BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Irin, 18tahun, mahasiswi
tingkat pertama fakultas kedokteran negeri di pontianak. Ia merasa
suntuk dengan perkuliahamnya saat ini, yang menuntut konsentrasi tinggi dan
daya ingat yang baik. ia ingin merefresh pikirannya dengan pergi ke bioskop. Ia
menonton film terbaru, transcendense. Salah satu hal yang dibahas dalam film
itu adalah tentang kecerdasan buatan, peran neurotransmitter dalam pengaturan
emosi/mood, serta percepatan regenerasi neuron. Di film itu juga ditunjukkan
bahwa, otak mempunyai kemampuan untuk pengaturan gerak dan emosi. Saat ini,
irin sedang mengikuti modul neurosains. Akhirnya timbul pertanyaan di dalam
diri irin, apakah fungsi otak hanya untuk belajar? Bagian mana dari otak yang
mempunyai kemampuan utk penyimpanan memori? Siapa pengatur emosi/mood? Neuron
mampu regenerasi, benar atau salah? Pusat pengaturan gerak diotak terletak
dimana? Potensi stem cell? Aplikasi sel punca dalam pengobatan?
Ia akhirnya mencoba mencari
literatur dan memutuskan untuk mengajukan pertanyaan tersebut saat kuliah
fisiologi berikutnya.
1.2 Klarifikasi dan Definisi
1. Neurotransmiter adalah zat yang dilepas dari ujung akson
neuron prasimpatik
2. Stem
cells adalah sel prekursor yang relatif belum berdiferensiasi yang menghasilkan
sel-sel khusus yang sangat berdeferensiasi.
3. Neuron
adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
4. Regenerasi
neuron adalah kemampuan dari neuron untuk memperbaiki dirinya sendiri termasuk
pembentukan kembali koneksi yang fungsional.
5. Memori
adalah penyimpanan dari pengetahuan yang telah didapat untuk di panggil, ada 2
jenis memori yaitu memori jangka panjang dan memori jangka pendek.
1.3 Kata Kunci
- Fungsi
otak - Stem cells - Regenerasi neuron
- Memori - Neurotransmiter -
Kecerdasan buatan
- Emosi - Pusat pengatur gerak
1.4 Rumusan
Masalah
Bagaimana fisiologi dari system saraf?
1.5 Analisis Masalah
1.6 Hipotesis
Sistem saraf pusat berfungsi sebagai pengelola dan
penyimpan informasi yang diterima dari system saraf tepi yang memiliki fungsi
sebagai penerima dan efektor dari segala bentuk respon yang diterima tubuh.
1.7 Pertanyaan diskusi
1. Bagaimana
fungsi dari bagian-bagian otak:
a. Serebrum
b. Densefalon
c. Batang
otak
d. Serebelum
2. Jelaskan
fungsi dan bagian dari sistem saraf aferen
3. Jelaskan
fungsi dan bagian dari sistem saraf eferen
4. Bagaimana
proses pengolahan atau mekanisme penerimaan dan responnya
5. Bagaimana
alur kerja saraf hingga terbentuknya respon gerak dan otot
6. Bagian
mana dari otak dan bagaimana proses pengaturan emosi
7. Bagaiman
peran sistem limbik terhadap emosi
8. Bagaimana
klasifikasi memori
9. Bagaimana
proses penyimpanan memori jangka panjang dan jangka pendek
10. Bagaimana
peran neurotransmiter dalam komunikasi antar sel
11. Jenis-jenis
dari neurotransmiter
12. Bagaimana
transduksi sinyal dari neurotransmiter
13. Bagaiman
proses regenerasi neron
14. Jelaskan
tentang stem cell
a. Pengertian
b. Sifat
c. aplikasi
dalam pengobatan
d. potensi
stem cell dalam sistem saraf
15.
Bagaiman etika kedokteran dalam stem cell dan
kecerdasaan buatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi dari bagian-bagian otak
2.1.1 Serebrum
Cerebrum
adalah bagian terbesar dari otak, terdiri dari korteks serebral luar, daerah
internal dari substansia alba dan inti materi substansia grisea jauh di
dalamnya. Korteks serebral berisi gyrus, celah, dan sulcus. Hemisfer
serebral/belahan otak dapat dibagi menjadi empat lobus: frontal, parietal,
temporal, dan oksipital.
Lobus
oksipitalis, yang terletak di posterior (di kepala belakang), melaksanakan
pemrosesan awal masukan penglihatan. Sensasi suara pada awalnya dipersepsikan
oleh lobus temporalis, yang terletak di lateral (di kepala samping). Lobus
parietalis dan frontalis, yang terletak di kepala bagian atas, dipisahkan oleh
lipatan dalam, sulkus sentralis, yang berjalan kira-kira ke bagian tengah
permukaan lateral masing-masing hemisfer. Lobus parietalis terletak di belakang
sulkus sentralis di masing-masing sisi, dan lobus frontalis terletak di
depannya. Lobus parietalis terutama berperan menerima dan memproses masukan
sensorik. Lobus frontalis berperan dalam tiga fungsi utama: (1) aktivitas
motorik volunter, (2) kemampuan berbicara, dan (l) elaborasi pikiran.
Selain itu, terdapat daerah
fungsional yang ada di dalam korteks serebral otak dengan fungsinya
masing-masing. Daerah sensorik korteks serebral memungkinkan persepsi informasi
sensorik . Daerah kontrol motorik mengatur pergerakan secara sadar (volunteer). Sedangkan daerah asosiasi
memiliki fungsi integratif yang lebih kompleks seperti pengaturan dalam memori,
kepribadian, sifat, dan kecerdasan. Perbedaan anatomis halus ada di antara dua
belahan, dan masing-masing memiliki fungsi yang unik. Masing-masing hemisfer serebral
menerima sinyal sensorik dari dan mengendalikan gerakan dari sisi berlawanan
dari tubuh. Belahan kiri diperlukan untuk kemampuan bahasa, keterampilan
numerik dan ilmiah, dan penalaran. Sedangkan belahan kanan diperlukan untuk
kesadaran musik dan seni, spasial dan persepsi pola, pengenalan wajah, isi
emosional bahasa, mengidentifikasi bau, dan menghasilkan citra mental
penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau.
Gambar 1: Serebrum
2.1.2
Densefalon
Diencephalon adalah bagian dari forebrain yang
terletak antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga.
Diencephalon terdiri dari dua struktur utama, yaitu thalamus dan hypothalamus.
1) Thalamus.
Thalamus
(Bahasa Yunani = thalamos yang berarti ruangan di dalam) terletak di
bagian dorsal dari diencephalon dan melingkupi dua sisi otak. Tiap bagian
terletak pada sebelah sisi ventrikel ketiga. Kedua lobus thalamus ini
dihubungkan oleh massa intermedia yangterletak dibagian ventrikel ketiga.
Gambar 2: Diencephalon
dan struktur utamanya
Meskipun massa intermedia merupakan penghubung dari kedua sisi thalamus,
namun bagian ini tampaknya tidak memiliki fungsi yang sentral atau penting
karena pada sebagian manusia normal tidak dijumpai adanya massa intermedia ini.
Tetapi letak anatomi massa intermedia ini penting sebagai patokan (central
point) untuk mempelajari bagian-bagian otak yang lain. Thalamus menerima
sebagian besar input saraf yang menuju ke cerebral cortex. Dalam thalamus
ini juga terdapat Projection Fibers, yaitu kumpulan axon dari soma
sel yang terletak pada satu bagian otak dan memiliki kemampuan untuk
bersynapsis dengan neuron di bagian otak yang lain. Projection Fibers membantu
memproyeksikan atau mengirimkan berita (yang dikirim melalui sinapsis) tersebut
ke cortex.
Struktur thalamus dibagi-bagi berdasarkan jenis kumpulan sel-sel sarafnya (nuclei).
Kumpulan sel saraf pada salah satu bagian thalamus adalah pusat pemrosesan
informasi informasi sensoris. Mereka menerima informasi dari reseptor sensoris,
memproses informasi tersebut, dan mengirimkan (mentransmisikan) informasi
tersebut ke cortex sensoris yang sesuai. Contohnya lateral geniculate nuclei
yang merupakan pusat pemrosesan indera penglihatan (visual), medial
geniculate nuclei yang merupakan pusat pemrosesan indera pendengaran (auditory),
dan ventral posterior nuclei yang merupakan pusat pemrosesan indera
somatosensoris. Nuclei thalamus yang tidak terlibat dalam proses sensoris,
memproyeksikan diri (lewat projection fiber) ke bagian-bagian cortex
yang tidak memiliki fungsi sensoris. Contohnya ventrolateral nucleus yang
menerima informasi dari cerebellum (otak kecil) dan memproyeksikan ke primary
motor cortex.
2) Hypothalamus. Hypothalamus terletak di kedua sisi bagian
inferior dari ventrikel ketiga di bagian dasar otak, persis di bawah thalamus.
Meskipun bentuknya kecil (hypo = kurang), kira-kira 1/10 ukuran
thalamus, hypothalamus memegang peranan penting. Hypothalamus mengontrol
sistem saraf otonom dan sistem endokrin, serta memegang peranan penting dalam
pengaturan perilaku bermotivasi (motivated behavior). Selain fungsinya
yang kompleks, secara anatomis hypothalamus juga merupakan struktur otak yang
sangat kompleks karena terdiri dari berbagai nuclei dan saluran-saluran
jaringan (fiber tracts). Pada bagian bawah hypothalamus (lewatpituitary
stalk/cabangpituitary) terdapat kelenjar pituitary yang mengatur
pelepasan hormon dalam tubuh. Sistem endokrin dalam tubuh sebagian besar dikontrol
oleh hormon-hormon yang diproduksi oleh sel-sel di hypothalamus. Sistem khusus
dalam pembuluh darah akan menghubungkan hypothalamus dengan anterior
pituitary gland (kelenjar pituitary bagian anterior).
Hormon-hormon hypothalamus disekresikan (dihasilkan) oleh neuron khusus
yang disebut dengan neurosecretory cells yang letaknya di dekat bagian
pituitary stalk bagian bawah. Hormon-hormon ini merangsang anterior pituitary
gland untuk mensekresikan hormon masing-masing bagian tubuh. Misalnya gonadotropin-releasing
hormone menyebabkan sekresi
pada anterior pituitary gland untuk menghasilkan (mensekresi) hormon gonadotropin
yang penting untuk proses dan perilaku reproduksi.
Sebagian
besar hormon diproduksi oleh anterior pituitary gland dan anterior pituitary
gland mengontrolkelenjar-kelenjarendokrin yanglain. Karenamemiliki fungsi
tersebut, anterior pituitary gland sering disebut "master gland"
(penguasa kelenjar). Contohnya hormongonadotropic yangmenstimulasigonads
(ovariumdan testes)untuk melepaskan hormon seksuallaki-Iaki atau
perempuan. Hormon pituitary anterior yang lain seperti prolactin dan somatotropic
(pertumbuhan) tidak mengontrol kelenjar lain tapi merupakan penerima pesan
akhir (sebagai pelaksana yang mensekresi hormon).
Gambar
3: kelenjar pituitary
Hypothalamus juga memproduksi hormon dari posterior pituitary gland dan
mengontrol sekresinya. Yang termasuk dalam kontrol posterior pituitary gland
antara lain oxytoxin (menstimulasi aliran ASI dan kontraksi uterus saat
melahirkan) dan vasopressin yang mengatur pengeluaran urine dari ginjal.
Sekresi dari posterior pituitary gland diproses oleh neuron-neurondi
hypothalamus yang axonnya ke arah bawah sampai ke pituitarystalk dan
berhenti di posterior pitutary gland. Hormon dibawa melalui saluran (vesicles)
ke axoplasma dari neuron-neuron tersebut dan berkumpul di terminal button
dari posterior pituitary gland. Bila axon mendapat stimulasi, hormon-hormon
yang terkumpul di terminal button akan dilepaskan (sarna halnya seperti substansi
neurotransmitter) dan masuk ke dalam sistem sirkulasi tubuh.
Tepat didepan pituitary stalk terdapat optic chiasm yaitu tempat
dimana setengah bagian dari axon di saraf penglihatan (yang berasal dari mata)
melakukan perpindahan silang dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain
secara contralateral. Bentuk optic-chiasm ini seperti huruf X karena ada
saraf-saraf yang decussate (bersilangan secara contralateral). Sedangkan
saraf-saraf yang nondecussate umumnya bersifat ipsilateral.
2.1.3
Batang
otak
Batang otak
terdiri dari medula, pons, dan mesensefalon. Terdapat pandangan yang mengatakan
bahwa batang otak merupakan peluasan dari medula spinalis ke arah atas menuju
rongga kranial, karena batang otak juga mengandung nuklei sensorik dan motorik
yang membentuk fungsi sensorik dan motorik untuk regio wajah dan kepala, yaitu
fungsi ini juga dilakukan dalam cara yang sama oleh medula spinalis dalam
membentuk fungsi-fungsi untuk leher ke bawah. Tetapi pandangan ini mengatakan
bahwa batang otak adalah masternya sendiri, karena batang otak memiliki banyak
fungsi-fungsi kendali khusus, seperti berikut ini:
1. Mengatur pernapasan
2. Mengatur sistem kardiovaskular
3. Mengatur sebagian fungsi gastrointestinal
4. Mengatur banyak gerakan tubuh yang stereotipi
5. Mengatur keseimbangan
6. Mengatur gerakan mata
Akhirnya
batang otak bertindak sebagai tempat simpangan (way station) untuk “sinyal perintah” dari pusat-pusat saraf yang
lebih tinggi. Berikut ini adalah fungsi bagian batang otak dalam mengatur
keseimbangan tubuh.
Nuclei
reticular dan nuclei vestibular dalam menyangga tubuh
Nuclei reticular terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu nuclei reticular pontin dan nuclei reticular
medular. Nuklei retikular pontin terletak sedikit kea rah posterior dan lateral
dari pons dan meluas ke seluruh medulla.
Nuklei retikular pontin menjalarkan sinyal-sinyal eksitasi ke bawah
menuju medula melalui traktus retikulospinal pontin pada kolumna anterior medulla
spinalis. Serabut-serabut jarasnya berakhir pada neuron-neuron motorik bagian medial
dan anterior yang melawan gravitasi yaitu otot-otot kolumna vertebra dan
otot-otot ektensor dari anggota tubuh. Nuklei retikular pontin juga menerima
sinyal-sinyal eksitatorik yang kuat dari nuklei retikular vestibular. Bila system
eksitatori retikular pontin tidak dilawan oleh retikular medulla, maka akan terjadi
perangsangan otot-otot antigravitasi yang sangat kuat di seluruh tubuh,
sehingga memungkinkan untuk mahluk vertebrata berpindah tempat dalam posisi
berdiri.
Nuklei
retikular medular menjalarkan sinyal inhibitor ke neuron-neuron motorik
anterior antigravitasi yang sama melalui traktus retikulospinal medulla,
terletak pada kolumna lateralis medulla spinalis. Nuklei retikular medular
menerima input kolateral yang kuat dari traktus kortikospinal, traktus
rubrospinal, dan jaras motorik lainnya. Semua ini secara normal mengaktifkan system
inhibitorik retikular medular untuk menyeimbangkan sinyal eksitasi dari system
retikular pontin, sehingga dalam keadaan normal, otot-otot tubuh tidak tegang
secara abnormal.
Beberapa
sinyal yang berasal dari area otak yang lebih tinggi dapat menyebabkan
disinhibisi system medular apabila otak menginginkan perangsangan pada system
pontin untuk dapat mengahsilkana keadaan berdiri. Selain itu, perangsangan system
retikular medular dapat menghambat otot-otot antigravitasi pada posisi tubuh
tertentu untuk memungkinkan bagian-bagian ini membentuk aktivasi motorik
khusus. Nuklei eksitasi dan inhibisi membantu system yang terkendali yang
dimanipulasi oleh sinyal-sinyal motorik dari kortek serebri dan tempat mana
saja untuk menimbulkan kontraksi otot-otot latar belakang yang diperlukan untuk
berdiri melawan gravitasi, dan tentunya untuk menghambat otot-otot tertentu
sesuai yang diinginkan sehingga fungsi-fungsi lainnya dapat dilakukan.
Nuklei vestibular memiliki
fungsi yang berkaitan dengan nuklei retikular pontin dalam mengatur otot-otot
antigravitasi. Nuklei vestibular menjalarkan sinyal-sinyal eksitasi yang kuat
ke otot-otot antigravitasi melalui traktus vestubulospinal medialis dan
lateralis dalam kolumna anterior medulla spinalis. Tanpa dukungan dari nuklei
vestiubular, system retikular pontin akan kehilangan banyak perangsangannya
daro otot-otot antigaravitasi aksial. Fungsi spesifik nuklei vestibular adalah
untuk mengatur secara selektif sinyal-sinyal eksitatirik berbagai otot antigaravitasi
untuk menjaga keseimbangan, sebagai responnya terhadap sinyal apparatus
vestibular.
2.1.4
Serebelum
Cerebellum terletak
melingkupi sistem sensorik dan motorik
utama di batang otak. Serebellum dihubungkan dengan batang otak di kedua
sisinya oleh pendukulus superior,
pendukulus medialis dan pemdukulus
inferior. cerebellum memiliki corteks cerebelli eksterna yang dipisahkan oleh
substansia alba dari nukleus cerebellum dalam.
Fungsional dari cortex
cerebelli sendiri dibagi menjadi tiga area yaitu, korteks daerah vermis
memengaruhi gerakan sumbu panjang tubuh , yaitu leher, bahu , toraks , abdomen
, dan panggul . tepat di lateral
vermis disebut area intermediate hemispherium cerebella.
Area ini berfugsi utuk mengendalikan
otot-otot ekstremitas bagian distal , terutama tangan dan kaki . daerah
lateral masing-masing hemispherium cerebelli tampaknya berhubungan dengan
perencanaan serangkain gerakan di seluruh tubuh dan terlibat dalam
penilaian sadar akan gangguan
pergerakan.
Adapun fungsi dari
cerebellum itu sendiri yaitu , cerebellum menerima informasi aferen yang
berkaitan dengan gerakan voluntary dari cortex cerebri dan dari otot ,
tendon , dan sendi. Cerebellum juga menerima informasi keseimbangan dari nervus
vestibularis dan mungkin juga informasi penglihatan dari tractus
tectocerebellaris. Semua informasi ini diteruskan ke cortex cerebella oleh
serabut seperti lumut dan serabut asendens, kemudian menyatu pada sel-sel
purkinje. Para ahli fisiologi membuat postulat bahwa fungsi cerebellum sebagai
coordinator ketepatan gerak dilakukan dengan cara membandingkan output dari area motorik cortex cerbri
dengan informasi prospriseptif yang diterima dari tempat kerja otot secara
terus menerus. Lalu cerebellum dapat memberikan penyesuaian yang sibutuhkan dengan
memengaruhi aktivitas lower motor neuron.hal
ini dilakukan dengan mengontrol waktu
dan urutan stimulasi neuron motorik gamama. Selain itu, cerebellum dapat
mengirim kembali informasi ke korteks motorik serebri untuk menghambat
otot-otot antagonis sehingga membatasi gerakan voluntary yang berlebihan.
Fungsi cerebellum yang
terpenting adalah untuk mengkoordinasi , dengan kerja sinergis, semua reflex
dan aktivitas otot voluntar. Dengan demikian, cerebellum mengatur
tonus otot secara bertahap dan seimbang , serta mempertahankan postur yang
normal. Cerebellum memungkinkan terjadinya gerakan voluntar seperti berjalan
dengan tangkas , tepat, dan dengan usaha yang minimal.
2.2
Fungsi
dan bagian dari sistem saraf aferen
System saraf tersusun
menjadi susunan saraf pusat (ssp), yang terdiri dari otak dan medulla spinalis,
dan susunan saraf teepi (SST), yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa
informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). Divisi aferen membawa
informasi ke SSP, member tahu tentang lingkungan eksternal dan aktivitas
internal yang sedan diatur oleh susunan saraf (a berasa dari ad, yang berarti
“menuju”, feren berarti “membawa”; karena itu, aferen artinya “membawa ke”.
Divisi aferen saraf
tepi terdiri dari neuron aferen, yang berbeda bentuknya dari neuron eferen dan
antarneuron (gambar 1). Di ujung perifernya, neuron aferen biasanya memiliki
reseptor sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap
jenis rangsangan tertentu (reseptor neuron aferen peka rangsang ini jangan
disamakan dengan reseftor protein khusus yang mengikat pembawa pesan kimiawi
dan ditemukan di membrane plasma semua sel). Badan sel neuron aferen, yang
tidak mengandung dendrite dan input prasinaps, terlatak dekat dangan medulla
spinalis. Akson perifer panjang, yang sering disebut seraf aferen, berjalan
dari reseptor ke badan sel, dan akson sentral yang pendek berjalan dari badan
sel ke dalam medulla spinalis. Potensial aksi dimulai di ujung reseptor akson
perifer sebagai respon terhadap rangsangan dan merambat di sepanjang akson
perifer dan akson sentral menuju medulla spinalis. Ujun akhir akson sentral
menyebar dan bersinaps dangan neuron-neuron lain medulla spinallis sehingga
informasi tentang stimulus disebar. Neuron-neuron aferen terutama terletak di system
saraf perifer. Hanya sebagian kecil dari ujung akson sentral yang berproyeksi
ke dalam medulla spinalis untuk menyalurkan sinyal perifer.
Antarneuron
(interneuron) terutama berda di dalam SSP. Sekitar 99% dari semua neuron
termsuk dalam kategori ini. SSP manusia diperkirakan memiliki lebih dari 100
milyar antarneuron! Neuron-neuron ini memiliki dau peran utama. Pertama,
seperti diisyaratkan olen namanya, neuron ini terletak antara neuron aferen dan
eferen dan penting dalan intergrasi respon perifer dengan informasi perifer
(antar artinya : “di antara”). Sebagai contoh, setelah menerima informasi
melalui neuron aferen bahwa anda menyentuh suatu benda panas,
antarneuron-antarneuron tertentu memberi sinyal kepada neuron eferen yang
menyarafi otot tangan dan lengan anda dengan sebuah pesan, “jauhkan tangan dari
benda panas!”. Semakin kompleks tindakan yang yang diperlukan, semakin besar
jumlah antarneuron yang terletak antara aferen dan respon eferen. Kedua,
interkoneksi antara antarneuron itu sendiri berperan dalam fenomena abstrak
yang berkaitan dengan “jiwa”, misalnya pikiran, emosi, ingatan, kreativitas,
kecerdasan, dan motivasi. Aktivitas-aktivitas ini merupakan fungsi system saraf
yang paling kurang dipahami.
System saraf primitive
terdiri dari antarneuron yang relative sedikit terselip di antara neuron aferen
dan eferen. Selama perkembangan evolusi, komponen antarneuron berkembang secara
progresif, membentuk interkoneksi yang semakinn rumit, dan menjadi
terlokallisasi di bagian kepala system saraf, membentuk otak. Lapisan-lapisan
otak baru yang lebih canggih ditambahkan kelapisan-lapisan lama yang lebih
primitive. Otak manusia mencerminkan puncak perkembangan yang tercapai saat ini.
2.3
Fungsi
dan bagian dari sistem saraf eferen
Jalur eferen, berfungsi
untuk meneruskan instruksi dari pusat integrasi ke efektor. Yang mana Efektor,
merupakan suatu otot atau kelenjar yang melaksanakan respon yang diinginkan.
Sel saraf eferen (sel
saraf motorik) terletak terutama dalam sistem saraf tepi. Badan sel saraf
eferen berada didalam sistem saraf pusat, dimana terdapat banyak input
prasinaptik mengumpul pada badan sel ini untuk mempengaruhi output ke organ
efektor.
Serabut eferen
meninggalkan sumsum tulang belakang melalui akar depan. Badan-badan sel saraf
eferen berada di dalam tanduk depan dan mengirim aksonnya ke luar melalui akar
ventral. Akar depan dan akar belakang akan bergabung membentuk saraf spinal.
Jadi suatu saraf spinal terdiri atas saraf aferen dan saraf eferen yang
memanjang mulai dari sumsum tulang belakang ke bagian tubuh tertentu.
Sistem saraf eferen
dibagi menjadi:
1.
Sistem saraf somatik yang terdiri dari
saraf motorik yang menginervasi otot-otot rangka.
2.
Sistem saraf otonom yang menginervasi
otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar. Sistem saraf otonom dibagi
lagi menjadi:
a.
Sistem saraf simpatetik
b.
Sistem saraf parasimpatetik.
2.4 Proses
pengolahan/mekanisme dari penerimaan
dan respon terhadap implus
Proses pengolahan informasi dan responnya melibatkan
sistem saraf perifer, yakni divisi aferen dan eferen. Divisi aferen susunan
saraf tepi membawa informasi tentang lingkungan internal dan eksternal ke SSP.
Informasi sensorik, informasi aferen yang mencapai tingkat kesadaran, mencakup
(1) sensasi somatik (sensasi somestetik dan propriosepsi) dan (2) indera
khusus. Persepsi adalah interpretasi
sadar dunia eksternal yang diciptakan oleh otak dari masukan sensorik. Setelah
itu, informasi akan diolah di sistem saraf pusat pada bagian spesifik yang
mengaturnya. Instruksi dari SSP lalu disalurkan melalui divisi eferen ke organ
efektor-otot atau kelenjar yang melaksanakan perintah agar dihasilkan efek yang
sesuai.
Divisi
eferen susunan saraf tepi adalah jalur komunikasi yang digunakan oleh susunan
saraf pusat untuk mengontrol aktivitas otot dan kelenjar, organ-organ efektor
yang melaksanakan efek, atau tindakan yang diinginkan. SSP mengatur organ-organ
efektor ini dengan memicu potensial aksi di badan sel neuron eferen yang
aksonnya berakhir di organ-organ tersebut. Otot jantung, otot polos, sebagian
besar kelenjar eksokrin, sebagian kelenjar endokrin, dan jaringan adiposa
(lemak) disarafi oleh sistem saraf otonom, cabang involunter divisi eferen perifer.
Otot rangka disarafi oleh sistem saraf somatik, cabang divisi eferen yang
berada di bawah kontrol kesadaran. Keluaran eferen biasanya mempengaruhi
gerakan atau sekresi. Sebagian besar dari keluaran eferen ini ditujukan untuk
mempertahankan homeostasis.
2.5
Alur
kerja saraf hingga terbentuknya respon gerak dan otot
Mekanisme umum terbentuknya kontraksi otot
·
Adanya rangsangan yang menyebabkan timbulnya
potensial aksi pada salah satu titik di membran saraf. Potensial aksi ini akan
mengeksitasi bagian membaran di dekat titik tersebut sehingga terjadi
penyebaran potensial aksi di sepanjang membaran. Ini terjadi pada keadaan
depolarisadi.
·
Penyebaran
potensial aksi menyebabkan pelepasan neurotransmitter di ujung akson. Neurotransmitter
yang melekat pada reseptor pasca sinaps menyebabkan terjadinya potensial asi di
neuron pasca sinpas. Perjalanan potensial aksi di sepanjang serabut saraf
motorik akan berujung pada serabut otot.
·
Di setiap ujung
akson, saraf mengeksresikan substansi neurotransmitter berupa asetil kolin
dalam jumlah sedikit.
·
Asetil kolin
bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal
“bergerbang asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang terapung pada
membran.
·
Terbukanya kanal
gerbang asetil kolin menyebabkan sejumlah ion natrium untuk berdifusi ke bagian
membarn serabut otot. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi pada
membran.
·
Potensial aksi
akan berjalan sepanjang membran serabut otot dengan cara yang sama seperti pada
serabut saraf.
·
Potensial aksi
menyebabkan depolarisasi membran otot dan banyak aliran klistrik potensial aksi
mengalir melalui pusar serabut otot. Potensial aksi menyebabkan retukulum sarkoplasma melepaskan sejumlah ion
kalium yang telah gersimpan di dalam retikulum tersebut.
·
Ion-ion kaliaum
menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkan
kedua filamen ini bergeser satu sama lain dan menghasilkan proses kontraksi.
2.6
Bagian
otak yang
mengaturan emosi serta mekanisme
kerjanya
Sistem limbik berperan penting dalam
pengaturan emosi seseorang, termasuk senang, sakit, takut, dan sebagainya. Ini juga terlibat
dalam penciuman dan memori. Amygdala ternyata berperan penting dalam pemunculan
ekspresi agresif dan takut. Jadi, dapat disimpulkan seseorang yang mengalami
kerusakan amygdala maka gagal untuk mengenali ekspresi ketakutan di situasi yang
tepat.
Sistem
limbik adalah daerah melingkar yang dibatasi oleh bagian lebih atas dari batang
otak dan korpus kallosum. Komponen – komponen dari sistem limbik sebagai
berikut
1. Lobus
limbik : terdiri atas region yang dibatasi gyrus cingulata, yang terletak di
atas korpus kallosum dan gyrus parahippocampus termasuk dari lobus temporal.
Gambar 4: lobus limbik
2.
Hippocampus adalah sebuah bagian dari gyrus
parahippocampus yang menghubungkan dengan lantai dari ventrikel lateral.
3.
Gyrus dentate terletak di antara
hippocampus dan gyrus parahippocampus.
4.
Amygdala dibentuk dari sekumpulan neuron
terletak di dekat bagian bawah dari nukleus kaudatus.
5.
Korpus mammilare adalah dua masa
lingkaran dekat dengan bagian infundibulum.
6.
Thalamus yang terdiri atas dua nuclei.
7.
Bulbus olfaktori
8.
Fornix
2.7
Peran
sistem limbik terhadap emosi
System limbic bukanlah
suatu struktur terpisah tetapi suatu cincin struktur-struktur otak depan yang
mengelilingi batang otak dan saling berhubungan melalui jalur-jalur neuron
rumit. Struktur ini mencakup bagian dari
: lobus-lobus korteks serebri (terutama korteks asosiasi limbic), nucleus
basal, thalamus, dan hipotalamus. Anyaman interaktif kompleks ini berkaitan
dengan emosi, mempertahankan kelangsungan hidup, dan pola perilaku
sosioseksual, motivasi, dan belajar.
System limbic berperan
penting dalam emosi. Konsep emosi mencakup perasaan emosional subyektif dan
sauna hati (misalnya marah, takut, dan kegembiraan) plus respon fisik nyata
yang berkaitan dengan perasaan tersebut. Respon-respon ini mencakup pola
perilaku spesifik (misalnya, bersiap menyerang atau bertahan ketika terancan
oleh musuh) dan ekspresi emosi yang dapat diamati (misalnya tertawa, menangis,
atau tersipu). Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan peran sentral system limbic
dalam semua aspek emosi. Stimulasi terhadap region-regio spesifik di dalam
system limbic manusia sewaktu pembedahan otak menimbulkan beragam sensasi
subyektif samar yang dinyatakan oleh pasien sebagai kesenangan, kepuasan, atau
kenikmatan di satu region dan kekecewaan, ketakutan, atau kecemasan di region
lain. Sebagai contoh, amiglada, di interior di sisi bawah lobus temporalis
adalah regis yang penting untuk memproses masukan yang menghasilkan sensasi
takut. Pada manusia dan hingga tahap yang belum diketahui pasa spesies lain,
tingkat-tingkat korteks yang lebi tinggi juga penting bagi kesadaran akan
perasaan emosional.
Pola perilaku dasar yang dikontrol, paling tidak sebagian, oleh
system limbic mencakup pola-pola yang ditujukan untuk mempertahankan hidup
(menyerang, mencari makan) dan yang ditujukan untuk memperbanyak spesies
(perilaku sosioseksual yang kondusif bagi perkawinan). Pada hewan percobaan,
stimulasi system limbic menimbulkan perilaku kompleks atau bahkan aneh.
Sebagai contoh, stimulasi di satu daerah
dapat memicu resppons marah dan ganas bahkan pada hewan jink, sementara
stimulasi di bagian lain menyebabkan kelesuan dan erilaku jink, bahkan pada
hewan yang biasanya buas. Stimulasi di bagian yang lain lagi dapat memicu
perilaku seksual misalnya gerakan-gerakan kopulasi
PERAN HIPOTALAMUS DALAM POLA PERILAKU DASAR
Hubungan antara
hipotalamus, system limbic, dan daerah-daerah korteks yang lebih tinggi
mengenai emosi dan motivasi masih belum selenuhnya dipahami. Tampaknya
keterlibatan mendalam hipotalamus dalam system limbic mengatur respons internal
involunter berbagai system tubuh dalam persiapan untuk melaksanakan tindakan
yang sesuai dengan keadaan emosional yang sedang terjadi. Sebagai contih,
hipotalamus mengontrol peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan,
peningkatan tekanan darah, dan pengalihan darah ke otot rangka yang sebagai
aantisipasi terhadap serangan atau ketika marah. Perubahan-perubahan yang
bersifat persiapan di lingkungan internal inin tidak memerlukan control
kesadaran
PERAN
KORTEKS YANG LEBIH TINGGI PADA POLA PERILAKU DASAR
Dalam melaksanakan
aktivitas perilaku kompleks misalnya menyerang, lari, atau kawin, individu
(hewan atau manusia) harus berinteraksi dengan lingkuangan eksternal.
Mekanisme-mekanisme korteks yang lebih tinggi diminta bekerja untuk
menghubungkan system limbic dan hipotalamus dengan dunia luar sehingga perilaku
yang keluar sesuai. Di tingkat yang paling sederhana, korteks menghasilkan
mekanisme saraf yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas otot rangka yang
sesuai yang dibutuhkan untuk mendekati atau menghindari musuh, berpatisipasi
dalam aktivitas seksual, atau memperlihatkan ekspresi emosianal. Sebagai
contoh, rangkaian gerakan stereotpik untuk ekspresi emosi manusia yang
universal yaitu tersenyum tampaknya telah terprogram di korteks dan dapat
diaktifkan oleh system limbic. Seseorang juga dapat secara sengaja mengaktifkan
program tersenyum, misalnya ketika berpose didepan kamera. Bahkan orang yang
buta sejak lahir memiliki ekspresi wajah normal; yaitu, meraka tidak belajar
tersenyum dengan pengamatan. Tersenyum memilik artu sama di semua budaya.
Meskipun pengalaman setiap orang sangat berbeda. Pola perilaku yang dimiliki
oleh semua anggota dari suatu spesies ini dipercayai lebih banyak pada hewan
tingkat rendah
Norepinefrin,
dopamine dan serotonin adalah neurotransmitter di jalur-jalur untuk emosi dan
perilaku
Mekanisme
neurofisiologis yang berperan dalam emosi dan perilaku termotivasi sebagaian
besar masih belum diketahui. Meskipun neurotransmitter norepinefrin, dopamine
dan serotonin diperkirakan berperan.
Depresi adalah salah
satu ganguan mental yang berkaitan dengan defek neurotransmitter di system
limbic. Defisiensi fungsional serotonin atau norepinefrin atau keduanya
diperkirakan berperan dalam depresi, suatu penyakit yang ditandai oleh suasana
hati yang negative secara terus menerus sisertai oleh hilangnya minat,
ketidakmampuan merasakan kesenanganm dan kecenderungan bunuh diri.
2.8
Klasifikasi
memori
Ingatan adalah
penyimpanan pengetahuan yang didapat untuk dapat diingat kembali kemudian.
Belajar dan mengingat merupakan dasar bagi individu untuk mengadaptasikan
perilaku mereka dengan lingkungan eksternal tertentu.
Tanpa mekanisme ini, individu tidak dapat merencanakan interaksi yang berhasil
dan secara sengaja menghindari keadaan-keadaan tidak menyenangkan yang seharusnya
dapat diprediksi. Perubahan-perubahan
saraf yang berperan dalam retensi atau penyimpanan pengetahuan dikenal sebagai
jejak ingatan. Secara umum, yang disimpan adalah konsep, bukan informasi
verbatim (kata demi kata). Selagi anda membaca halaman ini, anda menyimpan
konsep yang dibahas, bukan kata-kata spesifiknya. Kemudian, ketika anda mengambil
kembali konsep dari ingatan, anda akan mengubahnya menjadi kata-kata anda
sendiri. Namun, kita dapat saja
mengingat potongan informasi kata demi kata. Penyimpanan informasi yang
diperoleh dilakukan paling sedikit dalam dua dua cara: ingatan jangka pendek
dan ingatan jangka panjang (Tabel di bawah). Ingatan jangka pendek berlangsung
beberapa detik sampai jam, sedangkan ingatan jangka panjang dipertahankan dalam
hitungan harian sampai tahunan. Proses
pemindahan dan fiksasi jejak ingatanjangka pendek menjadi simpanan ingatan
jangka panjangdikenal sebagai konsolidasi.
Suatu
konsep yang baru dikembangkan adalah konsep ingatan sementara, atau apa yang
disebut "papan tulis pikiran yang dapat dihapus". Ingatan sementara
secara temporer menahan dan menghubungkan berbagai potongan informasi yang
relevan dengan kegiatan mental yang sedang dilakukan. Melalui ingatan sementara anda, anda secara singkat menahan dan
memproses data untuk segera digunakan baik informasi baru yang didapat maupun
pengetahuan simpanan yang relevan yang secara transien dimajukan ke ingatan
sementara-sehingga anda dapat mengevaluasi data yang datangsesuai
konteks.Fungsi integratifini sangat penting bagi kemampuan anda untuk berpikir,
merencanakan, dan membuat penilaian. Dengan membandingkan dan memanipulasi informasi
baru dan lama dalam ingatan semenrara anda, anda dapat memahami apa yang sedang
anda baca, melakukan percakapan, menghitung tips restoran dalam kepala anda, mencari
jalan pulang, dan mengetahui bahwa anda harus menggunakan pakaian hangat jika
anda melihat salju di luar.
Secara singkat, ingatan
sementara memungkinkan orang memadukan pikiran-pikiran dalam rangkaian logis
dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
Meskipun belum ada bukti kuat namun temuan-temuan baru mengisyaratkan bahwa
jika suatu ingatan yang terbentuk dipanggil kembali secara aktif maka ingatan
tersebut menjadi labil (tak stabil atau dapat mengalami perubahan) dan harus direkonsolidasikan
ke keadaan inaktif. Menurutproposal yang kontroversial ini, informasi baru
dapat diserap ke dalam jejak ingatan lama selama rekonsolidasi.
·
. Perbandingan
Ingatan Jangka Panjang dan Ingatan Jangka Pendek
Informasi yang baru
diperoleh pada awalnya diendapkan di ingatan jangka pendek, yang kapasitas
penyimpanannya terbatas. Informasi dalam ingatan jangka pendek mengalami salah
satu dari dua nasib. Informasi ini segera dilupakan (misalnya, lupa nomor
telepon setelah anda melihatnya dan memutar nomornya), atau dipindahkan ke
dalam mode ingatan jangka panjang yang lebih permanen melalui latihan aktif
atau pengulangan. Daur ulang informasi yang baru diperoleh
melalui ingatan jangka pendek memperbesar kemungkinan bahwa informasi baru ini
akan terkonsolidasi menjadi ingatan jangka panjang. (Karena itu, ketika
andabelajar "borongan" untuk ujian maka retensi jangka panjanganda
kurang!). Hubungan ini dapat diibaratkan pembuatan film foto. Bayangan/gambar
yang orisinal (ingatan jangka pendek) akan segera lenyap kecuali jika bayangan tersebutdifiksasi
secara kimiawi (dikonsolidasikan) untuk menghasilkan gambar yang bertahan lebih
lama (ingatan jangka panjang). Kadang-kadang hanya sebagian dari ingatan yang terfiksasi,
sementara yang lain lenyap. Informasi yang menarik atau penting bagi individu
lebih besar kemungkinannya didaur ulang dan difiksasi dalam ingatan jangka panjang,
sementara informasi yang kurang penting cepat terhapus.
Kapasitas penyimpanan
bank ingatan jangka panjang jauh lebih besar daripada kapasitas untuk ingatan
jangka pendek. Berbagai aspek informasi pada jejak ingatan jangka panjang
tampaknya diproses dan dikodifikasi, kemudian disimpan dengan ingatan lain dari
jenis yang sama; sebagai contoh, ingatan visual disimpan secara terpisah dari
ingatan pendengaran.Organisasi ini memudahkan pencarian simpanan ingatan agar
informasi yang diinginkan dapat diperoleh.Sebagai
contoh, dalam mengingat wanita yang pernah anda jumpai, anda dapat menggunakan
berbagai petunjuk mengingat dari berbagai simpanan, misalnya namanya, penampilannya,
parfum yangdia gunakan, ucapan yang ia lontarkan, atau lagu yang terdengar
sebagai latar belakang. Pengetahuan
simpanan tidak berguna kecuali jika dapat diambil kembali dan digunakan untuk
mempengaruhi perilaku saat ini atau mendatang. Karena gudang ingatan jangka
panjang lebih besar maka sering diperlukan waktu lebih lama untuk mengingat
kembali ingatan jangka panjang daripada ingatan jangka pendek. Mengingat adalah proses mengambil kembali
informasi spesifik dari simpanan ingatan; lupa adalah ketidakmampuan mengambil
kembali informasi yang disimpan. Informasi yang lenyap dari ingatan jangka
pendek akan dilupakan selamanya, tetapi informasi dalam simpanan jangka panjang
sering hanya dilupakan secara transien. Sering anda hanya sesaat tidak dapat
mengakses informasisebagaicontoh, tidak mampu mengingat nama seorang
teman,kemudian nama tersebut "tiba-tiba muncul" di benak anda kemudian.
Beberapa bentuk ingatan jangka panjang yang melibatkan informasi atau
keterampilan yang digunakan sehari-hari pada hakikatnya tidak pernah dilupakan
dan cepat diakses kembali, misalnya mengetahui nama anda atau mampu menulis. Meskipun ingatan jangka panjang relatif
stabil namun informasi yang disimpan dapat secara perlahan lenyap atau
termodifikasi seiring waktu kecuali jika ingatan tersebut kembali ditanam
melalui latihan bertahun-tahun.
Hipokampus dan Ingatan
Deklaratif
Hipokampus,
bagian medial lobus temporalis yang memanjangdan merupakan bagian dari sistem
limbik (lihat gambar di samping), berperan vital dalam ingatan jangka pendek
yang melibatkan integrasi berbagai rangsangan terkait serta penting bagi
konsolidasi ingatan tersebut menjadi ingatan
jangka panjang. Hipokampus dipercayai menyimpan ingatan jangka
panjang baru hanya
sesaat dan kemudian memindahkannya ke bagian korteks lain untuk penyimpanan
yang lebih permanen. Tempat untuk
penyimpanan jangka panjang berbagai jenis ingatan sedang mulai diidentifikasi
oleh para ilmuwan saraf. Hipokampus dan daerah sekitarnya berperan sangat penting
dalam ingatan deklaratif-ingatan "apa" tentang orang, tempat, benda,
fakta, dan kejadian spesifik yang sering terbentuk setelah hanya satu
pengalaman dan yang dapat dikemukakan dalam suatu pernyataan seperti "Saya
melihat tugu Monas tahun lalu" atau mengingat kembali suatu gambar dalam
ingatan. Ingatan deklaratif memerlukan
pemanggilan kembali secara sadar. Hipokampus dan strukrur temporalis/limbik
terkait sangat penting dalam mempertahankan ingatan tentang kejadian-kejadian
sehari-hari dalam waktu yang memadai.
·
Serebelum
dan Ingatan Prosedural
Berbeda
dengan peran hipokampus dan daerah temporalis/limbik sekitar dalam ingatan
deklaratif, serebelum dan daerah korteks
terkait berperan penting dalam ingatan prosedural "bagaimana" yang
melibatkan keterampilan motorik yang diperoleh melalui latihan berulang,
misalnya mengingat gerakan tari tertentu.Daerah-daerah korteks yang penting
untuk suatu ingatan prosedural adalah sistem-sistem motorik dan sensorik
spesifik yang melakukan tindakan/gerakan yang dimaksud. Berbeda dari ingatan deklaratif, yang diingat kembali secara sadar dari
pengalaman sebelumnya, ingatan prosedural dapat dilaksanakan tanpa upaya sadar.
Sebagai contoh, seorang pemain ski selama pertandingan bisanya berprestasi
maksimal dengan "membiarkan tubuhnya mengambil alih” dan bukan memikirkan
secara eksak gerakan-gerakan apa yang harus dilakukannya.
·
Korteks
Prefrontal dan Ingatan Sementara
Yang berperan
utama dalam memadukan kemampuan berpikir kompleks yang berkaitan dengan ingatan
sementara adalah korteks asosiasi prafrontal.Korteks prafrontal tidak saja berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara untuk menahan data-data relevan online tetapi juga berperan besar
dalam apa yang disebut sebagai fungsi
eksekutif yang melibatkan manipulasidan integrasi informasi untuk perencanaan,
pemilihan prioritas,pemecahan masalah, dan pengorganisasian aktivitas.Korteks
prafrontal melaksanakan fungsi-fungsi berpikir kompleks ini dengan bekerja sama
dengan semua regio sensorik otak, yang berhubungan dengan korteks prafrontal
melalui koneksi-koneksi saraf. Para peneliti telah
mengidentifikasi berbagai tempat penyimpanan di korteks prafrontal, bergantung
pada sifat data yang relevan saat ini. Sebagai contoh, ingatan sementara yang
melibatkan petunjuk-petunjuk tentang ruang terletak di lokasi prafrontal yang
berbeda dari ingatan sementara untuk petunjuk verbal atau petunjuk tentang
penampakan suatu benda. Salah satu teori
baru yang menarik adalah bahwa kepandaian seseorang mungkin ditentukan oleh
kapasitas ingatan sementara orang tersebut untuk menahan secara temporer dan
mengaitkan berbagai data yang relevan.
2.9
Proses
penyimpanan memori
jangka panjang dan jangka pendek
Belajar adalah
perolehan pengetahuan atau keterampilan sebagai konsekuensi pengalaman,
instruksi, atau keduanya.
Ingatan/memori
tersimpan dalam tahapan-tahapan
Ingatan adalah
penyimpanan pengetahuan yang didapat untuk dapat diingat kembali kemudian.
Belajar dan megingat merupakan dasar bagi individu untuk mengadaptasikan
perilaku mereka dengan lingkungan eksternal tertentu. Tanpa mekanisme ini,
individutidak dapat merencanakan interaksi yang berhasil dan secara sengaja
menghindari keadaan-keadaan tidak menyenangkan yang seharusnya dapat diprediksi
Perubahan-perubahan
saraf yang berperan dalam retensi atau penyimpanan pengetahuan dikenal sebagai
jejak ingatan. Secara umum, yang disimpan adalah konsep, bukan informasi
verbatim (kata demi kata). Selagi anda membaca halaman ini, anda menyimpan
konsep yang dibahas, bukan kata-kata spesofoknya. Kemudian, ketika anda
mengambil kembali konsep dari ingatan, anda akan mengubahnya menjadi kata-kata
anda sendiri. Namun, kita dapat saja mengingat potongan informasi kata demi
kata
Penyimpanan informasi
yang diperoleh dilakukan paling sedikit dalam dua cara: ingatan jangka pendek
dan ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendek berlangsung beberapa detik
sampai jam, sedangkan ingatan jangka panjang dipertahankan dalam hitungan
harian sampai tahunan. Proses pemindahan dan fiksasi jejak ingatan jangka
pendek menjadi simpanan jangka penjang dikenal sebagai konsolidasi
Suatu konsep yang baru
dikembangkan adalah konsep ingatan sementara, atau apa yang disebut “papan
tulis pikiran yang sapat di hapus”. Ingatan sementara secara temporar menahan
dan menghubungkan berbagai potongan informasi yang relevan dengan kegiatan
mental yang sedang dilakukan. Melalui ingatan sementara anda, anda secara
singkat menahan dan meproses data untuk segera digunakan baik informasi baru
yang didapat maupan pengetahuan simpanan yang relevan yang secara transien
dimajukan ke ingatan sementara sehingga anda dapat mengevaluasi data yang
dating sesuai konteks. Fungsi integrative ini sangat penting bagi kemampuan
anda untuk berpikir, merencanakan, dan membuat penilaian. Dengan membandingkan
dan memanipulasi informasi baru dan lama dalam ingatan sementara anda, anda
dapat memahami apa yang sedang and abaca, melakukan percakapan, menghitung tips
restoran dalam kepala anda, mencari jalan pulang dan mengetahui bahwa anda
harus menggunakan pakaian hangat jika anda melihat salju diluar. Scara singkat,
ingatan sementara memungkinkan orang
memadukan pikiran-pikiran dalam rangkaian logis dan merencanakan
tindakan yang akan dilakukan.
Meskipun belum ada
bukti kuat namun temuan-temuan baru mengisyaratkan bahwa jika suatu ingatan
yang terbentuk dipanggil kembali secara aktif maka ingatan tersebut menjadi
labil (tak stabil atau dapat mengalami perubahan) dan harus direkonsolidasikan
ke keadaan inaktif. Menurut proposal ang kontroversi ini, infomasi baru
dapat diserap ke dalam jejak ingatan
lama selama rekonsolidasi.
Informasi yang baru
diperoleh pada awalnya diendapkan di ingatan jangka pendek, yang kapasitas
penyimanannya terbatas. Informasi dalam ingatan jangka pendek mengalami salah
satu dari dua nasib, informasi ini segera dilupakan ( misalnya, lupa nomor
telepon setelah anda melihat dan memutar nomornya), atau dipindhakan ke dalam
mode ingatan jangka panjang yang lebih permanen melalui latihan aktif atau
pengulangan.
Pengetahuan simpanan
tidak berguna kecuali jia dapat diambil kembali dan digunakan untuk
mempengaruhi perilaku saat ini atau mendatang. Karena gudang ingatan jangka
panjang lebih besar maka sering diperlukan waktu lebih lama untuk mengingat
kembali ingatan jangka panjang daripada ingatan jangka pendek. Mengingat adalah
proses mengambil kembali informasi spesifik dari simpanan ingatan; lupa adalah
ketidakmampuan mengambil kembali informasi yang disimpan. Informasi yang lenyap
dari ingatan jangka pendek akan dilupakan selamanya, tetapi informasi dalam
simpanan jangka panjang sering hanya dilupakan secara transien. Sering anda
hanya sesaat tidak mampu mengingat nama seorang teman, kemudian nama tersebut
tiba-tiba muncul dibenak anda kemudian.
Beberapa bentuk ingatan
jangka panjang yang melibatkan informasi atau keterampilan yang digunakan
sehari-hari pada hakikatnya tidak pernah dilupakakn dan cepat diakses kembali,
misalnya mengetahui nama anda atau mampu menulis. Meskipun ingatan jangak
panjang relative stabil namun informasi
yang disimpan dapat secara perlahan lenyap atau termodifikasi seiring waktu
kecuali jika ingatan tersebut kembali ditanam melalui latihan bertahun-tahun.
Bagian-bagian otak mana
yang berperan dalam ingatan? Tidak ada suatu pusat ingatan tunggal otak.
Neuron-neuron yang berperan dalam jejak ingatan tersebat laus di seluruh daerah
subkorteks dan korteks otak. Bagian-bagian otak yang diperkirakan peling
berperan dalam ingatan adalah hipokampus dan system limbik (ingatan deklaratif
yaitu ingatan tentang kejadian-kejadian sehari-hari dalam waktu yang memadai),
serebelum (ingatan procedural, bagaimana, yang melibatkan keterampilan motorik
yang diperoleh melalui latihan berulang, misalnya mengingat gerakan tari
tertentu. Ingatan ini dapat dilaksanakan tanpa upaya sadar), korteks prefrontal
(ingatan sementara) dan bagian-bagian lain korteks serebri.
Pertanyaan lain selain
dimana ingatan terletak adalah bagaimana nya memori. Meskipun telah terkumpul
banyak data psikoogi namun bukti fisiologik mengenai dasar selular jejak
ingatan masih sedikit. Jelaslah, pastilah terjadi perubahan dalam sirkuit saraf
otak yang menyeabkan perubahan perilaku setelah belajar. Suatu ingatan tidak
terletak pada satu neuron tetapi pada perubahan pola sinyal yang disalurkan
menyeberangi sinaps-sinaps dalam suatu jaringan saraf yang luas.
Ingatan jangka pendek
dan ingatan jangka panjang memiliki mekanisme yang berbeda. Ingatan jangka
pendek melibatkan modifikasi transien fungsi sinaps-sinanps yang sudah ada,
misalnya perubahan temporer dalam neurotransmitter yang dibebaskan sebagai
respon terhadap rangsangan atau peningkatan temporer responsivitas sel pasca
sinaps terhadap neurotransmitter di jalur-jalur saraf yang terllibat.
Sebaliknya, ingatan jangka panjang melibatkan perubahan struktur dan
funngsional yang relative permanen antara neuron-neuron yang sudah ada di otak.
Ingatan jangka pendek melibatkan perubahan transien
pada aktivitas sinaps.
Berbagai eksprimen
cerdik pada siputlait, ap;ysia, telah membuktikan bahwa dau bentuk ingatan
jangka pendek-habituasi (pembiasaan) dan sensitisasi (pemekaan)-disebabkan oleh
modifikasi berbagai protein salura diterminal neuron-neuron aferen yang sedang
berperan dijalur yang memerantarai perilaku yang sedang mengalami modifikasi.
Modifikasi inin, pada gilirannya, menimbukan perubahan pada pelepasan
neurotransmitter. Habituasi adalah penururnan responsivitas terhadap presentasi
berulang suatu stimulus indiferen-yaitu rangsangan yang tidak menghasilkan
penghargaan atau hukuman. Sensitisasi adalh penigkatan responsivitas terhadap
rangsangan ringan setelah setealh rangsangan kuat yang mengganggu.
Mekanisme
habituasi
Pada habituasi,
penutupan saluran Ca2+ mengurangi masuknya Ca2+ kedalam terminal prasinaps,
menyebabkan penurunan pelepasan neurotransmitter. Akibatnya, potensial
pascasinaps berkurang dibandingkan dengan normal sehingga terjadi penurunan
atau hilangnya respon perilaku yang dikontrol oleh neuron eferen pascasinaps.
Tanpa latihan lebih lanjut, penurunan responsivitas ini bertahan beberapa jam.
Proses ini juga terjadi pada spesies lain, hal ini menunjukan isyarat bahwa
modifikasi saluran Ca2+ adalah mekanisme umun habituasi, meskipun pada
spesies-spesies yang lebih tinggi keterlibatan antarneuron menyebabkan proses
menjadi lebih rumit. Habituasu mungkin merupakan bentuk belajar pertamam yang
terjadi pada bayi manusia. Dengan belajar mengabaikan stimulus indiferen, hewan
atau orang bebas memperhatikan rangsangan yang lebih penting
Mekanisme
sensitiasi
Sensitiasi pada aplysia
juga melibatkan modifikasi saluran, tetapi dengan mekanisme dan saluran yang
berbeda. Berbeda dari apa yang terjadi pada habituasi, masukinya Ca2+ kedalam
terminal sinaps meningakat pada sensititasi. Peningkatan pelepsan
neurotransmitter yang kemudian terjadi menghasilkan potensial pascasinaps yang
lebih besar sehingga respon menjadi lebih kuat. Sensititasi tidak memilik efek
langsung pada saluran Ca2+ prasinaps. Sensititasi secara tidak langsung
meningkatkan pemasukan Ca2+ melalui fasilitasi prasinanps. Neurotransmitter
serotonin dilepaskan dari antarneuron fasilitatif yang bersinaps di terminal
prasnaps untuk menimbulkan peningkatan pelepasan neurotransmitter prasinaps
sebagai respon terhadap potensial aksi. Bahan ini melakukannya dengan memicu
pengaktifkan pembawa pesan kedua AMP siklik di terminal prasinaps, yang
akhirnya menyebabkan penyumbatan saluran K+. penyumbatan ini memperlama
potensial aksi di terminal prasinaps. Ingatlah bahwa efluks K+ melalui saluran
K+ yang terbuka mempercepat pemulihan ke potensial istirahat (repolarisasi)
selama fase turun potensial aksi. Karena keberadaaan potensial aksi local
merupakan penyebab terbukanya salluran Ca2+ diterminal, maka potensial aksi
yang berke[anjangan meningkatkan influx Ca2+ yang berkaitan dengan sensitisasi.
Karena itu, jalur-
jalur sinaps yang sudah ada mungkin secara fungsional mengalami interupsi
(habituasi) atau peningkatan (sensitisasi) selama proses belajar sederhana.
[ada ilmuan berspekulasi bahwa banyak ingatan jangka pendek juga merupakan
modifikasi sesaat proses-proses yang suadah ada. Beberapa penelitian
mengisyaratakan bahwa jenjang AMP siklik, terutama pengaktifan protein kinase,
berperan penting, paling tidak pada bentuk elementer belajar dan mengingat.
Studi-studi lebih
lanjut mengungkapkan bahwa ingatan deklaratif, yang melibatkan kesadaran dan
lebih kompleks daripada habituasi dan sensititas, mula-mula disimpan melalui
peruahan yang lebih menetap dalam aktivasi sinaps-sinaps yang sudah ada. Secara
spesifik, penyimpana awal informasi deklaratif tampakna dilakukan oleh
potensial jangkan panjang, yang sekarang akan kita bahas.
Mekanisme
potensiasi jangka pajang
Istila
potensiasi panjang (PJP) merujuk kepada penambahan berkepanjangan kekuatan
hubungan sinap di jalur-jalur yang mengalami pengaktifan oleh stimulasi
berulang dalam waktu singkat. PJP dibuktikan bertahan hingga beberapa hari atau
bahkan minggu-cukup lama bagi ingatan jangka pendek ini untuk dikonsolidasi
menjadi ingatan jangka panjang yang lebih permanen. PJP
terutama banyak ditemukan di hipokampus, suatu tempat yang sangat penting bagi
perubahan ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang. Jika terjadi
PJP, pengatifan simultan neuron-neuron pra dan pascasinap di suatu sinaps
eksitatrik menyebabkan modifikasi jangka panjang yang meningkatakn kemampuan
neuron-beuron prasinaps mengeksitasi neuron pascasinaps. Karena neuron pra dan
pascasinas harus diaktifkan pada saat yang sama maka pembentukan PJP terbatas
di jalur yang dirangsang. Jalur-jalur antara input prasinaps inaktif lain dan
sel pascasinapsnya yang sama tidak terpengaruh. Pada PJP, sinyal dari sebuag
neuron prasinaps ke neuron pascasinaps menjadi lebih kuat jika terjadi
berulang-ulang. Ingatlah bahwa penguatan aktivitas sinaps menyababkan
pembentukan lebih banyak PPE di neuron pascasinaps sebagai respons terhadapa
sinyal kimiawi dari input prasinaps eksitatorik khusus ini. Peningkatan
responsivitas eksitatorik ini akhirnya diterjemahakan menjadi penambahan jumlah
potensial aksi yang dikirim melalui sel pascasinaps ini keneuron-neuron lain.
Peningkatan transmisi
melalui sinaps secara teoritis dapat terjadi karana perubahan di neuron
pascasinaps (misalnya peningkatan responsivitas terhadap neurotransmitter) atau
di neuron prasinaps (misanya peningkatan pengeluaran neurotransmitter).
Berdasarkan bukti ilmiah yang ada, terdapat dua hipotesis, salah satu
melibatkan perubahan pascasinaps dan yang lain adalah modifikasi prasinaps.
Mekanisme hipotetik
pertama melibatkan peningkatan responsivitas sel pascasinaps. Daam teori ini,
neuron prasinaps mengeluarkan glutamate, suatu neurotransmitter eksitatorik,
yang berikatan dengan dua jenis reseptor glutamate di membrane plasma neuron
pascasinaps-reseptor NMDA dan reseptor AMPA. Karena reseptor NMDA adalah
saluran kation non selektif, maka pengaktifan dan pembukaan reseptor ini
setelah berikatan dengan glutamate menyababkan masuknya Ca2+ dan Na+ ke dalam
pascasinaps. Masuknya kalsium mengaktifkan jalur pembawa pesan kedua dependen
Ca2+ di neuron pascasinaps. Jalur pembawa pesan kedua ini menyebabkan insersi
fisik reseptor AMPA tambahan di membrane pascasinaps. Reseptor AMPA terutama
berperan menghasilkan PPE sebagai respon terhdap pengaktifan glutamate. Karena
meningkatnya ketersediaan reseptor AMPA maka sel pascasinaps memperlihatkan
peningkatan respon PPE terhadap pengeluaran glutaman dari sel prasinaps.
Peningkatan kepekaan neuron pascasinaps terhadap glutamate dari sel prasinaps
ini membantu mempertahankan PJP.
Proposal lain
menyatakan bahwa peningkatan neurotransmitter yang diebaskan dari sel prasinaps
berperan besar dalam pembentukan PJP. Menurut teori ini, pengaktifan jalur
pembawa pesan kedau dependen Ca2+ di neuron pascasinaps menyebabkan sel
pascasinaps ini mengeluarkan suatu factor retrograde (berjalan mundur) yang
berdifusi ke dalam neuron prasinaps. Disini, factor retrograde tersebut
mengaktikan system pembawa pesan kedua di neuron prasinaps, yang akhirnya
meningkatkan pelepasan glutamate dari neuron prasinaps ini. Umpan balik positif
ini memperkuat proses penyaluran sinyal di sinaps dan membantu mempertahankan
PJP. Sebaian penelitian menduga bahwa pembawa pesan retrograde ini adalah
nitrat oksida, suatu bahan kimia yang baru-baru ini diketahu melakukan beragam
fungsi lain ditubuh. Fungsi-fungsi itu berkisa dari dilatasi pembuluh darah di
penis sewaktu ereksi sampai destruksi benda asing oleh system imun.
Studi-studi menyarankan
adanya peran regulatorik jalul pembawah pesan kedua cAMP dalam pembentukan dan
pemeliharaan PJP selain jalur pembawa pesan kedau dependen Ca2+. Keikutsertaan
cAMP mungkin merupakan factor kunci dalam mengaitkan ingatan jangka pendek
dengan konsolidasi ingatan jangka panjang.
Ingatan jangka panjang melibatkan pembentukan
hubungan sinaps baru yang permanen.
Sementara ingatan
jangka pendek berkaitan dengan penguatan transien sinaps-sinaps yang sudah ada,
ingatan jangka panajgn memerlukan pengaktifan gen-gen spesifik yang mengontrol
sintest protein yang dibutuhkan untuk perubahan strukturan atau fungsional
jangka panjang di sinaps-sinaps spesifik. Contoj dari perubahan-perubahan
tersebut adalah pembentukan koneksi sinaps baru aau perubahan permanen pada
membrane pra atau pascasinaps. Karena itum simpanan ingatan jangka penjang
melibatkan perubahan fisik yang agak permanen di otak.
Studi-studi yang
membandingkan otak hewan percobaan yang dipelihara di lingkungan miskin
sensorik dangan hewan yang dipelihara di lingakunga kaya sensorik
memperlihatkan perbedaan mikroskopik yang nyata. Hewan yang mengalami interaksi
lingkungan yang lebih banyak dan kerananya diperkirakan memilik kesempatan
belajar lebih banyak memperlihatkan peningktan percabangan dan pemanjangan
dendrite di sel-sel saraf refio otak yang diduga berperan dalam penyimpanan
memori/ingatan. Peningkatan lua permukaan dendrite diperkirakan meningkatkan
tempat untuk sinaps. Karena itu, ingatan jangka panjang dapat disimpan, paling
tidak sebagian, dalam pola tertentu percabangan dendritik dan kontak sinaptik
Suatu protein
regulatorik positif, CREB, adalah tombol molecular yang mengaktifkan
(menyalakan) gen-gen yang penting dalam penyimpanan ingatan jangka panjang.
Molekul terkait lain, creb2, adalah penekan sintesis protein yang difasilitasi
oleh creb. Pembentukan ingatan bertahan lama melibatkan tidaj saja pengaktifan
factor-faktor regulatorik positif (CREB) yang memdorong penyimpanan ingatan
tetapi juga inaktivasi (pemadaman)factor-faktor penghambat (CREB2) yang
mencegah penyimpanan ingatan. Perubahan keseimbangan antara factor poditif dan
represif dipercaya menjamin bahwa hanya informasi yang releven bagi individu,
bukan semua yang dijumpai, yang dimasukkan dedalam simpanan jangka panjang.
Bagaimana CREB
diaktifkan (dan CREB2 dihambat)? Belum ada yang mengetahui dengan pasti, tetapi
sebagian peneliti menyarankan bahwa perubahan dari ingatan jangka pendek
menjadi ingatan jangka panjang mungkin melibatkan pengaktifan CREB olh cAMP.
Pembawa pesan kedua ini memiliki peran regulatorik dalam PJP serta dalam
bentuk-bentuk ingatan jangka pendek yang lebih sederhana seperti sensitisasi.
Selain itu cAMP dapat mengaktifkan CREB, yang akhirnya menyebakan pembentukan
protein baru dan konsolidasi ingatan jangka panjang. Konsolidasi ingatan
deklaratif dan procedural bergantung pada creb (dan mungkin creb2). CREB berfungsi
sebgai tombol moleklar bersama untuk mengubah kategori-kategori ingatan ini
dari mode jangka pendek transien menjdai mode jangka panjang permanen.
Protein-protein
regulatorik CREB mengatur sekelompok gen, immediate early genes (IEGs), yang
berperan penting dalam konsolidasi ingatan. Gen-gen ini mengatur sintesis
protein-protein ingatn jangka panjang. Peran pasti yang mungkin dimainkan oleh
protein ini masih diperdebatkan. Protein-protein ini mungkin diperlukan untuk
perubahan structural di dendrite atau digunakan untuk membentuk lebih banyak
neurotransmitter atau reseptor tambahan. Selain itu, mereka mungkin
melaksanakan modifikai jangka panjang pelepasan neurotransmitter dangan
memperlama proses-proses biokimia yang mula-mula diaktifkan oleh proses-proses
ingatan jangka pendek.
Yang memperumit keadaan
adalah terdapat banyak hormone dan neuropeptida yang diketahui mempengaruhi
proses belajar dan mengingat.
2.10 Peran neurotransmiter dalam
komunikasi antar sel
Neurotronsamitter
merupakan substansi kimia yang
menyelubungi ruangan sempit di antara sel-sel neuron (sinaps) dan melekat pada
sebuah protein pada membrane pascasinapstik (reseptor).
Neurotransmitter
dalam komunikasi antar sel berperan sebagai activator utama terhadap sel
pasacasinaps. Neurotransimitter yang dilepas dari membrane prasinaps akan
mengisi ruang sianaptik dan melekat pada reseptor di membrane pascasinaps. Pelepasan
neurotransmitter dari ujung saraf prasinapstik terjadi ketika potensial aksi dibangkitkan.
Potensial aksi akan menyebabkan terjadinya implus ion kalium sehingga
ventrikel-ventrikel sinaptik bergabung dengan membrane pascasinaps. Setelah
berikatan dengan reseptor terjadi penyesuaian berupa membukanya saluran ion,
yang dapat membangkitkan ESIP (excitatory
postsynaptic potensial) yang menyebabkan reaksi eksitasi dan IPSP (inhibitory postsynaptic potensial) yang
menimbulkan reaksi inhibisi.
2.11 Jenis-jenis
dari neurotransmitter
Neurotransmiter
|
Lokasi/Fungsi
|
Implikasinya pada
penyakit Jiwa
|
Kolinergik
|
||
Asetil kolin
|
Sistem
saraf otonom : simpatis dan
parasimpatis,
terminal
saraf presinapsis parasimpatik, terminal
postsinapsis
Sistem
saraf pusat : korteks serebral, hipokampus, struktur limbik, basal ganglia
Fungsi :
tidur, bangun persepsi nyeri ,
pergerakan
memori.
|
Meningkatkan derajat depresi
Menurunkan derajat penyakit
alzeimer, korea hutington, penyakit
parkinson
|
Monoamin
|
||
Norepinefrin
|
Sistem syaraf otonom terminal saraf post
sinapsis simpatis
Sistem saraf pusat: talamus, sistem limbik,
hipokampus, serebelum, korteks serebri.
Fungsi : pernafasan, pikiran, persepsi, daya
penggerak, fungsi kardiovaskuler, tidur dan bangun
|
Menurunkan derajat depresi
Meningkatkan derajat mania,
Keadaan kecemasan, skizofrenia.
|
Dopamin
|
Frontal
korteks, sistem limbik, basal ganglia, talamus, hipofisis posterior, medula
spinalis
Fungsi:
pergerakan dan koordinasi, emosional, penilaian, pelepasan prolaktin
Hipotalamus.
|
Menurunkan derajat penyakit
parkinson dan depresi
Meningkatkan derajat mania dan
Skizofrenia
|
Serotonin
|
Hipotalamus, talamus, sistem limbik, korteks
serebral, serebelum, medula spinalis
Fungsi : tidur, bangun, libido, nafsu makan,
perasaan, agresi persepsi nyeri, koordinasi dan penilaian
|
Menurunkan derajat depresi
Meningkatkan derajat kecemasan
|
Histamin
|
Hipotalamus
|
Menurunkan
derajat depresi
|
Asam amino
|
||
GABA (gamma amino butyric acid)
|
Hipotalamus, hipocampus, korteks, serebelum,
basal ganglia, medula spinalis, retina
Fungsi kemunduran aktivitas tubuh
|
Menurunkan derajat korea huntington, gangguan
ansietas,
skizofrenia, dan berbagai jenis
epilepsy
|
Glisin
|
Medula spinalis, batang otak
Fungsi: menghambat motor neuron berulang
|
Derajat toksik/keracunan
“glycine encephalopaty”
|
Glutamat dan aspartat
|
Sel-sel piramid/kerucut dari korteks, serebelum
dan sistem sensori aferen primer, hipocampus, talamus, hipotalamus, medula
spinalis
Fungsi: menilai informasi sensori, mengatur
berbagai motor dan reflek spinal
|
Menurunkan tingkat derajat yang
Berhubungan dengan gerakan
motor spastic
|
Neuropeptida
|
||
Endorfin dan enkefalin
|
Hipotalamus , talamus, struktur limbik dan batang
otak, enkedalin juga ditemukan pada traktus gastrointestinal
Fungsi modulasi (mengatur) nyeri dan
mengurangi peristaltik (enkefalin)
|
Modulasi aktivitas dopamin oleh opiod peptida
dapat menumpukkan
berbagai ikatan terhadap gejala
skizofrenia
|
Substansi P
|
Hipotalamus struktur limbik otak tengah, batang
otak, talamus, basal ganglia, dan medulla spinalis, juga ditemukan pada
traktus gastrointestinal dan kelenjar saliva
Fungsi: pengaturan nyeri
|
Menurunkan derajat korea
Hutington
|
Somatostatin
|
Korteks serebral, hipokampus, talamus, basal
ganglia, batang otak, medula spinalis
Fungsi: menghambat pelepasan norepinefrin,
merangsang pelepasan serotonin, dopamin dan asetil kolin
|
Menurunkan derajat penyakit
Alzeimer
Meningkatkan derajat korea
Hutington
|
2.12 Transduksi sinyal dari
neurotransmiter
A. Impuls
Saraf
Sel-sel di dalam tubuh dapat
memiliki potensial membran akibat adanya distribusi tidak merata dan perbedaan
permeabilitas dari Na+, K+, dan anion besar intrasel.
Potensial istirahat merupakan potensial membran konstan ketika sel yang dapat
tereksitasi tidak memperlihatkan potensial cepat. Sel saraf dan otot merupakan
jaringan yang dapat tereksitasi karena dapat mengubah permeabilitas membran
sehingga mengalami perubahan potensial membran sementara jika tereksitasi. Ada
dua macam perubahan potensial membran:
i. Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat
menghilang. Potensial berjenjang bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai
derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin kuatnya kejadian pencetus dan
semakin besarnya potensial berjenjang yang terjadi. Kejadian pencetus dapat
berupa:
1. Stimulus
2. Interaksi ligan-reseptor permukaan
sel saraf dan otot
3. Perubahan potensial yang spontan
(akibat ketidakseimbangan siklus pengeluaran pemasukan/ kebocoran-pemompaan)
Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada
membran sel saraf atau otot, terdapat potensial berbeda di daerah tersebut.
Arus (secara pasif )mengalir antara daerah yang terlibat dan daerah di
sekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat
menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah trigger zone di atas
ambang. Sedangkan jika potensial di bawah ambang tidak akan memicu potensial
aksi.
Daerah-daerah di jaringan tempat terjadinya potensial
berjenjang tidak mempunyai bahan insulator sehingga terjadi kebocoran arus dari
daerah aktif membran ke cairan ekstrasel (CES) sehingga potensial semakin jauh
semakin berkurang. Contoh potensial berjenjang:
1. Potensial pasca sinaps
2. Potensial reseptor
3. Potensial end-plate
4. Potensial alat pacu
ii. Potensial
aksi merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat
perubahan permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak
jauh.
1. Polarisasi (potensial istirahat) adalah
membran memiliki potensial dan terdapat pemisahan muatan berlawanan
2. Depolarisasi adalah potensial lebih kecil
daripada potensial istirahat (menuju 0 mV)
3. Hiperpolarisasi adalah potensial lebih besar
daripada potensial istirahat (potensial lebih negatif dan lebih banyak muatan
yang dipisah dibandingkan dengan potensial istirahat)
Selama
potensial aksi, depolarisasi membran ke potensial ambang menyebabkan
serangkaian perubahan permeabilitas akibat perubahan konformasi saluran-saluran
gerbang-voltase. Perubahan permeabilitas ini menyebabkan pembalikan potensial
membran secara singkat, dengan influks Na+ (fase naik; dari
-70 mV ke +30 mV) dan efluks K+ (fase turun: dari puncak ke
potensial istirahat). Sebelum kembali istirahat, potensial aksi menimbulkan
potensial aksi baru yang identik di dekatnya melalui aliran arus sehingga
daerah tersebut mencapai ambang. Potensial aksi ini menyebar ke seluruh membran
sel tanpa menyebabkan penyusutan. Cara perambatan potensial aksi:
1. Hantaran oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin:
potensial aksi menyebar di sepanjang membran
2. Hantaran saltatorik yang lebih cepat di serat
bermielin: impuls melompati bagian saraf yang diselubungi mielin
Pompa
Na+-K+memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan
potensial aksi ke lokasi semula secara bertahap untuk mempertahankan gradien
konsentrasi. Bagian membran yang baru saja dilewati oleh potensial aksi tidak
mungkin dirangsang kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode
refrakternya. Periode refrakter memastikan perambatan satu arah
potensial aksi menjauhi tempat pengaktifan semula. Potensial aksi timbul secara
maksimal sebagai respon terhadap rangsangan atau tidak sama sekali (all
or none). Variasi kekuatan rangsang dlihat dari variasi frekuensi,
bukan dari variasi kekuatan (besarnya) potensial aksi.
B. Sinaps dan Integrasi Neuron
Susunan
saraf memiliki banyak neuron yang saling berhubungan membentuk jaras konduksi
fungsional (functional conducting pathway). Sinaps merupakan
tempat dua neuron yang berdekatan satu sama lain dan terjadi komunikasi
interneuronal. Potensial aksi di neuron prasinaps menyebabkan pengeluaran
neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor di neuron pascasinaps. Sinaps
berdasarkan letak:
1. Sinaps aksodendritik
2. Sinaps aksosomatik
3. Sinaps aksoaksonik
Jenis
sinaps:
a. Sinaps Kimiawi
Permukaan yang berhadapan dengan
perluasan akson terminal dan neuron disebut membran prasinaptik dan pascasinaptik
yang dipisahkan oleh celah sinaptik. Membran prasinaptik dan
pascasinaptik menebal dan sitoplasma meningkat densitasnya. Prasinaptik
terminal banyak mengandung vesikel-vesikel prasinaptik yang berisi neurotransmiter.
Vesikel-vesikel bergabung dengan membran prasinaptik dan mengeluarkan neurotransmiter
ke celah sinaptik melalui melalui proses eksositosis. Mitokondria
berperan dalam menyediakan ATP untuk sintesis neurotransmiter baru. Sebagian
besar neuron hanya menghasilkan dan melepaskan neurotransmitter utama di semua
ujung-ujung sarafnya. Misalnya, asetilkolin digunakan di susunan
saraf pusat dan susunan saraf tepi, sedangkan dopamin di substansia
nigra. Glisin ditemukan terutama di sinaps-sinaps medulla
spinalis.
Neurotransmitter dilepaskan dari
ujung saraf ketika datang impuls saraf (potensial aksi). Potensial aksi
menyebabkan influks K+ yang menyebabkan vesikel sinaptik bergabung
dengan membran prasinaptik. Kemudian neurotransmitter dikeluarkan ke celah
sinaps. Ketika berada di celah sinaptik, neurotransmiter mencapai sasarannya
dengan meningkatkan atau menurunkan potensial istirahat (resting
potential) pada membrane pascasinaptik untuk waktu yang singkat.
Protein reseptor pada membran sinaptik mengikat neurotransmitter dan melakukan
penyesuaian dengan membuka kanal ion, membangkitkan Excitatory Postsynaptic
Potential (EPSP) atau Inhibitory Postsynaptic Potential (IPSP). Eksitasi
cepat diketahui menggunakan asetilkolin (nikotinik) dan L-glutamat atau
inhibisi menggunakan GABA. Reseptor protein lain mengikat neuromodulator
dan mengaktifkan sistem messenger kedua, biasanya melalui transduser
molekuler, protein G. Reseptor ini memiliki periode laten yang lebih lama,
berlangsung selama beberapa menit atau lebih. Contoh neuromodulator
adalah asetilkolin (muskarinik), serotonin, histamin, neuropeptida, dan
adenosin.
Efek eksitasi atau inhibisi pada
membran pascasinaps neuron bergantung pada jumlah respons pascasinaps pada
sinaps yang berbeda. Jika efek keseluruhannya adalah depolarisasi,
neuron akan terstimulasi dan potensial aksi akan
dibangkitkan pada segmen inisial akson dan impuls saraf dihantarkan sepanjang
akson. Sebaliknya, jika efek keseluruhannya adalah hiperpolarisasi, neuron
diinhibisi dan tidak timbul impuls saraf.
Distribusi neurotransmitter
bervariasi di berbagai bagian susunan saraf. Misalnya asetilkolin yang
ditemukan di taut neuromuskular, ganglia autonom, dan ujung-ujung saraf
simpatis. Pada susunan saraf pusat, kolateral neuron motorik sampai sel-sel
Renshaw, hippocampus, ascending reticular pathway, serta serabut aferen
sistem penglihatan dan pendengaran memiliki neurotransmitter kolinergik.
Norepinefrin ditemukan pada ujung-ujung saraf simpatis dan ditemukan
dalam konsentrasi tinggi di hipotalamus. Dopamin terdapat dalam
konsentrasi tinggi di berbagai bagian di sistem saraf pusat, misalnya di
nucleus basalis (ganglia basalis).
Efek neurotransmitter dipengaruhi
oleh destruksi atau reabsorpsi neurotransmitter tersebut.
Misalnya pada asetilkolin, efeknya dibatasi oleh enzim asetilkolinesterase
(AChE) dengan mendegradasi asetilkolin. Namun, efek katekolamin dibatasi
dengan kembalinya neurotransmitter ke ujung-ujung saraf prasinaps.
Neuromodulator merupakan zat selain
neurotransmitter yang dikeluarkan dari membran prasinaps ke celah sinaps, mampu
memodulasi dan memodifikasi aktivitas neuron pascasinaps. Neuromodulator dapat
ditemukan bersama dengan neurotransmitter utama di sebuah sinaps tunggal.
Biasanya neuromodulator terdapat di dalam vesikel prasinaps yang berbeda.
Pelepasan neuromodulator ke celah sinaps tidak memberikan efek langsung pada
membran pascasinaps. Neuromodulator berperan menguatkan, memperpanjang,
menghambat, atau membatasi efek neurotransmitter utama di membrane pascasinaps.
Neuromodulator bekerja melalui sistem messenger kedua yang biasanya
melalui transducer molecular, protein G, dan mengubah respons reseptor terhadap
neurotransmitter. Di daerah sistem saraf pusat tertentu, berbagai neuron aferen
yang berbeda dapat melepaskan beberapa neuromodulator berlainan yang diambil
oleh neuron pascasinaps. Susunan tersebut dapat menimbulkan berbagai respon
berbeda tergantung pada input dari neuron aferen.
b. Sinaps Elektrik
Sinaps elektrik merupakan gap
junction berupa kanal dari sitoplasma neuron prasinaps ke neuron
pascasinaps. Neuron-neuron berkomunikasi secara elektrik dan tidak ada
transmitter kimia. Ion mengalir dari suatu neuron ke neuron lain melalui kanal-kanal
penghubung. Penyebaran aktivitas yang cepat dari satu neuron ke neuron lain
menunjukkan sekelompok neuron melakukan suatu fungsi bersama-sama.
Sinaps elektrik dapat berjalan dua arah sedangkan sinaps kimiawi hanya
satu arah. Sinaps elektrik memiliki respon yang cepat sehingga penting untuk
gerakan refleks.
C. Reseptor Neurotransmitter
Reseptor berupa protein kompleks
transmembran yang sebagian menonjol ke lingkungan ekstrasel dan bagian lain
yang menonjol ke lingkungan intrasel. Reseptor neurotransmitter menangkap
neurotransmitter yang dilepaskan dan menyalurkan pesan yang dibawa
neurotransmitter ke intrasel. Reseptor tersebut mempunyai tempat pengikatan
yang multipel (binding site).
Klasifikasi
reseptor neurotransmitter:
1.
Reseptor Ionotropik (ligand-gated ion
channel)
Reseptor ionotropik merupakan
transmitter-gated channels. Neurotransmitter berikatan dengan reseptor yang
menempel pada pintu masuk kanal ion dan menyebabkan kanal ion terbuka.
Reseptor ionotropik mempunyai aksi sangat cepat, waktu pengikatan
neurotransmitter pada reseptor dan respon sangat pendek, respon singkat.
2.
Reseptor neurotransmitter Kolinergik
Setiap neurotransmitter menimbulkan
efek di membran postsinaptik bila berikatan dengan reseptor spesifik. Dua
neurotransmitter tidak akan berikatan pada satu reseptor yang sama, meskipun
satu neurotransmitter dapat berikatan dengan reseptor yang berbeda. Hal ini disebut
sebagai subtipe reseptor. Asetilkolin bekerja pada dua subtipe
reseptor yang berbeda. Satu tipe berada di otot skeletal (nikotinik) dan
tipe lain berada di otot jantung (muskarinik).
3.
Reseptor Nikotinik Asetilkolin (Ach)
Reseptor ini berperan dalam
penyaluran sinyal listrik dari suatu motor neuron ke serat saraf otot.
Asetilkolin yang dilepaskan oleh neuron motorik berdifusi ke membran plasma sel
miosit dan terkait pada reseptor asetilkolin. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
konformasi reseptor dan akan menyebabkan kanal ion membuka. Pergerakan muatan
positif akan mendepolarisasi membran plasma yang menyebabkan kontraksi.
Pembukaan kanal hanya berlangsung sebentar meskipun asetilkolin masih menempel
pada reseptor (periode desensitisasi). Reseptor nikotinik asetilkolin
yang matang terdiri atas 2 α, β, γ, dan δ. Berbeda dari yang ada di
otot, struktur reseptor nikotinik asetilkolin di neuron hanya terdiri
atas subunit α&β (α3β2).
4.
Reseptor Muskarinik
Reseptor muskarinik yang terdapat
pada otot jantung mempunyai subunit α3β2.
Setelah asetilkolin berikatan dengan reseptor muskarinik, timbul sinyal dengan
mekanisme berbeda. Misalnya, bila reseptor M1 atau M2
diaktifkan, reseptor ini akan mengalami perubahan konformasi dan berinteraksi
dengan protein G yang selanjutnya akan mengaktifkan fosfolipase C. akibatnya
terjadi hidrolisis fosfatidilinositol-(4,5)-bifosfate (PIP2) yang
menyebabkan peningkatan kadar Ca2+ intrasel. Selanjutnya kation ini akan
berinteraksi memacu atau menghambat enzim-enzim, menyebabkan hiperpolarisasi,
sekresi, atau kontraksi. Sebaliknya, aktivasi reseptor subtype M2
pada otot jantung memacu potein G yang menghambat adenilsiklase dan
mempertinggi konduksi K+ sehingga denyut jantung dan kontraksi otot
jantung menurun.
5.
Amino Acid-Gated Channels
Amino Acid-Gated Channels memediasi
sebagian besar transmisi cepat sinapsis di CNS (Cerebral Nervous System).
Fungsinya lebih terbatas yakni pada sistem sensorik, memori, dan penyakit.
6.
Reseptor GABAA
Reseptor GABAA mempunyai
beberapa tempat pengikatan untuk berbagai neuromodulator. Reseptor ini
merupakan target yang baik untuk obat
7.
Glutamate-Gated Channels
Reseptor agonis glutamate adalah AMPA
(alpha-amino-3-hydroxy-5-methylisoxazole-4-propionic acid), NMDA (N-methyl
D-aspartate), dan Kainate. AMDA dan NMDA berperan dalam transmisi sinaps
eksitator yang cepat di otak sedangkan KAINATE fungsinya belum diketahui.
AMPA-gated channels permeabel terhadap Na+ dan K+ dan
tidak permeabel terhadap Ca2+. Sedangkan reseptor NMDA permeabel
terhadap Na+ ,K+ dan Ca2+.
8.
Reseptor Metabotropik (G
protein-coupled)
Metabotropik merupakan reseptor yang berikatan
dengan neurotransmitter dan membentuk second messenger sebagai salah
satu jalur transduksi sinyal. Neurotransmitter yang berikatan yakni amin
biogenic (dopa, dopamine, serotonin, adrenalin, noradrenalin, histamine),
hormone peptide (angiotensin II, somastosin, TRH). Ligan yang berikatan bukan
dari golongan neurotransmitter adalah eikosanoid. Biasanya reseptor jenis ini
merupakan reseptor G-potein-coupled yang mempunyai 3 subunit (α, β, γ) dan
memiliki 7 kompartemen.
Transduksi sinyal pada reseptor metabotropik
G-protein-coupled
Pada keadaan inaktif, subunit α
potein G mengikat GDP. Saat diaktivasi oleh reseptor G-protein-coupled, GDP
beruba menjadi GTP. Kemudian potein G akan terpecah menjadi Gα (subunit GTP)
dan Gβγ yang akan mengaktifkan protein efektor. Secara perlahan subunit Gα akan
melepas PO4 dari GTP sehingga berubah menjadi GDP yang menyebabkan
aktifitas berhenti.
D. Taut
Neuromuskular pada Otot Rangka
Setiap serabut saraf bermielin yang
masuk ke otot rangka membentuk banyak cabang yang jumlahnya tergantung pada
ukuran unit motoriknya. Cabang akan berakhir pada otot rangka di tempat yang
disebut taut neuromuskular (neuromuscular junction) atau motor-end-plate.
Sebagian besar serabut-serabut otot hanya dipersarafi oleh satu motor
end-plate. Saat mencapai serabut otot, saraf kehilangan selubung mielin dan
pecah menjadi cabang-cabang halus. Masing-masing saraf berakhir sebagai akson
yang terbuka dan membentuk unsur neural motor end-plate. Pada motor
end-plate, permukaan serabut otot sedikit meninggi serta membentuk unsur
otot (sole plate). Elevasi terjadi akibat akumulasi
sarkoplasma granular di bawah sarkolema serta banyak inti dan mitokondria.
Akson terbuka yang melebar terletak
pada alur permukaan serabut otot yang dibentuk oleh lipatan sarkolema ke dalam
(junctional fold = dasar alur dibentuk oleh sarkolema yang membentuk
lipatan-lipatan). Junctional fold berfungsi memperluas area permukaan sarkolema
yang terletak di dekat akson yang melebar. Di antara membran plasma akson
(aksolema atau membran prasinaps) dan membran plasma serabut
otot (sarkolema atau membran pascasinaps) terdapat celah
sinaps.
Saat potensial aksi mencapai membran
prasinaps motor end-plate, kanal voltage-gated Ca2+
terbuka dan Ca2+ masuk ke dalam akson. Hal ini menstimulasi penggabungan
vesikel sinaptik dengan membran prasinaps dan menyebabkan pelepasan asetilkolin
ke celah sinaps. Kemudian asetilkolin menyebar dan mencapai reseptor Ach
tipe nikotinik di membran pascasinaps junctional fold.
Setelah pintu kanal terbuka, membran pascasinaps lebih permeabel terhadap Na+
yang mengalir ke dalam sel-sel otot dan terjadi potensial lokal (end-plate
potential). Pintu kanal Ach permeabel terhadap K+ yang
keluar dari sel namun dalam jumlah yang lebih kecil. Jika end-plate
potential cukup besar, kanal voltage-gated untuk Na+
terbuka dan timbul potensial aksi yang menyebar sepanjang permukaan
sarkolema. Gelombang depolarisasi diteruskan ke serabut otot oleh sistem
tubulus T menuju miofibril yang kontraktil. Hal ini menyebabkan pelepasan Ca2+
dari retikulum sarkoplasma yang akan menimbulkan kontraksi otot.
2.13 Poses regenerasi neuron
·
Sel
Schwan Memandu Regenerasi Akson Perifer yang Putus
Pada
kasus terpotongnya akson di susunan saraftepi, bagianakson yang terletak lebih
jauh dari badan sel mengalamidegenerasi, dan sel Schwann sekitar memfagosit debrisnya.
Sel Schwann itu sendiri menetap dan membentuk tabung regenerasi untuk menuntun serat
saraf melaksanakan regenerasi dalam arah yang benar. Bagian akson sisanya yang terhubung
ke badan sel mulai tumbuh dan maju di dalam kolom sel Schwann dengan gerakan
amuboid Ujung akson yang tumbuh maju "mengendus" jalannya dengan arah
yang tepat, diruntun oleh bahan kimia yang dikeluarkan oleh sel Schwann ke
dalam tabung regenerasi. Berhasilnya regenerasi serat ditandai oleh pulihnya sensasi
dan gerakan beberapa waktu setelah cedera saraf perifer, meskipun regenerasi
ini tidak selalu berhasil.
·
Oligodendrosit
menghambat regenerasi aksonsentral yang putus.
Serat
di SSP yang mendapat mielin dari oligodendrosit danbukan sel Schwann, tidak
memiliki kemampuan regenerasi ini. A.kson-akson itu sendiri sebenarnya mampu beregenerasi,
tetapi oligodendrosit yang mengelilingi mereka menghambat pertumbuhan akson,
sangat berbeda dengan efek sel Schwann (yang memielinasi akson perifer) yang
mendorong pertumbuhan saraf. Pertumbuhan saraf di otak dan medula spinalis dikontrol
oleh keseimbangan rumit antara berbagai protein pendorong pertumbuhan saraf dan
protein penghambat pertumbuhan saraf. Selama masa perkembangan bayi,
pertumbuhan saraf di SSP dapat terjadi karena otak dan medula spinalis sedang
terbentuk. Para peneliti berspekulasi bahwa inhibitor pertumbuhan saraf, yang
terbentuk pada akhir masa perkembangan janin di selubung mielin yang
mengelilingi serat SSB mungkin berfungsi sebagai "pagar jalan" untuk menjaga
agar ujung-ujung sarafbaru tidak keluar dari jalurnya yang benar. Karena itu, efek
oligodendrosit yang menghambat pertumbuhan mungkin berfungsi untuk menstabilkan
struktur SSP yang sangat rumit.
Namun,
inhibisi pertumbuhan merupakan suatu kendala, ketika akson perlu disambung,
misalnya saat medula spinalis terputus akibat kecelakaan. Serat sentral yang rusak
segera memperlihatkan tanda-tanda memperbaiki diri setelah suatu cedera, tetapi
dalam beberapa minggu serat rersebut mulai berdegenerasi, dan terbentuk
jaringan parut di tempat cedera yang menghambat pemulihan. Karena itu, serat neuron
yang rusak di otak dan medula spinalis tidak dapat mengalami regenerasi.
·
Para
peneliti berupaya mendorong regenerasi akson sentral yang terputus.
1.
Baru-baru ini berhasil ditemukan salah
satu inhibitor pertumbuhan saraf, yang dinamai Nogo. Kini para peneliti mencoba
merangsang pertumbuhan kembali akson pada hewan percobaan dengan cedera medula
spinalis dengan menggunakan antibodi terhadap Nogo.
2.
Peneliti lain bereksperimen menggunakan
tandur sarafperifer untuk menjembatani defek di bagian medula spinalisyang
cedera. Tandur ini mengandung sel Schwann, yangmengeluarkan protein-protein
perangsang pertumbuhan saraf.
3.
Cara lain yang menjanjikan dan sedang
diteliti adalahtransplantari olfactory ensheathing glia ke tempat yang
cedera.Neuron olfaktorius, sel-sel yang membawa informasi tentangbau ke otak,
diganti secara teratur tidak seperti kebanyakanneuron. Akson yang tumbuh dari
neuron-neuron baru inimasuk ke otak untuk membentuk koneksi fungsional
denganneuron yang sesuai di otak. Kemampuan ini didorong oleholfactory ensheathing
glia, khusus yang membungkus danmemielinasi akson olfaktorius. Eksperimen-eksperimen
awalmemperlihatkan bahwa transplantasi sel-sel pembentukmielin khusus ini dapat
membantu menginduksi regenerasiakson di SSP.
4.
Hal lain yang memberi harapan adalah
ditemukannyasel punca saraf. Sel-sel ini suatu harimungkin dapat ditanam di
medula spinalis yang rusak dandirangsang untuk bermultiplikasi dan
berdiferensiasi menjadineuron matang fungsional yang akan menggandkan
neuronyang hilang.
5.
Strategi baru lain yang juga masih dalam
penelitian adalah penguraian komponen inhibitorik secara enzimatis di jaringan
parut yang secara alami terbentuk di tempat cedera danmenghambat tunas serat
saraf baru menembus sawar ini.Sebagian peneliti sedang mengeksplorasi cara lain
untukmerangsang perbaikan akson-akson sentral, dengan tujuanmemungkinkan korban
cedera medula spinalis dapat berjalankembali.
2.14 Stem cell
2.14.1
Pengertian
Istilah
Stem Cell mulai populer digunakan di Dunia Kedokteran sejak tahun
1950-an. Yaitu
sejak ditemukannya Sel penyusun
sumsum tulang yang mampu membentuk seluruh jenis sel darah dalam tubuh manusia.
Selanjutnya, Jenis Stem Sel ini disebut stem
cell hematopoietik.
Sesuai dengan kata yang menyusunnya (Stem = Batang), Stem
Cell adalah Sel yang menjadi awal-mula dari pertumbuhan sel lain yang
menyusun keseluruhan tubuh organisme, termasuk Manusia. Layaknya batang pohon
yang menjadi tumpuan pertumbuhan ranting dan daunnya. Dalam Bahasa Indonesia
Stem Cell disebut juga Sel Punca (Punca = awal mula). Makna yang
terkandung dalam Sel Punca semakin diteguhkan dengan penemuan keberadaan Stem
Cell pada awal kehidupan manusia, yaitu saat masih Embrio. Hal ini semakin
menegaskan bahwa Stem Cell adalah, sel yang
menjadi awal mula terbentuknya 200 jenis Sel yang menyusun tubuh yang terdiri
dari > 100 triliun sel.
2.14.2
Sifat
Stem cell adalah sel yang tidak/belum
terspesialisasi yang mempunyai 2 sifat:
1. Kemampuan
untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini stem cell mampu berkembang menjadi
berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot
rangka, sel pankreas, dan lain-lain.
2. Kemampuan
untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri
(self-regenerate/self-renew). Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel
yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel
2.14.3 Aplikasi
dalam dunia kedokteran
APPLIKASI
/ PENGGUNAAN KULTUR STEM CELLS
Stem cells dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun
pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cells adalah sebagai berikut
1.
Terapi
gen
Stem
cells khususnya hematopoetic stem cells digunakan sebagai pembawa transgen
kedalam tubuh pasien dan selanjutnya dilacak apakah jejaknya apakah stem cells
ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Adanya sifat self
renewing pada stem cell menyebabkan pemberian stem cells yang mengandung
transgen tidak perlu dilakukan berulang-ulang. Selain itu hematopoetic stem
cells juga dapat berdifferensiasi menjadi bermacam-macam sel sehingga transgen
tersebut dapat menetap diberbagai macam sel.
2.
Penelitian
untuk mempelajari proses-proses biologis yang terjadi pada organisma termasuk
perkembangan organisma dan perkembangan kanker
3.
Penelitian
untuk menemukan dan mengembangkan
obat-obat baru terutama untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai
jaringan
4.
Terapi sel (cell
based therapy)
Stem cell
dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan Petri. Sifat ini dapat
digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan ditransplantasikan
ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu tanpa
mengganggu organ tubuh.
Gambar 5:
berbagai peran stem sel
PENGGUNAAN
STEM CELLS DALAM PENGOBATAN PENYAKIT
Para
ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan stem
cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cells untuk mengobati
penyakit dikenal sebagai Cell Based
Therapy. Prinsip terapi adalah
dengan melakukan transplantasi stem cells pada organ yang rusak. Tujuan dari
transplantasi stem cells ini adalah
1.
Mendapatkan
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan atau organ
tubuh pasien
2.
Menggantikan
sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel-sel
baru yang ditranspalantasikan.
Sel
stem embryonic sangat plastik dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan
menjadi berbagai macam jaringan sel seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast,
fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya, sehingga dapat dipakai untuk
menggantikan jaringan yang rusak. Sel stem dewasa juga dapat digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya sudah
berkurang. Keuntungan dari penggunaan sel stem dewasa yaitu tidak atau kurang
menimbulkan masalah dan kontroversi etika.
Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera
pada medula spinalis (spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai
demielinisasi menyebabkan hilangnya fungsi neuron. Sel punca dapat
mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara melakukan remielinisasi . Percobaan dengan sel punca embrionik
tikus dapat menghasilkan oligodendrosit
yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi akson yang rusak.
Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan
sel punca mesenkim (mesenchymal stem cells (MSC) dari sumsum tulang autolog.
Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Mesenchymal stem cells diperoleh dari aspirasi sumsum tulang.
Setelah disuntikkan perifer MSC akan melintas sawar darah otak pada daerah otak
yang rusak. Pemberian MSC intravenous
akan mengurangi terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi sel endogen
setelah terjadinya stroke.
Penggunaan sel punca pada infark miokardium
Bartinek telah
melakukan intracoronary infusion bone marrow stem cells otolog pada 22 pasien
dengan AMI dan mendapatkan hasil yang baik. Penelitian terkini menunjukkan
bukti awal bahwa adult stem cells dan embryonic stem cells dapat menggantikan
sel otot jantung yang rusak dan memberikan pembuluh darah baru. Strauer et al.
mencangkok mononuclear bone marrow cell autolog ke dalam arteri yang
menimbulkan infark pada saat PTCA 6 hari setelah infark miokard. Sepuluh pasien
yang diberi stem cells area infarkya menjadi lebih kecil dan indeks volume
stoke, left ventricular end systolic volume, kontraktilitas area infark dan
perfusi miokard menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
2.14.4 Potensi
stem cell dalam sistem saraf
Stem
sel terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu stem sel embrionik yang dapat
berdeferensiasi menjadi hampir setiap jenis sel (disebut juga dengan stem sel
prulipotent) dan stem sel dewasa yang hanya dapat berdefensiasi menjadi sel-sel
tertentu saja. Sifat stem sel yang mampu berdefensiasi menjadi sel lain dan
memperbaiki dan menggantikan sel yang rusak, memungkinkan stem sel untuk
mengembalikan fungsional dari system neuron.
Stem
sel embrionik di dapat dari sel embrio sedangkan pada sel dewasa yang mampu
berdeferensiasi menjadi sel neuron adalah stem sel otak. Akan tetapi,
transplantasi stem sel dapat menyebabkan terjadinya respon penolakan tubuh
apabila jaringan stem sel yang di donorkan tersebut tidak identik secara
genetis dengan genetic dari si penerima.
2.15
Etika
kedokteran tentang
stem cell dan kecerdasaan buatan
Manfaat
yang diperoleh dari penggunaan sel punca embrionik (embryonic stem cell) dalam
bidang kedokteran amat besar, namun sumber sel punca embrionik ini merupakan
masalah etika yang perlu mendapat perhatian.
Berkembangnya penelitian stem cell dan penggunaan stem
cell dalam upaya untuk mengobati penyakit pada manusia akan mengakibatkan
timbulnya masalah dalam hal etik. Hal utama terkait dengan masalah etik adalah
sumber stem cell tersebut.
Isu
bioetika utama dalam penelitian dan penggunaan stem cell adalah penggunaan stem
cell embrio terutama tentang sumber sel tersebut yaitu embrio. Sumber embrio
adalah hasil abortus, zigot sisa IVF dan hasil pengklonan. Pengklonan embrio
manusia untuk memperoleh stem cell merupakan isu yang sangat menimbulkan
kontroversi. Hal ini terkait dengan isu ”awal kehidupan” dan penghormatan
terhadap kehidupan. Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell
menimbulkan kontroversi karena berhubungan dengan pengklonan manusia yang
ditentang oleh semua agama.
Dalam
proses pemanenan stem cell embrio terjadi kerusakan pada embrio dan menyebabkan
embrio tersebut mati. Adanya anggapan bahwa embrio berstatus sama dengan
manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima
Perdebatan
yang cukup ramai adalah mengenai status moral embrio, apakah embrio harus
diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi
manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya. Lebih jauh lagi apakah
embrio yang berkembang dianggap sebagai mahluk hidup.
Penggunaan stem cell yang berasal dari surplus zigot
pembuatan bayi tabung sendiri. juga
menimbulkan kontroversi. Pendapat yang moderat mengatakan ketimbang surplus
zigot itu dibuang, sebaiknya dipakai saja untuk penelitian. Sebaliknya ada juga
yang berpendapat bahwa sisa itu harus dipelihara hingga zigot itu mati.
BAB III
KESIMPULAN
Sistem saraf pusat sebagai pengelola dan
penyimpan informasi yang diterima dari system saraf tepi yang memiliki fungsi
sebagai menerima implus dan menyalurkan respon.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong , W.F. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Saptra, Virgi. 2006. Dasar-dasar Stem
Sel dan potensi Aplikasinya dalam Ilm Kedokteran. Jakarta: PT. Kalbe Farme Tbk
Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia:
Dari sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC
Sherwood L.
Human Physiology: From Cells to Systems. Cengage Learning; 2011. 974 p.
Snell,Richard S.2012. Neuroanatomi Klinik.Jakarta : EGC.
Tortora, G.J., Derrickson, B.,
2012. Principles of Anatomy and Physiology. 13th ed. USA: John Wiley
& Sons
Halim, Danny,
dkk. 2010. Stem Cell Dasar Teori &
Aplikasi Klinis. Jakarta:
Erlangga.
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment