebih cenderung
menunjukkan masalah tingkah laku dan sedikit kompetensi sosial daripada rekan
sebayanya. Beberapa, tapi tidak seluruhnya, penelitian menemukan bukti masalah
emosional bertahan hingga dewasa. Penderitaan yang berhubungan dengan
menstruasi awal dapat diturunkan jika orang tua dihimbau untuk mempersiapkan
anaknya untuk hal ini, ketika mereka mencapai stage III-IV perkembangan
payudara.2
2.10
Deteksi Dini Masalah Psikososial Pada Anak Dengan
Pubertas Prekoks
Deteksi dini anak dengan gangguan psikososial dapat
dilihat/dilakukan saat anak menunjukkan sifat :
1.
Melakukan percobaan bunuh
diri.
2.
Sangat tidak patuh,
walaupun telah diupayakan untuk memperbaikinya.
3.
Regresi ke perilaku yang
imatur yang berlangsung beberapa minggu.
4.
Perilaku yang menyendiri
atau gejala menarik diri yang nyata.
5.
Gejala depresi yang
menetap.18
2.11
Tinggi Badan Akhir Inneke Berdasarkan Potensi Genetik
Cara untuk menghitung potensi tinggi genetik dari Inneke
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Anak perempuan : {(tinggi ayah-13) + tinggi ibu} ±
8,5
2
Anak laki-laki : (tinggi ibu + 13 + tinggi ayah) ±
8,5
2
Potensi tinggi genetik Inneke = {(160 cm -13) + 157
cm) ± 8,5= 152 cm ± 8,5
2
Jadi, potensi tinggi genetik Inneke adalah 152 cm. Tinggi
Inneke pada usia 7 tahun adalah 123 cm, tinggi ini seharusnya akan terus
bertambah hingga masa pubertas berakhir yaitu pada usia 18 tahun untuk anak perempuan.18
2.12
Pengaruh Prekoks (Sentral/Perifer) Terhadap Tinggi Badan
Anak
Peningkatan produksi hormon GnRH pada usia dini menyebabkan peningkatan
kecepatan maturasi tulang (usia tulang), dan akan berkurang secara progresif
pada usia dewasa. Oleh karena itu, anak-anak dengan pubertas prekoks
menunjukkan gelombang pertumbuhan dini, yang menyebabkan mereka lebih tinggi
daripada anak usia sebayanya, tetapi berhenti bertumbuh lebih cepat dari yang
diharapkan, akibatnyamereka memiliki tinggi badan akhir yang lebih rendah dari
yang seharusnya mereka miliki.30
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Anak usia 7 tahun mengalami puberkus prekoks dan obesitas
dikarenakan kadar leptin yang tinggi sehingga mempengaruhi GnRH yang
mengakibatkan percepatan pada pematangan organ reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moersintowati
B.N. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2012.
2. Klapowitz PB. Medscape Team Of Emedicine. Precocious Puberty. 2007
[cited 2014 Okt 3]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/987886-overview.
3. Book CG, Hindmarsh PC. Clinical Pediatric Endocrinology. 4th ed.
London: Blackwell Science; 2000.
4. Parent AN, Teilmann G. The timing of normal puberty and the age
limits of sexual precocity ; variation around the world, secular trend, and
changes after migration. Endocrine Reviews. 2003;24: 668-687.
5. Schrama K, D Mul. Tren in
pubertal development in Europe. Human Reproduction Update.
2001;7(3):287-291.
6. Malina RM. Secular trend in growth, maturation and physical
performance : A review. Anthropological Review. 2004;67: 3-31.
7. Bini V, Celi F, Berioli ML, Stella P, Giglio P, Body mass index in
children and adolecents according to age and pubertal stage. European Journal
of Clinical Nutrition. 2000;54: 21-28.
8. Pacarada M, Lulaj S, Kongjeli G, Obertinca B. Impact of
socio-economic factors on the onset of menarche in Kosovar girls. Journal
of Chinese Clinical Medicine. 2008;3:
541-549.
9. Brown JD, Ladin K, Pardun CJ, Guo G, Kenneavy. K. Media Matter :
Exposure to sexual content in music, movies, television and magazines predicts
black and white ado lescents’ sexual behavior. Pediatrics. 2006;117: 1018-1027.
10. Widyastuti Y, dkk. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya;
2009.
11. Behrman RE, Kliegman RM. Esensi Pediatri Nelson. 4th ed. Jakarta:
EGC; 2010.
12. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JS, Schor NF, Behrman RE. Nelson
Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.
13. Pescovitz OH, Eugster EA. Pediatric Endocrinology: Mechanisms,
Manifestations, and Management. Philadelphia Lippincott Williams & Wilkins;
2004.
14. Sun SS, Schubert CM, Chumlea WC, et al. National estimates of the
timing of sexual maturation and racial differences among US children.
Pediatrics. 2002;110:911-919.
15. Mayo Clinic Staff. Mayo Foundation. Precocious Puberty. 2009. [cited
2014 Okt 3]. Available from:
http://mayoclinic.com/article/precociouspuberty-definition.
16. Kher S, Daftary SN, et al. Gynecologic Endocrinology - ECAB. India:
Elsevier Health Sciences; 2012.
17. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan A. Buku Ajar Endokrinologi Anak.
Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010.
18. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto; 2004.
19. Bambang Setiyohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 1.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.
20. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.
21. Hull, David, Derek I jonston. Dasar-dasar pediatric. Jakarta: EGC;
2008.
22. Susman EJ, Finklestein JW. Churchill UM. The effect of sex hormonal
replacement therapy on behaviour probelms and moods in adolescent with delayed
puberty. J Pediatr. 1998;133: 521-522.
23. Nussey S, Whitehead S. Principles of endocrinology. 2001 [cited 2014
Oct 1]; Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK20/.
24. Guyton, Hall AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta:
EGC; 2008.
25. Dattani M, Hindmars P. Clinical Pediatric Endocrinology. 5th ed.
Massachuset: Blackwell Publishing; 2005.
26. Saftarina, Fitria. V. Sylvia. Hubungan Status Gizi dengan Usia
Menarche pada Remaja Putri di SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Medical Journal of
Lampung University. 2012;7(3):18-22.
27. Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. At a Glance Sistem Reproduksi
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2006.
28. Dalton S. Overweight and Weight Management: The Health
Professional’s Guide to Understanding and Practice. Jones & Bartlett
Learning; 1997.
29. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 2012.
30. Carel J-C, Lahlou N, Roger M, Chaussain JL. Precocious puberty and
statural growth. Hum Reprod Update. January 3, 2004;10(2):135–47.
terimakasih banyak atas sumber informasi yang bermanfaat, sukses
ReplyDeleteSelaput Dara Buatan
Obat Perangsang
Viagra USA Obat Kuat Pria
Bio Slim Herbal
Obat Mata Herbal
Perangsang Wanita
Obat Perangsang Cair
Perangsang Sex Drops
Semenax Penyubur Sperma
Vagina Tabung
Vagina Center
Boneka Seks Full Body Cantik
Vagina Pinggul
Alat Bantu Sex Pria
Vagina Elektrik
Penis Elektrik
Penis Tempel
Penis Manual
Penggeli Vagina
Penggemuk Badan
Cialis Obat Perkasa
Meizitang Obat Diet Alami
Quick Slim Penurun Berat Badan
Obat Peninggi Grow Up USA
Celana Hernia
Vigrxplus Pembesar Vital
Herbal Slim Peluntur Lemak
Pelangsing Lida
Vakum Penis
Alat Pembesar Penis
Pembesar Payudara
vimax canada Pembesar Penis Alami