BAB I
PENDAHULUAN
Pemicu
2
Ani 19
tahun, seorang mahasiswi FK Untan, sedang DK 2 jam 12 siang, dia merasa lemas
dan lapar, sehingga kurang konsentrasi pada saat DK. Tidak lama kemudia DK
berakhir dan Ani segera kekantin untuk makan siang. Setelah makan siang dai
merasa lebih segar.
1.1
Klarifikasi
dan Defenisi
1.
Lemas adalah hilangnya energi setelah melakukan banyak
aktifitas
2.
Lapar adalah respon tubuh ketika tubuh memerlukan energi baru
untuk beraktifitas dan untuk perkembangan tubuh itu sendiri,yang diperoleh
dimakan melalui proses dalam sistem pencernaan.
3.
Intake adalah memasukkan sesuatu ke dl mulut, kemudian mengunyah
dan menelannya.
4.
Konsentarasi adalah pemusatan perhatian
atau pikiran terhadap suatu hal
5.
Segar adalah perasaan nyaman dan sehat
1.2
Kata
Kunci
1.
Lemas
2.
Lapar
3.
Kurang konsentrasi
4.
Makan
5.
Segar
1.3
Rumusan
Masalah
Bagaimana proses
yang terjadi didalam tubuh ani dari keadaan yang lemas dan lapar hingga ani
segar kembali?
1.4
Analisis Masalah
1.5
Hipotesis
Proses yang terjadi pada tubuh
Ani saat keadaan lemas dan lapar adalah akibat penurunan kada gula dalam darah
yang menjadi stimulus dalam metabolisme untuk pembentukkan energi sebagai upaya
dalam mencapai homeostasis
1.6
Pertanyaan
Diskusi
1.
Apa yang dimaksud homeostasis?
2.
Bagaimana prinsip dasar homeostasis?
3.
Apakah komponen homeostasis?
4.
Faktor dan variabel yang diatur secara
homeostasis?
5.
Apa saja jenis umpan balik homeostasis?
6.
Apa saja sistem tubuh yang berperan
dalam homeostasis?
7.
Bagaimana sistem kontrol homeostasis yg
ada dalam tubuh?
8.
Bagaimana proses metabolisme yg terjadi
pada tubuh ani?
9.
Apa saja proses yang terganggu pda tubuh
yang kekurngan kadar gula?
10.
Bagaimana proses penurunan konsentrasi
saat tubuh dlm keadaan lemas dan lapar?
11.
Apa hubungan kadar gula darah terhadap
kondisi tubuh seseorang?
12.
Bagaimana mekanisme homeostasis pada saat
kadar gula darah dalam tubuh berkurang?
13.
Bagaimana mekanisme intake dapat
mengembalikan kadar gula darah yg menurun?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hemoestasis
2.1.1
Pengertian
Hemoestasis
Homeostasis
adalah kecenderungan untuk tetap dalam keadaan tubu organismenormal (lingkungan
internal). Hal ini diperoleh melaui sistem mekanisme pengendalian yang
diaktivasi oleh umpan balik negatif.(1)
Homeostasis
berasal dari dua buah kata yaitu homeo yang
artinya “yang sama” dan stasis yang
memiliki pengertian “berdiri atau diam.” Pengertian singkat dari homeostasis
merupakan suatu pemeliharaan lingkungan internal yang relatif stabil atau
tetap. Latar belakang mengapa perlu adanya homeostasis adalah sel-sel tubuh
yang hanya dapat berfungsi dan hidup jika cairan ekstrasel memungkinkan
kelangsungan hidup mereka. Cairan ekstrasel disini berfungsi sebagai lingkungan
internal yang terdiri dari plasma dan cairan interstisium. Oleh karena itu,
komposisi kimiawi dan keadaan fisik lingkungan internal ini harus dipertahankan
dalam batas-batas yang ketat.(2)
2.1.2
Prinsip
Dasar Homoestasis
a. Self regulation
Sistem ini dapat terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b. Cara kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi
terhadap ketidaknormalan dalam tubuh. Sebagai contoh, apabila secara tiba-tiba
lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan mengalami
konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan
kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tetap
stabil, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi
ancaman terhadap tubuh, peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu
badan.
c. Cara umpan balik negative
Proses ini merupakan
penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal tubuh secara otomatis
akan melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan penyimpangan yang
terjadi.
d. Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan
fisiologis.
Sebagai contoh apabila seseorang mengalami
hipoksia akan terjadi proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan
oksigen yang cukup ke sel tubuh.
Homeostasis psikologis berfokus pada
keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental. Proses ini didapat dari
pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma
dan kultur masyarakat. Contoh homeostasis psikologis adalah mekanisme
pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul.(2)
2.1.3
Komponen
Homeostasis
Koordinasi berbagai aktivitas sel-sel di seluruh tubuh
untuk melakukan kegiatan yang mempertahankan kehidupan dan melaksanakan
keinginan bergantung pada kemampuan sel untuk berkomunikasi satu sama lain.
Komunikasi antar-sel merupakan cara sel dalam berkomunikasi atau berhubungan
antara satu dengan yang lain. Meskipun setiap sel memiliki fungsi yang
berbeda-beda, namun mereka dapat saling berkomunikasi melalui aktivitas tubuh
untuk mempertahankan suatu keseimbangan dalam tubuh (homeostasis).
Komunikasi antar-sel dapat dibagi
menjadi dua macam berdasarkan letak daerah antara sel satu dengan sel target,
yaitu:
1.
Komunikasi Antar-Sel Langsung dan Lokal
Komunikasi antar-sel lokal dan searah ini merupakan
salah satu komunikasi antar-sel yang dilakukan apabila jarak dengan sel target
yang ingin dituju tersebut jaraknya berdekatan. Komunikasi antar-sel lokal dan
searah dibagi lagi menjadi tiga jenis yaitu:
a.
Gap Junctions
Pada
Gap Junctions, terdapat celah antara sel-sel yang berdekatan yang
disatukan oleh saluran penghubung kecil
yang dibentuk oleh konekson. Konekson (connexon) dibentuk oleh enam
sub-unit protein yang rersusun membentuk struktur tabung berongga. Dua konekson
menjulur ke luar, satu dari masing-masing membran plasma sel yang berdekatan,
dan berikatan untuk membentuk saluran penghubung antara kedua sel.
Pada
Gap Junctions ini mengirim dua bentuk sinyal, yaitu Sinyal listrik dan sinyal
kimia. Contoh dari komunikasi antar-sel gap junctions ini terdapat dalam Sel
otot jantung, kemudian juga dapat ditemui dalam Sel-sel saraf pada otak.
b.
Contact-Dependent Signals
Contact-Dependent Signals merupakan salah satu
teknik dalam komunikasi antar-sel lokal yang berdekatan dengan menggunakan
bantuan protein adhesion / Cell Adhesion Molecule (CAM) dan dalam proses
komunikasinya memerlukan adanya permukaan kontak. Pada contact-dependent
signals ini, sinyal yang dikirim hanya
dalam bentuk sinyal kimiawi saja. Contohnya terdapat dalam komunikasi sel
system imun.
c.
Autocrine & Paracrine
Autocrine adalah komunikasi antar-sel lokal yang
mana letak dari sel targetnya (reseptor) yang ingin dituju berada pada diri sel
itu sendiri, sedangkan Paracrine merupakan teknik komunikasi antar-sel lokal
yang mana dalam penyampaian sinyal terhadap sel target yang dituju pada sel-sel
yang berada di sekitarnya. Autocrine dan Paracrine menyampaikan komunikasi
antar-sel dengan menyampaikan hanya dalam bentuk sinyal kimiawi saja. Contoh
dari komunikasi antar-sel ini adalah pada Sitokin dan Histamin.
d.
Komunikasi antar-sel Jarak Jauh
Sama seperti namanya, maka komunikasi antar-sel
jarak jauh ini merupakan teknik komunikasi antar-sel yang terjadi pada sel yang
jaraknya berjauhan dengan sel target yang ingin dituju, Komunikasi antar-sel
Jarak Jauh dibedakan lagi menjadi tiga macam, yaitu :
1)
Endokrin / Hormon
Komunikasi Endokrin / hormone merupakan salah satu
komunikasi antar-sel jarak jauh yang dalam pelaksanaannya menggunakan bantuan
sel endokrin yang mana sinyal kimiawi yang dilepaskan oleh sel endokrin
tersebut selanjutnya akan berdifusi dalam darah dan hanya sel target yang
memiliki reseptor yang dapat dikenali oleh hormone tadi yang bisa merespon
sinyal kimiawi tersebut.
2)
Neurotransmitter
Neurotransmitter merupakan teknik komunikasi
antar-sel jarak jauh yang terjadi pada sistem saraf dengan menggunakan bantuan
neurotransmitter pada saraf. Pada komunikasi neurotransmitter mengirimkan
sinyal listrik yang mana sinyal listrik yang dihantarkan oleh neuron tadi
langsung disampaikan menuju ke sel target yang dituju tanpa menggunakan
perantara apapun. Urutan runtut dari komunikasi neurotransmitter ini dimulai
dari adanya respon terhadap sinyal listrik yang selanjutnya akan disampaikan
menuju ke sinaps, kemudian akan diteruskan oleh neurotransmitter menuju ke sel
target.
3)
Neurohormone
Neurohormone adalah salah satu komunikasi antar-sel
jarak jauh yang dimulai dari sistem saraf dengan melewati sirkulasi dalam
darah. Neurohormone dimulai dari adanya sinyal listrik yang direspon oleh
neuron dalam sistem saraf kemudian akan disampaikan menuju ke sinaps yang
selanjutnya akan dilanjutkan ke dalam sirkulasi peredaran darah. Terakhir agar
sinyal listrik tadi dapat masuk ke sel target, maka sel targetnya juga harus
memiliki reseptor yang dapat dikenali oleh hormon yang bersangkutan.(2)
2.1.4
Faktor
dan Variabel yang Diatur Dalam Homeostasis
Banyak faktor dalam lingkungan internal yang
harus dipertahankan secara homeostasis. Faktor-faktor tersebut mencakup:
1.
Konsentrasi molekul-molekul
nutrien. Sel-sel memerlukan pasokan molekul nutrien secara rerus-menerus unflrk
menghasilkan energi. Energi, sebaliknya, diperlukan untuk menunjang berbagai
aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang unnrk mempertahankan
kehidupan.
2.
Konsentrasi O, dan CO.
Sel-sel memerlukan O, untuk melakukan reaksi kimia pembentuk energi. CO, yang
dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan sehingga tidak terbentuk
asam yang meningkatkan keasaman lingkungan internal.
3.
Konsentrdsi zat sisa.
Sebagian reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang menimbulkan efek tolaik
pada sel tubuh jika dibiarkan berakumulasi.
4.
pH. Perttbahan pada pH
(jumlah relatif asam) berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf dan merusak
aktivitas enzim semua sel.
5.
Konsentrasi garam, air dan
elehnolit lain. Karena konsenuasi relatif garam (NaCl) dan air di cairan
ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel, maka
konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mempenahankan volume sel. Sel
tidak berfungsinormal jika membengkak atau menciur. Elektrolitelektrolit lain
berperan dalam berbagai fungsi vital lain. Sebagai contoh, denyut jantung yang
teratur bergantung pada konsentrasi kalium (K.) yang relatifkonstan di cairan
ekstrasel.
6.
Volume dan tehanan. Komponen
lingkungan internal yang beredar, yaitu plasma, harus dipertahankan pada volume
dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin distribusi penghubung antara
lingkungan eksternal dan sel yang penting ini ke seluruh tubuh.
7.
Suhu. SeI-sel tubuh
berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika sel terlalu dingin maka
fungsifungsi sel akan terlalu melambat; dan yang lebih buruk lagi, jika sel
terlalu panas maka protein-protein structural dan enzimatik akan terganggu atau
rusak.(2)
2.1.5
Jenis Umpan Balik
1.
Umpan Balik Negatif
Pada umpan balik negatif,
perubahan suatu faktor yang dikontrol secara homeostatis akan memicu respons
yang berupaya untuk memulihkan faktor tersebut ke normal dengan menggerakkan faktor ke arah
berlawanan dari perubahan awalnya.
Sebagai contoh, jika sel-sel
saraf pemantau suhu mendeteksi penurunan suhu
tubuh di bawah tingkat yang diinginkan maka sensor-sensor ini mengirim
sinyal ke pusat kontrol suhu, yang memulai serangkaian proses yang berakhir
antara lain, dengan menggigil, untuk
menghasilkan panas dan meningkatkan suhu ke tingkat yang diinginkan. Ketika
suhu tubuh meningkat ke titik patokan, maka sel-sel saraf pemantau suhu memadamkan sinyal stimulatorik ke otot
rangka. Akibatnya, suhu tubuh tidak terus
meningkat melewati titik patokan. Sebaliknya, jika sel-sel saraf
pemantau suhu mendeteksi peningkatan suhu tubuh di atas normal, maka mekanisme
pendingin misalnya berkeringat diaktifkan untuk mengurangi suhu kembali ke
normal. Jika suhu mencapai titik
patokan, maka mekanisme pendinginan dihentikan.
2.
Umpan Balik Positif
Pada umpan
balik positif, keluaran
meningkatkan atau memperkuat perubahan sehingga variabel terkontrol terus
bergerak searah perubahan awal.
Namun, umpan balik positif berperan
penting dalam keadaan tertentu, misalnya
peiahiran bayi. Hormon oksitosin menyebabkan kontraksi kuat uterus.
Sewaktu kontraksi uterus mendorong bayi
menekan serviks (pintu keluar dari uterus), peregangan serviks yang terjadi memicu serangkaian kejadian yang
menyebabkan pelepasan lebih banyak
oksitosin, yang menyebabkan kontraksi uterus menguar, yang memicu
pengeluaran lebih banyak oksitosin, dan
seterusnya. Siklus umpan balik positif ini tidak berhenti sampai bayi akhirnya lahir.
3.
Umpan Maju
Umpan maju adalah suatu respons yang
muncul sebagai antisipasi terhadap
adanya perubahan pada variabel terkontrol. Sebagai contoh, ketika
makanan masih berada di saluran cerna, mekanisme umpan maju ini meningkatkan
sekresi suatu hormon yang akan
meningkatkan penyerapan dan penyimpanan nutrien oleh sel setelah nutrien diserap dari saluran cerna.(2)
2.1.6
Sistem Tubuh yang Berperan dalam Homeostasis
Kesebelas sistem tubuh
ikut berperan dalam homeostasis dengan cara-cara penting berikut:
1.
Sistem sirkulasi adalah
sistem pengangkut yang
membawa berbagai bahan
misalnya nutrien, O2, CO2, zat sisa, elektrolit, dan hormon
dari satu bagian
tubuh ke bagian lain.
2.
Sistem
pencernaan menguraikan makanan
menjadi molekul-molekul
nutrien kecil yang dapat
diserap ke dalam plasma
untuk didistribusikan ke semua
sel tubuh. Sistem ini juga
memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan elsternal ke
lingkungan internal. Sistem pencernaan mengeluarkan
residu makanan ke lingkungan
eksternal dalam bentuk tinja.
3.
Sistem
pernapasan, terdtri dari
paru dan saluran napas, menyerap O, dari
dan mengeluarkan CO2, ke lingkungan eksternal. Dengan
menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2, penghasii asam,
sistem pernapasan juga penting
untuk mempertahankan pH
lingkungan internal yang sesuai.
4.
Sistem
kemih mengeluarkan kelebihan air, garam, asam, dan elektrolit
lain dari plasma serta
mengeluarkannya ke urin, bersama
dengan zat-zat sisa selain COr.
Sistem ini mencakup ginjal
dan "perpipaan" yang
terkait.
5.
Sisrem
tulang (tulang, sendi) merupakan penunjang
dan protektor bagi jaringan lunak
dan organ. Sistem ini
juga berfungsi sebagai rempat
penyimpanan kalsium (Ca2-), suatu
elektrolit yang konsentrasinya dalam
plasma harus dipertahankan dalam
batas-baras yang sempit.
Bersama dengan sistem otot,
sistem tulang juga
memungkinkan tubuh dan
bagian-bagiannya bergerak. Selain
itu, sumsum tulang-bagian interior
lunak beberapa jenis tulang-adalah sumber utama semua sel darah.
6.
Sistem otot (otot rangka)
menggerakkan tulang, tempat
melekatnya otot rangka. Dari sudut
pandang homeostatik murni, sistem
ini memungkinkan individu bergerak mendekati makanan
atau menjauh dari bahaya. Selain itu,
panas yang dihasilkan
oleh kontraksi otor
penring dalam mengatur suhu. Selain
itu, karena oror
rangka berada di bawah
kontrol sadar maka orang
yang bersangkutan dapat menggunakannya untuk
melakukan beragam gerakan
lain yang ia
inginkan. Gerakan-gerakan
ini, yang berkisar dari keterampilan motorik
halus yang diperlukan untuk
menjahit hingga gerakan kuat yang digunakan dalam
angkat beban, tidak
harus ditujukan untuk
mempertahankan homeostasis.
7.
Sistem integumen (kulit
dan struktur terkait) berfungsi
sebagai sawar protektif
luar yang mencegah cairan
internal keluar dari
tubuh dan mikroorganisme asing masuk. Sistem ini
juga penting dalam
mengatur suhu tubuh. Jumlah panas
yang lenyap dari permukaan tubuh ke
lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengontrol produksi
keringat dan dengan mengatur aliran darah
hangat ke kulit.
8.
Sistem imun (sel
darah putih, organ
limfoid) mempertahankan tubuh
dari invasi asing dan
dari sel-sel tubuh yang berubah
menjadi kanker. Sistem ini juga
melicinkan jalan untuk memperbaiki
atau mengganti sel yang cedera atau
aus.
9.
Sistem saraf (otak, medula
spinalis, saraf) adalah salah satu dari
dua sistem regulatorik
utama tubuh. Secara umum,
sistem ini mengontrol
dan mengoordinasikan
aktivitas tubuh yang
memerlukan respons cepat.
Sistem saraf sangat penting dalam
mendeteksi dan memulai respons terhadap perubahan
dalam lingkungan eksternal. Selain itu, sistem ini
bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi yang
lebih tinggi (fungsi
luhur) yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis,
misalnya kesadaran, daya
ingat, dan kreativitas.
10.
Sistem
endokrin adalah sistem regulatorik
utama lainnya. Berbeda dari
sistem saraf, secara
umum kelenjar-kelenjar penghasil
hormon pada sistem
endokrin mengatur aktivitas yang
lebih memerlukan durasi daripada kecepatan, misalnya pertumbuhan.
Sistem ini sangat
penting dalam mengontrol
konsentrasi nutrien, dan
mengontrol volume serta
komposisi elektrolit lingkungan
internal dengan mengatur fungsi
ginjal.
11.
Sistem
reproduksi tidak esensial
bagi homeostasis dan
karenanya tidak esensial
bagi kelangsungan hidup individu.
Namun, sistem ini
esensial bagi kelangsungan keberadaan
spesies.(2)
Sistem kontrol homeostasis adalah suatu jalinan komponen-komponen tubuh
yang saling berhubungan secara fungsional dan bekerja untuk mempertahankan
suatu faktor dalam lingkungan internal
agar relative konstan di sekitar suatu tingkat optimal.
Sitem kontrol homeostasis dapat dikelompokan
menjadi dua kelas, yaitu
1.
Sistem kontrol intrinsik, terdapat di
dalam dan inheren bagi suatu organ.
2.
Sistem kontrol ekstrinsik, yaitu
mekanisme regulasi yang dimulai diluar suatu organ untuk mengubah aktivitas
organ tersebut.
Contoh :memulihkan tekanan darah ketingkat yang
sesuai jika tekanan darah tersebut terlalu rendah, system saraf secara simutan
bekerja kejantung dan pembuluh darah diseluruh tubuh untuk meningkatkan tekanan
darah ke normal.(2)
2.2
Transpor
Membran
1.
Transpor
Pasif
a.
Difusi
Difusi
merupakan suatu proses lewatnya bahan-bahan tertentu lewat suatu membrane
sebagai akibat konsentrasi yang berbeda.
Apabila
membrane plasma ini bersifat permeable penuh maka semua bahan dalam larutan berkadar tinggi akan lewat
masuk ke dalam larutan yang berkadar rendah. Akan tetapi, karena sifat membrane
plasma ini semipermeabel maka hanya bahan-bahan tertentu saja yang dapat melewatinya
dengan cara difusi.(3)
b.
Osmosis
Osmosis
ialah lewatnya zat pelarut melalui membrane sebagai akibat perbedaan tekanan
osmosis. Dalam hal ini zat pelarut akan melewati suatu membrane dari larutan
yang berkadar rendah ke dalam larutan yang berkadar tinggi sehingga tercapai
suatu keseimbangan. Hal inilah yang terjadi dalam transportasi air dari sel ke
dalam rongga antar sel dan dari sel yang satu ke dalam sel yang lain.(3)
c.
Difusi Terfasilitasi
Difusi
terfasilitasi menggunakan pembawa untuk memfasilitasi (membantu) pemindahan
bahan tertentu menembus membran dari konsenrasi tinggi ke rendah. Proses ini
pasif dan tidak memerlukan energi karena perpindahan terjadi secara alami
mengikuti penurunan gradien konsentrasi.(2)
2.
Transpor
Aktif
Transpor aktif melibatkan protein
pembawa untuk memindahkan bahan tertentu
menembus membran, tetapi dalam hal ini pembawa memindahkan bahan melawan
gradient konsentrasinya. Sebagai contoh, penyerapan iodium oleh sel kelenjar
tiroid mengharuskan transpor akrif
karena 99% iodium dalam tubuh terkonsentrasi di tiroid. Untuk memindahkan iodium dari darah, dimana konsentrasinya
rendah, ke dalam tiroid, di mana konsentrasinya
tinggi, diperlukan energi untuk menjalankan molekul pembawa. Secara
spesifik, diperlukan energi dalam bentuk
ATP untuk mengubah afinitas tempat pengikatan ketika terpajan di sisi membran plasma yang berlawanan. Sebaliknya,
afinitas tempar pengikatan pada difusi terfasilitasi sama kecika terpajan di bagian
luar atau bagian dalam sel.(2)
Transpor aktif dibedakan menjadi
2 macam yaitu transport aktif primer dan transport aktif sekunder. Pada transport aktif primer, energy secara
langsung diperoleh dari pemecahan adhenosin trifosfat (ATP) atau beberapa
senyawa fosfat berenergi tinggi lainnya. Pada transport aktif sekunder, energy sekunder diperoleh dari energy
yang tersimpan dalam bentuk perbedaan konsentrasi ion dari molekul ion atau zat
ion antara kedua sisi membran yang ditimbulkan proses aktif. Kedua jenis
transport aktif ini tergantung pada protein pembawa yang menembus membrane sel,
yang juga terjadi pada proses difusi terfasilitasi. Akan tetapi pada proses
aktif, fungsi protein pembawa berbeda dengan protein pembawa pada difusi
terfasilitasi karena mampu memberikan energy kepada zat yang ditranspor
bergerak melawan gradient elektrokimia.(4)
2.3
Metabolisme
2.3.1. Proses Metabolisme
Keseluruhan reaksi kimia dalam
organisme disebut dengan metabolisme, (metabolism berasal dari bahasa Yunani metabole,berubah). Metabolisme adalah
sifat emergen kehidupan yang muncul dari interaksi antara molekul-molekul dalam
lingkungan sel yang teratur. Metabolisme yang akan dibahas adalah metabolisme
katabolisme .
Dalam
mempelajari transformasi (perubahan ) energi yang terjadi dalam sekumpulan
materi disebut termodinamika . terdapat dua hukum termodinamika yaitu:
Hukum
Termodinamika I:
Energi bisa ditransfer atau ditransformasi, namun
tidak bisa diciptakan maupun dihilangkan. Misalnya energi kimia (potensial)
dlam makanan akan diubah menjadi energi kinetik untuk pergerakan atau
aktivitas.
Hokum
Termodinamika II:
setiap transfer
atau transformasi (pengubahan) energy meningkatkan ketidakteraturan
(entropi) semesta.
Proses yang terjadi pada
metabolisme tubuh adalah katabolisme
atau reaksi eksorgenik. Katabolisme adalah proses pemecahan senyawa
komplek menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan reaksi eksorgenik adalah
berlangsung diiringi pelepasan energi. Tahap-tahap katabolisme yaitu
1.
Glikolisis proses ini terjadi disitosol, mengawalinya
dengan pemecahan glukosa menjadi dua molekul senyawa piruvat dan dua ATP CO2.
2.
Dekarboksilasi Oksidatif terjadi
dimatriks mengahsilkan dua molekul asam piruvat dan CO2
3.
Siklus asam sitrat atau siklus krebs yang akan menghasilkan enam molekul
NADH 2 molekul
4.
Transpor elektron didapat ATP sebanyak 36 ATP, dengan penguraian NADH dari
proses glikolis hingga siklus kreb diubah menjadi ATP dengan mengalikan 3, dan dikalikan dengan 2
serta tambahan ATP yang didapat dari proses disiklus asam sitrat dan glikolisis.(5)
2.3.2. Terganggunya Homeostasis
Akibat Penurunan Kadar Gula Darah
Semua sel dengan tiada hentinya mendapat glukosa,
tubuh mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan, yaitu sekitar
80-100 mg/dl bagi dewasa dan 80-90 mg/dl bagi anak, walaupun pasokan makanan
dan kebutuhan jaringan berubah-ubah sewaktu kita tidur, makan, dan bekerja.(6)
Proses ini disebut homeostasis glukosa. Kadar
glukosa yang rendah, yaitu hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa dari
simpanan glikogen hati yang besar melalui jalur glikogenolisis dan sintesis
glukosa dari laktat, gliserol, dan asam amino di hati melalui jalur
glukonoegenesis dan melalui pelepasan asam lemak dari simpanan jaringan adiposa
apabila pasokan glukosa tidak mencukupi.(7)
Beberapa proses metabolisme gula dalam jaringan
tubuh antara lain adalah:
a.
Metabolisme glukosa di hati
Di dalam hati,
glukosa dioksidasi dalam jalur-jalur yang menghasilkan ATP untuk memenuhi
kebutuhan energi segera sel-sel hati dan sisanya diubah menjadi glikogen dan
triasilgliserol. Insulin meningkatkan penyerapan dan penggunaan glukosa sebagai
bahan bakar, dan penyimpanannya sebagai glikogen serta triasilgliserol.
Simpanan glikogen dalam hati bisa mencapai maksimum sekitar 200-300 g setelah
makan makanan yang mengandung karbohidrat. Metabolisme glukosa di jaringan lain.(8)
Glukosa dari usus,
yang tidak dimobilisis oleh hati, akan mengalir dalam darah menuju ke jaringan
perifer. Glukosa akan dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air. Banyak
jaringan misalnya otot menyimpan glukosa dalam jumlah kecil dalam bentuk
glikogen.(9)
b.
Metabolisme glukosa di otak dan jaringan saraf
Otak dan jaringan
saraf sangat bergantung kepada glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi.
Jaringan saraf mengoksidasi glukosa menjadi karbon dioksida dan air sehingga
dihasilkan ATP. Apabila glukosa turun di ambang di bawah normal, kepala akan
merasa pusing dan kepala terasa ringan. Pada keadaan normal, otak dan susunan
saraf memerlukan sekitar 150 g glukosa setiap hari.(10)
c.
Metabolisme glukosa di sel darah merah
Sel darah merah
memperoleh energi melalui proses glikolisis yaitu pengubahan glukosa menjadi
piruvat. Piruvat akan dibebaskan ke dalam darah secara langsung atau diubah
menjadi laktat kemudian dilepaskan. Sel darah merah tidak dapat bertahan hidup
tanpa glukosa. Tanpa sel darah merah, sebagian besar jaringan tubuh akan
menderita kekurangan energi karena jaringan memerlukan oksigen agar dapat
sempurna mengubah bahan bakar menjadi CO2 dan H2O.(10)
d.
Metabolisme glukosa di otot
Otot rangka yang
sedang bekerja menggunakan glukosa dari darah atau dari simpanan glikogennya
sendiri, untuk diubah menjadi laktat melalui glikosis atau menjadi CO2 dan H2O. Setelah
makan, glukosa digunakan oleh otot untuk memulihkan simpanan glikogen yang
berkurang selama otot bekerja melalui proses yang dirangsang oleh insulin. Otot
yang sedang bekerja juga menggunakan bahan bakar lain dari darah, misalnya
asam-asam lemak.(9)
e.
Metabolisme glukosa di jaringan adiposa
Insulin merangsang
penyaluran glukosa ke dalam sel-sel adiposa. Glukosa dioksidasi menjadi energi
oleh adiposit. Selain itu, glukosa digunakan sebagai sumber untuk membentuk
gugus gliserol pada triasilgliserol yang disimpan di jaringan adiposa.
Dari uraian di atas sangat jelas bahwa semua
proses yang terjadi di dalam tubuh manusia membutuhkan energi berupa glukosa
untuk melakukan aktifitasnya yaitu metabolisme. Oleh karena itu, jika kadar
gula dalam darah menurun maka semua proses metabolisme dalam tubuh akan
terganggu atau tidak bekerja secara maksimal.
2.3.3. Proses Penurunan Konsentrasi
saat Tubuh Lemas
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi
dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme
oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan
glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik saja sudah dapat menghilangkan
kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit, merusak permanen otak.
Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga merusak jaringan otak.(11)
Pada saat hipoglikemia,
maka asupan glukosa menuju otak juga berkurang. Jika kadar gula menuju otak
berkurang, maka akan terjadi gangguan fungsi otak,akibat kekurangan energy
untuk proses-proses metabolismenya, seperti kepala akan merasa pusing dan kepala
terasa ringan serta tidak mampu berkonsentrasi. Otak juga merupakan organ yang
sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah, karena otak hanya mampu
mencerna oksigen dan glukosa. Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah
yang rendah melalui sistem saraf yaitu merangsang kelenjar adrenal untuk
melepaskan epinefrin (adrenalin). Hal ini akan merangsang hati untuk melepaskan
gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga.(10)
2.3.4. Hubungan Kadar Gula Darah Terhadap
Kondisi Tubuh
Gula darah dalam tubuh berasal dari bahan bakar metabolic
berupa karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh melalui intake (makan).
Karbohidrat tersebut selanjutnya akan dirombak dalam tubuh dan akan
menghasilkan glukosa yang akan disimpan dalam darah. Peran glukosa dalam darah
ini nantinya sebagai sumber energi utama dalam tubuh dan paling esensial bagi
otak manusia. Setelah pemberian intake (makan), nutrient yang masuk akan
diserap dan masuk ke dalam darah. Selama periode ini, glukosa berlimpah dan
berfungsi sebagai sumber energi utama bagi tubuh.
Otak manusia dalam keadaan normal
bergantung pada penyaluran glukosa darah dalam jumlah memadai sebagai
satu-satunya sumber energi. Oleh karena itu, konsentrasi glukosa harus
dipertahankan di atas suatu batas kritis. Konsentrasi glukosa dalam darah
biasanya adalah 100mg glukosa / 100ml plasma dan normalnya dijaga dalam kisaran
sempit 70 sampai 110mg / 100ml. Kelebihan glukosa dalam darah nantinya akan disimpan
di hati dan otot sebagai glikogen, suatu molekul besar yang terdiri dari
molekul-molekul glukosa yang saling berhubungan. Glikogen merupakan simpanan
energi yang relatif kecil maka jumlah energi yang tersimpan dalam bentuk ini
hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh kurang dari satu hari.
Hati (hepar) berperan besar dalam
mempertahankan kadar glukosa darah yang normal. Hati nantinya akan menyimpan
glikogen ketika terjadi kelebihan glukosa, membebaskan glukosa ke dalam darah
saat dibutuhkan, dan merupakan tempat utama interkonversi metabolik. Selain
hati, juga terdapat pankreas. Pankreas berfungsi untuk memelihara homeostasis
glukosa darah agar tetap selalu seimbang dalam tubuh. Pankreas ini nantinya
akan menghasilkan suatu hormon yang berkaitan erat dengan kadar gula dalam
darah, yaitu hormon insulin dan hormon glukagon.
Pengontrol utama sekresi insulin
adalah sistem umpan balik negatif langsung antara sel b (beta) pankreas dan konsentrasi glukosa dalam
darah yang mengailirinya. Peningkatan kadar glukosa darah, seperti selama
penyerapan makanan, secara langsung merangsang sel b untuk membentuk dan mengeluarkan insulin.
Peningkatan insulin akan menurunkan kadar glukosa darah ke normal dan mendorong
pemakaian serta penyimpanan glukosa ke dalam
sel. Selain insulin juga terdapat glucagon yang dihasilkan oleh sel a pulau Langerhans pada pankreas. Cara kerja dari
glucagon ini berlawanan arah dengan cara kerja insulin yang mana glucagon ini
fungsinya untuk meningkatkan kadar gula dalam darah, menurunkan sintesis
glikogen,mendorong glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.
Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kadar glukosa dalam darah merupakan
komponen yang sangat esensial bagi tubuh, terutama bagi otak manusia. Apabila
tubuh mengalami kekurangan kadar glukosa darah, maka akan menyebabkan
terjadinya hipoglikemia yang akan mempengaruhi otak. Hipoglikemia merupakan
insidens kekurangan kadar gula dalam darah yang memiliki gejala-gejala yaitu
tremor, rasa lelah, mengantuk, dan kesulitan berkonsentrasi. Sedangkan kondisi
tubuh yang mengalami kelebihan kadar gula dalam darah akan menyebabkan
terjadinya Hiperglikemia
Hiperglikemia
dan Hipoglikemia yang terjadi akibat pengaruh kadar glukosa darah dalam tubuh
tadi erat hubungannya dengan kerja insulin dan glukagon. Insulin dan glukagon
ini nantinya akan bekerja sebagai satu tim untuk mempertahankan kadar gula
dalam darah. Glukosa darah merangsang sekresi insulin tetapi menghambat sekresi
glukagon, sementara penurunan kadar gula dalam darah menyebabkan penurunan
sekresi insulin dan akan meningkatkan sekresi glukagon. Karena insulin tadi
berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa dan glukagon berfungsi untuk
meningkatkan glukosa darah maka perubahan sekresi kedua hormon pankreas ini
sebagai respons terhadap perubahan glukosa darah untuk mewujudkan homeostasis
dari glukosa darah agar kadar glukosa dalam darah selalu dalam keadaan yang
normal.(2)
2.3.5. Mekanisme Homeostasis saat Kadar Gula
Darah dalam Tubuh Berkurang
Bila
kadar gula darah jatuh di bawah normal, maka di hepar akan terjadi proses
glukaneogenesis. Glukosa yang dihasilkan ini berasal dari asam amino dan
gliserol sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan relatif normal,
karena mempertahankan kadar glukosa darah normal penting untuk jaringan otak.
a.
Glikolisis merupakan tahap pertama
metabolisme karbohidrat dengan cara memecah glukosa menjadi piruvat.
Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA dan akhirnya asetil KoA masuk
ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisis menjadi energi.
b.
Glikogenolisis dilakukan jika glukosa
dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi.
c.
Glukoneogenesis terjadi jika sumber
energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi maka tubuh akan menggunakan lemak,
asam amino atau laktat untuk pembentukkan glukosa.
Mekanisme
yang dipakai dalam pengaturan kadar glukosa dalam darah melibatkan berbagai
peran:
a.
Pengaturan kadar glukosa darah sangat
tergantung pada keberadaan penyimpana
glikogen di hati. Jika kadar glukosa darah rendah, glikogen dihati akan
dipecah menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis dan kemudia mengalir di
darah untuk di kirim ke otot rangka dan organ lain yang membutuhkan, dan jika
kadar gula darah tinggi, maka glukosa akan diserap oleh jaringan dengan bantuan
hormon insulin.
b.
Peran insulin dan glukagon adalah
sebagai sistem pengatur umpan balik untuk mempertahankan konsentrasi glukosa
darah agar normal. Bila konsentrasi glukosa darah meningkat maka timbul sekresi
insulin, insulin selanjutnya akan mengurangi konsentrasi glukosa darah agar
kembali pada kondisi normal.(4)
2.3.6. Mekanisme Intake dapat Mengembalikan
Kadar Gula Darah yang Menurun
Setelah
makanan dikonsumsi, komponen makanan akan dicerna oleh serangkaian enzim di
dalam tubuh. Karbohidrat dicerna oleh -amilase di dalam air liur dan amilase yang dihasilkan oleh pancreas yang bekerja di usus halus.
Disakarida diuraikan menjadi monosakarida. Sukrase mengubah sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa, lactase mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Sel
epitel usus akan menyerap monosakarida, glukosa, dan fruktosa bebas dan
dilepaskan dalam vena porta hepatica.(12)
Setelah karbohidrat selesai dicerna, maka kadar glukosa
darah segera meningkat, kadar insulin meningkat, dan kadar glucagon menurun.
Ini menghambat penguraian glikogen dan merangsang sintesis glikogen. Simpanan
segera glukosa darah sebagai glikogen membantu membawa kadar glukosa darah ke
rentang normal bagi anak 80-90 mg/dl dan normal dewasa 80-100 mg/dl.(13)
BAB III
KESIMPULAN
Proses
yang terjadi pada tubuh Ani saat keadaan lemas dan lapar adalah akibat
penurunan kada gula dalam darah yang menjadi stimulus dalam metabolisme untuk
pembentukkan energi sebagai upaya dalam mencapai homeostasis.
Daftar Pustaka
1. Kamus
Kedokteran Dorlan. 26th ed. Jakarta: EGC; 2002.
2. Sherwood L. FisiologiManusia. Jakarta:
EGC; 2011.
3. Juwono, Juniarto A. Biologi Sel.
Jakarta: EGC; 2010.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11; 834. Jakarta: EGC; 2006.
5. Cambell NA, Reece JB, urry LA, wasserman
SA, Minorsky P, jackson R. campbell. 8th ed. Erlangga; 2008.
6. Cranmer H, Shannon M. Hypoglycemia.
2009.
7. Ferry R. J. Fructose 1,6-Diphosphatase
Deficiency.Available [Internet]. 2008. Available from: http://
emedicine.medscape.com/article/943882-overview
8. Marks D. B., Marks A. D, Smith C. M.
Biokimia Kedokteran Dasar. Basic Medical
Biochemistry: A Clinical Approach. Edisi Ke-1. jakarta: EGC; 2000.
9. Raghavan V. A.,, Kline G. A, Corenblum
B. Glucose-6 Phosphatase Deficiency. 2009.
10. Aswani V. How Well Do You Understand Blood
Glucose Levels. 2010. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/438144.
11. Prince syilvia, Wilson Lorraine. .
Patofisiologi. Jakarta : EGC. 2006;Ed,
6. Vol, 2.
12. Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. Lippincott’s
Illustrated Review Biochemistry. 4th ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins; 2005.
13. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW.
Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; 2009.
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment