BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Bapak Tono 60 tahun seorang petani dengan
koreng yang tidak sembuh di pipi kanan sejak
4
bulan
yang lalu.Awalnya tumbuh benjolan tidak nyeri,datar bewarna hitam sebesar biji
jagung yang makin lama makin besar sejak 2 tahun yang lalu.Gambaran makroskopik
di pipi kanan tampak benjolan biru kehitaman dengan diameter 2cm,diatasnya
terdapat ulkus dengan diameter 1cm,tepi tidak rata dan meninggi,bergaung,dengan
krusta hitam.kulit disekitar terlihat normal.Selain itu di leher pak
Tono,ditemukan beberapa benjolan kecil hiperkeratotik dan papul bewarna coklat
multiple,tersebut diskret.
1.2 Klarifikasi
dan Definisi Masalah
a. Papula
: Penonjolan padat diatas
permukaan kulit,berbatas tegas dan ukuran
<1cm
b. Diskret : Terpisah satu dengan ujung
lain
c. Ulkus : Kerusakan lokal pada
permukaan organ atau jaringan yang
Ditimbulkan oleh pengelupasan jaringan
d. Krusta : Onggokan cairan
darah,kotoran,nanah,dan obat yang sudah
Mengering di atas permukaan kulit
e. Hiperkeratotik : Lesi pada kulit yang ditandai dengan
skuama yang berlebihan.
1.3 Kata
Kunci
a. Bapak
60 tahun petani
b. Koreng
tidak sembuh di pipi
c. Benjolan
tidak nyeri
d. Lesi
di leher dan di pipi
e. Benjolan
biru – kehitaman 2cm
f. Kulit
disekitar lesi normal
g. Benjolan
semakin besar sejak 2 tahun yang lalu
h. Ukk
leher : Hiperkeratotik,papul
Ukk
pipi : Ulkus,krusta
1.4 Rumusan
Masalah
Bapak
Tono petani 60 tahun memiliki koreng pada pipi berupa benjolan hitam tidak
nyeri
dengan ulkus semakin
membesar serta memiliki papul coklat multiple dan benjolan hiperkeratotik
diskret di leher.
1.5 Analisis
Masalah
1.6 Hipotesis
Bapak Tono,petani 60 tahun diduga mengalami karsinoma sel basal di pipi
kanan mengalami keratosis seborik di leher.
1.7 Pertanyaan
Diskusi
1. Tumor
Jinak Dan Ganas
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Manifestasi
klinis
e. Patofisiologi
f. Diagnosis
g. Tatalaksana
h. Prognosis
i.
Pencegahan dan deteksi
dini
j.
Perbedaan tumor jinak
dan ganas
2. Karsinoma
Sel Basal
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Faktor
– factor yang mempengaruhi timbulnya
e. Gejala
f. Pemeriksaan
kulit
g. Diagnosis
banding
h. Penatalaksanaan
i.
Prognosis
j.
Patogenesis
k. Histopatologi
3. Keratosis sebaroik
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Faktor
– factor yang mempengaruhi timbulnya
e. Gejala
f. Pemeriksaan
kulit
g. Diagnosis
banding
h. Penatalaksanaan
i.
Prognosis
j.
Histopatologi
4.
Faktor – faktor resiko
tumor
5.
Mekanisme pertahanan
kulit terhadap sinar uv
6.
Perubahan tumor jinak
menjadi tumor ganas
7.
Penyebab koreng tidak
sembuh
8.
Terapi farmako sesuai
kasus.
Studi kasus
9.
Apa hubungan pekerjaan
pak tono dan penyakitnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tumor
Jinak dan Ganas
a. Definisi
Tumor
adalah pertumbuhan jaringan tubuh dimana terjadi proliferasi abnormal dari
sel-sel. Tumor terjadi ketika sel membelah dan tumbuh berlebihan dalam tubuh.Tumor
jinak atau benigna berarti ringan atau tidak progresif.Dikatakan tumor jinak
jika gangguan proliferasi sel-sel ini tidak menyerang jaringan di dekatnya atau
tidak bermetastasis.Tumor jinak biasanya dikelilingi oleh selubung fibrosa atau
kapsul yang menghambat kemampuan tumor tersebut untuk berperilaku ganas.Tumor
ganas atau maligna adalah tumor yang berpotensi mematikan dengan karakteristik
anaplasia, invasif dan dapat bermetastasis.Tumor ganas adalah kanker, namun
kanker belum tentu berbentuk tumor, dimana sel-sel kanker dapat menyerang dan merusak
jaringan dan organ dekat tumor (invasif).Sel-sel kanker dapat melepaskan diri
dari tumor ganas dan memasuki sistem limfatik atau aliran darah.Kanker menyebar
dari tumor asli untuk membentuk tumor baru di bagian lain dari tubuh, yaitu
bermetastasis. Perbedaannya dengan tumor jinak adalah, kebanyakan tumor ganas
tidak berkapsul.1
b. Klasifikasi
Karsinoma
sel basal lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dari pada kulit berwarna
dan paparan sinar matahri yang lama dan kuat berperan dalam perkembangannya.
Lebih sering dijumpai pada pria dan biasanya timbul setelah usia lebih dari 40
tahun. Karsinoma sel basal dapat juga dijumpai pada anak-anak dan remaja
walaupun jarang.
Predileksi kanker ini
adalah di daerah muka yang terpajan sinar matahari (sinar UV).Daerah muka yang
paling sering terkena ialah daerah antara dahi dan sudut bibir. Dari
penyelidikan yang dilakukan di Indonesia ternyata terdapat predileksi sebagai
berikut: pipi dan dahi 50%; hidung dan lipatan hidung 28%; mata dan sekitarnya
17%; bibir 5%.1
Karsinoma
sel basal dari epidermis dan adneksa stuktur (folikel rambut, kelenjar
ekstrin).Terjadinya didahului dengan regenerasi dari kolagen yang sering
dijumpai pada orang yang sedikit pigmennya dan sering mendapat paparan sinar
matahari, sehingga nutrisi pada epidermis terganggu dan merupakan prediksi
terjadinya suatu kelainan kulit.Melanin berfungsi sebagai energi dapat menyerap
energi yang berbeda jenisnya dan menghilang dalam bentuk panas. Jika energi
masih terlalu besar dapat merusak sel dan mematikan sel atau mengalami mutasi
untuk selanjutnya menjadi sel kanker.1
Beberapa
peneliti mengatakan terjadinya karsinoma sel basal merupakan gabungan pengaruh
sinar matahri, tipe kulit, warna kulit dan faktor predisposisi
lainnya.Peningkatan radiasi UV dapat menginduksi terjadinya keganasan kulit
pada manusia melalui efek imunologi dan efek karsinogenik.Transformasi sel menjadi
ganas akibat radiasi UV diperkirakan berhubungan dengan terjadinya perubahan
pada DNA yaitu terbentuknya photo product
yang disebut dimer primidin yang diduga berperan pada pembentukan tumor. Reaksi
sinar UV menyebabkan efek terhadap proses karsinogenik pada kulit antara lain:
induksi timbulnya menjadi sel kanker, menghambat immunosurveillance dengan
menginduksi limfosit T yang spesifik untuk tumor tertentu.1
c. Etiologi
Penyebab
primer untuk terjadinya kanker pada manusia belum diketahui.bedah dari Inggris
menemukan bahwa kankerscrotum banyak dijumpai pada orang yangbekerja di pabrik
yang memakai cerobongasap.Setelah dipelajari, ternyata hidrocarbonyang berhasil
diisolasi dari batubaramerupakan Carcinogenic agent.Sejak itu zat kimia yang
menyebabkankanker pada hewan percobaan disebutkarsinogen. 3,4
Berbagai faktor
penyebabnya antara lain :
1. Zat-zat
karsinogenik
a. Karsinogenik
Kimia3,4
Aromatik amine dikenal sebagai penyebab
kanker traktus urinarius.Benzene dianggap berhubungan dengan terjadinya
leukemia akut.Jelaga batubara, anthracene, creosotadihubungkan dengan kanker
kulit, larynxdan bronkhus.Asbestos sering menyebabkan mesothelioma pada pekerja
tambang dan pekerja kapal.
b. Karsinogenik
Fisik3,4
Karsinogenik fisik yang utama adalah
radiasi ion.Pada pekerja yang melakukan pengecatan radium pada lempeng arloj
idijumpai adanya perkembangan ke arah kanker tulang.Kanker tiroid banyak
dihubungkan dengan adanya irradiasi leher pada masa anak-anak.Selain itu, bag
ikorban yang berhasil hidup akibat meledaknya bom atom memberi gejala kearah
leukemia.Sinar ultraviolet dianggap sebagai penyebab meningginya insidensi
kanker kulit pada pelaut atau petani, yang biasanya berhubungan dengan sinar
matahari secara berlebihan.Pekerja dibagian radiologi yang sering terkena X-ray
mempunyai kecenderungan untuk mendapat kanker kulit. Contoh lain dari
karsinogenfisik adalah iritasi mekanik, misalnya iritasikronis yang dihubungkan
dengan perkembangan kanker seperti degenerasi ganas dari scar luka bakar yang
lama yang disebut Marjolin`s ulcer.
c. Drug-
Induced Cancer3,4
Penggunaan alkilator seperti
melphalandan cyclophosphamide diketahui menyebabkan leukemia dan kanker kandung
kemih.Estrogen dianggap sebagai penyebab adenokarsinoma vagina,
kankerendometrium.Imunosupresive sepertiazathioprine dihubungkan dengan
limfoma, kanker kulit dan kanker ganas jaringan lunak.
2. Virus-virus
onkogenik2
Dikenal dua jenis virus yang dapat
menyebabkan keganasan yaitu: RNA virus danDNA virus.
a. RNA
virus menyebabkan leukemia,sarkoma dan urinari papiloma serta kanker payudara.
b. DNA
virus dianggap sebagai penyebab kanker: Eipstein Barr virus, papilloma virus,
hepatitis B virus. Eipstein Barr virus(EBV) dianggap sebagai penyebab dari
kanker nasofaring. Hepatitis B virus berhubungan dengan hepatocellulercarcinoma
primer.
Imunodefisiensi kongenital dan terapi
imunosupresif pada keganasan dianggap sebagai induksi keganasan, khususnya
limfomadan leukemia.Teori bagaimana terjadi perubahan dan differensiasi karena
pengaruh virus onkogenik,diterangkan sebagai berikut : Sel-sel onkogen adalah
gen normal yang mengatur pertumbuhan dan diferensial, perubahan pada sel
onkogenik itu sendiri atau perubahan terhadap pengaturan,menghasilkan
pertumbuhan yang normal.Diduga transformasi virus disekitar sel onkogen menyebabkan
perubahan molekul hingga terjadi perubahan pertumbuhan.Misalnya, P21 protein,
protein ini terlibat pada pengaturan proliferasi sel.Beberapa karsinogen dapat
merubah P21protein ini hingga terjadi perubahan proliferasisel tersebut.
3. Faktor
herediter2
Pada penelitian hewan percobaan,
faktorgenetik juga dianggap penting sebagai penyebab keganasan setelah faktor
kimia dan faktor fisik. Misalnya, perkembangan kanker pada manusia ditunjukkan
ketika tipe kanker yang sama terdapat pada kembar identik, juga ketika kanker
colon berkembang pada anggota keluarga dengan riwayat poliposis pada keluarga
tersebut.
Kanker payudara ditemukan tiga kali
lebih banyak pada seorang anak perempuan dari seorang ibu yang menderita kanker
payudara,dan ternyata pada anak perempuan tersebut akan timbul kanker payudara
pada usia yang lebih muda dari pada ibunya. Beberapa kanker diturunkan secara
autosomal dominant seperti neuroblastomarectum, multiple polyposis colon,
kanker tiroiddan adayang diturunkan secara autosomalrecessive seperti xeroderma
pigmentosa.
Namun sulit ditentukan apakah kanker
terjadi karena faktor herediter sendiri atau karena kombinasi faktor-faktor
lain seperti lingkungan, kebiasaan hidup dan makanan.
4. Faktor
lingkungan4
Beberapa jenis hasil industri serta
sisapembakaran dapat bersifat karsinogenik.Selain itu kebiasaan tertentu
dapatmengakibatkan suatu keganasan, misalnya,pemakai tembakau cenderung
mendapat kankerparu sedangkan pemakai alkohol cenderungmendapat kanker traktus
digestivus.Pekerja industri perminyakan yang banyakberhubungan dengan
polisiklik hidrokarbondijumpai banyak menderita kanker kulit.
Dengan meningkatnya perhatian
terhadapfaktor lingkungan seperti polusi udara,kontaminasi air, proses makanan
termasukpemakaian nitrat, nitrosamine untuk pengawetandaging serta sacharine,
diduga mempunyai sifatkarsinogen yang potensial.Selain hal tersebut diatas,
faktor migrasipenduduk sering menyebabkan pergeseran atauperubahan pola kanker
di suatu daerah. Sebagaicontoh di Jepang insidensi kanker gastertinggi, sedangkan
insidensi kanker paru rendah.Namun karena ada migrasi dari generasi keduake
Amerika, maka terjadi penurunan kasuskanker lambung dan peninggian kanker paru.
5. Faktor
sosio ekonomi
Walaupun belum diketahui dengan
pasti,faktor sosial ekonomi ternyata tampakmempengaruhi insidensi kanker.Kanker
gaster dan cervix dijumpai lebihtinggi pada golongan sosio ekonomi
rendah,sekitar tiga sampai empat kali lebih banyakdaripada golongan sosio
ekonomi menengah dantinggi.Pada literatur ada juga yang disebutdengan keadaan Pre
kanker.
Beberapa keadaan klinis
sepertileukoplakia, keratosisactin, polyp colon, polyprectum, neurofibroma,
dysplasia cervix,dysplasia mucosa bronchus dan colitisulcerativa kronis
dianggap sebagai keadaan prekanker, karena pada keadaan tersebut biasanyadiikuti
dengan timbulnya kanker sehinggamenjadi perhatian bagi para dokter
untukmengawasi keadaan ini dengan melakukanpemantauan terhadap penderita
tersebut.
6. EtiologiMultifaktor2,3,4
Kelihatannya terjadinya kanker merupakan
hasil dari interaksi virus onkogenik dengan karsinogen kimia atau karsinogen
fisik dan dapat juga akibat sifat sinergistik dari dua jenis karsinogen kimia
atau kombinasi karsinogen kimia dengan faktor herediter.
Terjadinya satu kanker dengan etiologi
multifaktor kemungkinan misalnya pada kanker paru.Merokok menyebabkan iritasi
dengan latar belakang faktor genetik yang spesifik (karena tidak semua perokok
menjadi penderita kanker paru) dan faktor hormonal(laki-laki lebih banyak dari
wanita) disertai virus dan masa latenantara mulai merokok dengan insiden yang
tinggi pada usia 35 tahun.Dalam hal ini perlu pemikiran yang integratif
terhadap faktor-faktor terjadinya suatu kanker ganas.
d. Manifestasi
klinis
Setiap tumor,
bahkan yang jinak, dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Setiap
pertumbuhan baru memerlukan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan apakah
pertumbuhan tersebut suatu kanker. Perbedaan ini menjadi sangat penting pada
benjolan di payudara perempuan. Kanker dan banyak gangguan jinak lainnya pada
payudara perempuan bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba. Walaupun
evaluasi klinis mungkin mengisyaratkan salah satunya, "massa payudara yang
jelas jinak adalah massa yang sudah dieksisi dan secara anatomis dibuktikan
demikian"; hal ini juga berlaku untuk semua neoplasma. Namun, terdapat
keadaan yang harus "meredam" kepatuhan terhadap diktum ini dengan
penilaian klinis. Lipoma subkutis, misalnya, cukup sering ditemukan dan mudah
dikenali berdasarkan konsistensinya yang lunak. Kecuali apabila menimbulkan
rasa tidak nyaman, terkena trauma, alau secara estetis mengganggu, lesi kecil
biasanya hanya diobservasi untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran. Beberapa
contoh lain mungkin dapat diajukan, tetapi cukup dikatakan bahwa dengan sedikit
pengecualian, semua massa memerlukan evaluasi anatomik. Selain kekhawatiran
yang ditimbulkan oleh neoplasma ganas, lesi jinak juga dapat menimbulkan banyak
efek merugikan.5
Kanker jauh lebih
mengancam bagi pejamu dibandingkan dengan tumor jinak. Bagaimanapun, kedua
jenis neoplasma dapat menimbulkan masalah karena lokasi dan penekanan pada
struktur lain, efek pada aktivitas fungsional seperti sintesis hormon, dan
timbul perdarahan atau infeksi sekunder apabila lesi mengalami ulserasi melalui
permukaan alami di dekatnya. Kanker juga dapat menyebabkan kakeksia (wasting) atau sindrom paraneoplastik.5
Lokasi merupakan
hal penting pada tumor jinak dan ganas. Adenoma hipofisis yang kecil (1 cm)
dapat menekan dan menghancurkan kelenjar normal di sekitarnya dan menimbulkan
hipopituitarisme. Leioinioma sebesar 0,5 cm pada dinding arteria renalis dapat
menyebabkan iskemia ginjal dan hipertensi berat. Karsinoma yang juga kecil pada
duktus koledokus dapat memicu obstruksi saluran empedu yang fatal.5
Pembentukan hormon
ditemukan pada neoplasma jinak dan ganas yang muncul di kelenjar endokrin.
Adenoma dan karsinoma yang berasal dari sel b pulau Langerhans
pankreas sering menyebabkan hiper-insulinisme, kadang-kadang fatal. Secara
analog, beberapa adenoma dan karsinoma korteks adrenal menghasilkan
kortikosteroid yang memengaruhi pasien (misal, aldosteron, yang memicu retensi
natrium, hipertensi, dan hipokalemia). Aktivitas hormon semacam ini lebih
sering berkaitan dengan tumor jinak berdiferensiasi baik dibandingkan dengan
karsinoma padanannya.5
Ulserasi melalui
suatu permukaan disertai per darahan alau inieksi sekunder tidak perlu
dikomentari lebih jauh, tetapi beberapa konsekuensi yang kurang nyala perlu
disinggung. Neoplasma jinak atau ganas yang menonjol ke dalam lumen usus dapat
terperangkap oleh tarikan peristaltik sehingga neoplasma dan pangkalnya masuk
ke dalam segmen usus di sebelah hilir yang menyebabkan ulserasi mukosa atau,
yang lebih parah, obstruksi atau infark usus.5
e. Patofisiologi
Neoplasma terbentuk
atau berasal dari sel normal yang mengalami displasia (kelainan
pertumbuhan). Neoplasma itu sendriri terbagi menjadi dua yaitu:
a)
Neoplasma jinak
(benigna)
Yaitu
neoplasma yang hanya terjadi di daerah lokal semata.Proliferasi sel cenderung
kohesif, perluasan terjadi secara sentrifugal dengan batas yang nyata.Neoplasma
jinak tidak menyebar ke tempat yang jauh dan pertumbuhannya lamban, ukurannya
kurang lebih tetap pada ukuran yang stabil selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun.
Ciri-ciri :
a.
batas tegas
b.
berkapsul
c.
pertumbuhan lambat
d.
tidak menimbulkan
kematian
b)
Neoplasma ganas
(maligna)
Neoplasma ini tumbuh secara cepat dan
sangat progresif jika tidak dibuang.Pola penyebarannya menjadi tidak
teratur.Neoplasma ganas tidak memiliki kapsul sehingga sulit dipisahkan dari
sekitarnya.Sel-sel ini menyerang daerah sekitarnya dengan masuk ke daerah
sekitarnya bukan mendesak. Sel-sel neoplasma ganas ini mampu memisahkan diri
dari sel induk dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke daerah lain. Jika sel
ini menyangkut suatu jaringan atau organ mampu menembus pembuluh darah dan
membentuk tumor sekunder (proliferasi baru).
Ciri-ciri :
a.
batas tidak tegas
b.
tidak berkapsul
c.
pertumbuhan cepat
d.
metastase
e.
menimbulkan kematian
Pada akhirnya
neoplasma ganas memilki kemampuan untuk bermetastatis (menyebar ke daerah lain
yang menjauhi sel induk) dan kemudian menimbulkan pertumbuhan sekunder pada
daerah yang jauh, Sedangkan pada Neoplasma jinak tidak bermetastatis. Metastase
dapat terjadi melalui 3 cara yaitu : metastase langsung, melalui aliran darah
(hematogen) dan melalui aliran limfe (limfogen). Pertumbuhan tumor dapat
ditemukan baik pada tumor jinak (meskipun dalam gradasi yang lebih rendah)
maupun pada tumor-tumor ganas. Hal ini biasanya baru diketahui bila proses
tersebut berlangsung agak lanjut. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan
antara pembentukan dan hancurnya sel. Pertumbuhan tumor pada umumnya bersifat
balans positif, artinya lebih banyak sel yang terjadi daripada yang hilang.6
Salah satu sifat karakteristik dari sel
kanker adalah kemampuannya untuk menembus jaringan normal dan penetrasi ke
dalam pembuluh darah dan saluran limfe.Selain dari pada itu sel kanker pun
sering memanfaatkan struktur-struktur yang sudah ada untuk mempermudah
infiltrasi, misalnya rongga perineural. Di lain pihak infiltrasi dapat
dipersulit oleh struktur-struktur seperti fasia, simpai suatu organ, atau
peristoneum. Faktor penambahan volume tumor akan mengakibatkan kenaikan tekanan
dalam tumor dan ini akan mempermudah menembusnya sel tumor ke dalam jaringan
normal. Dengan kemampuan bermetastasis sel kanker untuk menembus jaringan
normal, maka tumor ganas primer dapat menyebarkan sel-sel kankernya ke seluruh
tubuh. Metastasis tumor ganas dapat melalui bermacam-macam,yaitu:6,7
1.
Infiltratif
Adalah penyebaran ke jaringan
sekitarnya, terjadi secara perlahan-lahan, sel-sel kanker menyebuk ke dalam
jaringan sehat sekitarnya atau di dalam ruangantarasel.
2. Limfogen
Yaitu sel-sel kanker masuk ke dalam
pembuluh limfe dan merupakan embolus masuk ke dalam kelenjar getah bening
regional dan melekat pada simpainya.
3. Hematogen
Yaitu lewat pembuluh darah.Masuknya
sel-sel kanker ke dalam pembuluh darah.
4. Implantasi
Biasanya terjadi di meja operasi, misal
: jika alat telah digunakan untuk operasi dan dipakai untuk operasi lagi tanpa
disterilkan terlebih dahulu.
5.
Perkontinuitatum
Yaitu kontak langsung, misalnya tumor
gaster menjalar ke ovarium.
Mekanisme pembentukan
neoplasma atau tumor ganas disebut dengan Karsinogenesis. Karsinogenesis
merupakan suatu proses multi-tahap. Sebagian besar karsinogen sebenarnya tidak
reaktif (prokarsinogen atau karsinogen proximate), namun di dalam tubuh diubah
menjadi karsinogen awal (primary) atau menjadi karsinogen akhir
(ultimate).SitokromP450 suatu mono-oksidase dependen retikulum endoplasmik
sering mengubah karsinogen proximate menjadi intermediatedefisienelektron yang
reaktif (electrophils).Intermediate (zat perantara) yang reaktif ini dapat
berinteraksi dengan pusat-pusat di DNA yang kaya elektron (nucleophilic) untuk
menimbulkan mutasi.Interaksi antara karsinogen akhir dengan DNA semacam ini
dalam suatu sel diduga merupakan tahap awal terjadinya karsinogenesis kimiawi.DNA
sel dapat pulih kembali bila mekanisme perbaikannya normal, namun bila tidak
sel yang mengalami perubahan dapat tumbuh menjadi tumor yang akhirnya nampak
secara klinis.Ko-karsinogen (promoter) sendiri bukan karsinogen.Promoter
berperan mempermudah pertumbuhan dan perkembangan sel tumor dormant atau
latent. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya tumor dari fase awal tergantung
pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan tumor pada manusia periode
laten berkisar dari 15 sampai 45 tahun.7
Proses transformasi sel normal menjadi
sel ganas melalui displasi terjadi melalui mekanisme yang sangat rumit, tetapi
secara umum mekanisme karninogenesis ini terjadi melalui tiga tahap yaitu:7
1.
Inisiasi
Adalah proses yang melibatkan mutasi
genetik yang menjadi permanen dalam DNA sel. Dipicu oleh insiator (bahan yg
mampu menyebabkan mutasi gen) à initiated cells. Sel-sel masih mirip dengan sel
normal.7
2.
Promosi
Merupakan suatu tahap ketika sel mutan
berproliferasi.Diakibatkan karena klon yang tidak stabil dan mengalami
inisiasi, dipaksa untuk berproliferasi dan menjalani mutasi tambahan sehingga
akahirnya berkembang menjadi tumaor ganas (neoplasma). Initiated cells dipicu
oleh promotor (terus menerus/berulang) à transformed cells. Perubahan informasi
genetik, sintesis DNA, replikasi meningkat à lesi insitu.Hormon sering menjadi
promotor yang merangsang pertumbuhan sel ganas.Misalnya Esterogen dapat
merangsang pertumbuhan kanker pada payudara dan ovarium.7
3.
Progresi
Suatu tahap ketika klon sel
mutan mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas seiring
berkembangnya tumor, sel menjadi lebih heterogen akibat mutasi tambahan
terhadap gen.Perubahan Protoonkogen menjadi onkogen à onkoprotein.
Perubahan fenotip: klinik terdpt benjolan (tumor).
Contohnya Perubahan karyotip kromosom. Beberapa subklon ini dapat
memperlihatkan perilaku ganas yang lebih agresif atau lebih mampu untuk
menghindari seranganoleh sistem imun. Selama stadium ini, massa tumor yang
meluas mendapat lebih banyak perubahan yang memungkinkan tumor menginvasi
jaringan yang berdekatan, membentuk pasokan darahnya sendiri(angigenesis), atau
masuk melalui pembuluh darah dan bermigrasi ke bagian tubuh lainnya yang
letaknya berjauhan untuk membentuk tumor sekunder.7
f. Diagnosis
a. Dianosis
molekuler8
·
Annalisis pelacak DNA
meliputi analisis reaksi rantai polimerase atau hibridisasi fluoresensi in
situ. Teknik pemeriksaan ini sekarang paling banyak dilakukan dalam menegakkan
diagnosis neoplasma limfoid karena tumor berkaitan denga penyusunan klonal
kembali gen reseptor antigen sel-T atau sel-B.
·
Deteksi onkogen seperti
N-MYC juga berguna untuk menilai
prognosis tumor tertentu
·
Dianosis leukimia
mieloid kronik dapat dilakukan lewat deteksi produk gen fusi BCR-ABL bahkan dalam keadaan tanpa
adanya kromosom Philadelphia.
·
Translokasi spesifik
yang tedeteksi lewat reaksi rantai polimerase dapat membedakan berbagai jenis
tumor yang penampakannya serupa (misalnya, tumor sel biru yang bundar dan kecil
pada anak-anak)
·
Presiposisi herediter
terhadap jenis-jenis tumor tertentu ( misanya, kanker payudaran dan neoplasma
endokrin) dapat dideteksi lewat analisis mutasional gen BRCA-1, BRCA-2, dan RET.
·
Pemeriksaan karyotipe
spektrum merupakan teknik untuk menganalisis semua kromosom dari sebuah sel
tunggal dengan menggunakan palet fluorokrom; pemeriksaan ini dengan mudah dapat
mendeteksi translokasi atau insersi yang kecil sekalipun dan bisa menentukan
asal kromosom yang tidak dikenali.
·
Analisis rangkaian
mikro-DNA dan proteomikss semakin sering digunakan untuk mengidentifikasi tanda
ekspresi gen; pemeriksaan analisa ini berguna untuk mengenali subtipe tumor
yang berpotensi memiliki makna prognostik atau terapeutik.
b. Flow Cytometry8
Pengukuran kandungan DNA dalam sel tumor
lewat flow cytometry sangat bermanfaat karena pada beberapa tumor terdapat
korelasi antara kandungan DNA yang abnormal dan prognosis tumor. Deteksi
antigen permukaan sel dengan flow cytometry juga berguna untuk menegakkan
diagnosis leukimia dan limfoma.
c. Tumor
Marker8
Molekul yang berasal dari tumor atau
yang berkaitan dengan tumor dapat dideteksi di dalam darah atau cairan tubuh
lainnya.Pemeriksaan ini bukan metode pemeriksaan diagnostik yang utama tetapi
merupakan pemeriksaan diagnostik pelengkap.Pemeriksaan petanda tumor juga
sangat berguna untik menentukan respons terhadap terapi atau rekurensi tumor
pascaterapi. Ada 2 contoh tumor marker yang dijelaskan di sini:
·
Carcinoembryonic
antigen (CEA), yang dalam keadaan normal
dihasilkan oleh usus, hati, dan pankreas janin, dapat diproduksi oleh kanker
kolon, pankreas, lambung dan payudara. Terkadang, kadarnya akan meninggi pada
sejumlah keadaan non-neoplastik.
·
α-Fetoprotein
(AFP) dalam keadaan normal diproduksi oleh yolk sac dan hati janin. Kadar yang
mennggi secara nyata terlihat pada kanker hati serta kanker sel benih pada
testis dan dapat digunakan untuk menilai rekurensi atau respons terhadap
terapi. Keadaan non-neoplastik seperti sirosis atau hepatitis juga memiliki
korelasi dengan kenaikan kadar α-fetoprotein.
Selain itu, ada pemeriksaan biopsi.Biopsiharus
representative baik secara klinis maupun mikroskopis misalnya memilih daerah
tumor yang tidak ada nekrosis dan tidak terdapat infeksi sekunder. Interpretesi
biopsy untuk diagnosis suatu neoplasma dapat dilakukan berdasarkan:9
·
Pemeriksaanmakroskopis9
Merupakanpemeriksaandenganmatabiasauntukmenilai/
memperkirakansuatujaringan tumor bersifatganasataujinak.Misalnyabentuk, ukuran, warna,permukaan, Batas jelas/tidak
,permukaan rata / berbenjol – benjol,tepimeninggi / tidak, mudahberdarah
/tidak, bersimpai / tidak, rapuhtidaknya
tumor, Seperti dibawah ini :
§
Bentuk plaque : melanoma, basalioma
§
Bentuknodus : padat,
kistik
§
Bentukerosi,ulkus
·
Pemeriksaanmikroskopis9
Suatupertumbuhanneoplastikkhususnyakeganasandinitidakdapatdidiagnosisberdasarkanpengamatanklinissemata,
karenatidakada criteria pastiuntukmenentukanjinak dan ganasnya.Suatu lesi
secara klinis selain tidak adanya gejala
karakteristik, seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut setelah timbul
gejala klinis yang mengganggu penderita.Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium penunjang.Pemeriksaan Mikroskopis merupakan cara yang
sangat penting untuk menegakkan suatu neoplasma.
g. Tatalaksana
Untuk tataklasana,
dapat diberikan dan dilakukan sebagai berikut:10
1.
Golongan Alkilator
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam
golongan alkilator yaitu :
a) Mekloretamin
Indikasi : Penyakit Hodgkin,
limfusar, karsinoma mama, dan karsinoma ovarium.
b) Siklofosfamid
Sediaan : Siklofosfamid tersedia
dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan 1,2 gram untuk suntikan, dan tablet
25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.
Indikasi : Leukemia limfositik
Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non Hodgkin, Mieloma multiple, Neuro
Blastoma, Tumor Payudara, ovarium, paru, Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau
tumor Wilm.
Mekanisme kerja : Siklofosfamid
merupakan pro drug yang dalam tubuh mengalami konversi oleh enzim sitokrom
P-450 menjadi 4-hidroksisiklofosfamid dan aldofosfamid yang merupakan obat
aktif. Aldofosfamid selanjutnya mengalami perubahan non enzimatik menjadi
fosforamid dan akrolein.Efek siklofosfamid dipengaruhi oleh penghambat atau
perangsang enzim metabolismenya. Sebaliknya, siklofosfamid sendiri merupakan
perangsang enzim mikrosom, sehingga dapat mempengaruhi aktivitas obat lain.
c) Melfalan
Indikasi : Mieloma multipel, kanker
payudara, Ovarium.
d) Klorambusil
Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai
tablet 2 mg. Untuk leukemia limfositik kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin
diberikan 1-3 mg/m2/hari sebgai dosis tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin
diperlukan dosis 0,2 mg/kg berat badan, sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1
mg/kg berat badan).
Indikasi : Leukimia limfositik
Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non Hodgkin, Makroglonbulinemia primer.
Mekanisme kerja : Klorambusil
(Leukeran) merupakan mustar nitrogen yang kerjanya paling lambat dan paling
tidak toksik. Obat ini berguna untuk pengobatan paliatif leukemia limfositik
kronik dn penyakin hodgkin (stadium III dan IV), limfoma non-hodgkin, mieloma
multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan dalam kombinasi dengan
metotreksat atau daktinomisin pada karsinoma testis dan ovarium.
e) Trietilenmelamin
Indikasi : Penyakit Hodgkin,
Limfosarkoma, Retinobalstoma, Leukimia kronik, Tumor payudara dan ovarium.
f) Trietilentriofosforamid
Indikasi : Penyakit Hofgkin,
Limfosarkoma, Retinolblastoma, Tumor payudara dan ovarium
g) Prokarbazin
Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi
50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis
tunggal atau terbagi selama minggu pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2
sehari selama 3 minggu berikutnya, kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari
sampai hitung leukosit dibawah 4000/m2 atau respons maksimal dicapai. Dosis
harus dikurangi pada pasien dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.
Indikasi : Limfoma Hodgkin
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja
belum diketahui, diduga berdasarkan alkilasis asam nukleat. Prokarbazin
bersifat non spesifik terhadap siklus sel. Indikasi primernya ialah untuk
pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan IV, terutama dalam kombinasi
dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison (regimen MOPP).
h) Busulfan
Indikasi : Leukimia mielositik
kronik.
i)
Karmustin
Indikasi : Penyakit Hodgkin yang
refrakter terhadap pengobatan, melanoma malignum, mieloma multipel (kombinasi
dengan prednison)
j)
Lomustin
Indikasi : Karsinoma paru dan
Kolorektal, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, dan karsinoma renal.
k) Semustin
Indikasi : Karsinoma paru lewis,
melanoma malignum, tumor otak metastatik, penyakit Hodgkin, limfoma non-Hodgkin
dan neoplasma saluran cerna
l)
Streptozosin
Indikasi : Karsinoma pankreas.
m) Sisplatin
Indikasi : Kanker testis, ovarium,
buli-buli, esofagus, paru, kolon
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja
pasti dari sisplastin belum diketahui, tapi diduga mirip dengan alkilator.
Tempat ikatan utama adalah N7 pada guanin, namun juga terbentuk ikatan kovalen
dengan adenin dan sitosin.
n) Karboplatin
Sediaan : Serbuk injeksi 50 mg, 150
mg, 450 mg.
Indikasi : Kanker ovarium lanjut.
Mekanisme kerja : Mekanisme pasti
masih belum diketahui dengan jelas, namun diperkirakan sama dengan agen
alkilasi. Obat ini membunuh sel pada semua tingkat siklus, menghambat
biosintesis DNA dan mengikat DNA melalui ikatan silang antar untai.Titik ikat
utama adalah N7 guanin, namun juga terjadi interaksi kovalen dengan adenin dan
sitosin.
2.
Golongan Antimetabolit
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam
golongan antimetabolit yaitu :
a)
5-fluorourasil (5-FU)
Sediaan : Obat ini tersedia sebagai
larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL untuk IV.
Indikasi : Kanker payudara, kolon,
esofagus, leher dan kepala, Leukimia limfositik dan mielositik akut, Limfoma
non-Hodgkin.
b)
6-azauridin
Indikasi : Mikosis fungoides,
polisitemia vera.
c)
Floksuridin
Indikasi : Leukimia limfostik akut
dan kronik, leukimia granulositik akut dan kronik, koriokarsinoma.
d) Fludarabin
Indikasi : Hairy cell leucemia, leukemia limfositik kronik, limfoma non-Hodgkin sel kecil.
Indikasi : Hairy cell leucemia, leukemia limfositik kronik, limfoma non-Hodgkin sel kecil.
e)
Gemsitabin
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.
Indikasi : Kanker paru, pankreas dan ovarium.
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.
Indikasi : Kanker paru, pankreas dan ovarium.
Mekanisme kerja : Sebelum menjadi
bahan aktif, gemsitabin mengalami fosforilasi oleh enzim deoksisitidin kinase
dan kemudian oleh nukleosida kinase menjadi nukleotida di- dan trifosfat yang
dapat menghambat sintesis DNA. Gemsitabin difosfat dapat menghambat
ribonukleotida reduktase sehingga menurunkan kadar deoksiribonukleotida
trifosfat yang penting untuk sintesis DNA.
f)
6-Merkaptopurin
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.
Indikasi : Leukimia limfositik akut
dan kronik, leukemia mieloblastik akut dan kronik, kariokarsinoma.
Mekanisme kerja : Merkaptopurin
dimetabolisme oleh hipoxantin-guanin fosforibosil transferase (HGPRT) menjadi
bentuk nukleotida (asam-6-tioinosinat) yang menghambat enzim interkonversi
nukleotida purin. Sejumlah asam tioguanilat dan 6-metilmerkaptopurin ribotida
(MMPR) juga dibentuk dari 6-merkaptopurin.Metabolit ini juga membantu kerja
merkaptopurin.Metabolisme asam nukleat purin menghambat proliferasi sel limfoid
pada stimulasi antigenik.
g)
Methotrexat
Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml, vial 50 mg/5ml.
Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml, vial 50 mg/5ml.
Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
Mekanisme kerja : Metotreksat adalah
antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis DNA. Metotreksat berikatan
dengan dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan reduksi folat dan
timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam
timidilat.Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel. Mekanisme
kerja metotreksat dalam artritis tidak diketahui, tapi mungkin mempengaruhi
fungsi imun.Dalam psoriasis, metotreksat diduga mempunyai kerja mempercepat
proliferasi sel epitel kulit.
h)
Pemetrexet
Indikasi : Mesotelioma, Kanker paru.
Indikasi : Mesotelioma, Kanker paru.
i)
Sitarabin
Sediaan : Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.
Sediaan : Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.
Indikasi : Termasuk zat paling aktif
untuk leukemia, juga untuk limphoma, leukemia meningeal, dan limphoma
meningeal. Sedikit digunakan untuk tumor solid.
Mekanisme kerja : Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel melalui proses carrier dan harus mengalami perubahan menjadi senyawa aktifnya : arasitidin trifosfat. Sitosin adalah analog purin dan bergabung ke dalam DNA, sehingga cara kerja utamanya adalah inhibisi DNA polimerase yang mengakibatkan penurunan sintesis dan perbaikan DNA. Tingkat toksisitasnya mempunyai korelasi linear dengan masuknya sitosin ke dalam DNA, bergabungnya DNA dengan sitosin berpengaruh terhadap aktivitas obat dan toksisitasnya.
Mekanisme kerja : Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel melalui proses carrier dan harus mengalami perubahan menjadi senyawa aktifnya : arasitidin trifosfat. Sitosin adalah analog purin dan bergabung ke dalam DNA, sehingga cara kerja utamanya adalah inhibisi DNA polimerase yang mengakibatkan penurunan sintesis dan perbaikan DNA. Tingkat toksisitasnya mempunyai korelasi linear dengan masuknya sitosin ke dalam DNA, bergabungnya DNA dengan sitosin berpengaruh terhadap aktivitas obat dan toksisitasnya.
3.
Golongan Produk Alamiah
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam
golongan Produk Alamiah yaitu :
1) Vinkristin (VCR)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial
berisi larutan 1, 2, dan 5 mL yang mengandung 1 mg/mL zat aktif untuk
penggunaan IV.
Indikasi : Leukimia limfositik akut,
neuroblastoma, tumor Wilms, Rabdomiosarkoma, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
Mekanisme kerja : Berikatan dengan
tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula, menahan sel pada fase metafase dengan
mengganggu spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga
mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan
penggunaannya.
2) Vinblastin (VLB)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial
10 mg/10 ml.
Indikasi : Penyakit Hodgkin,
limfosarkoma, kariokarsinoma dan tumor payudara.
Mekanisme kerja : Vinblastin berikatan pada tubulin dan menghambat formasi mikrotubula, kemudian menahan sel pada fase metafase dengan cara mengganggu spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
Mekanisme kerja : Vinblastin berikatan pada tubulin dan menghambat formasi mikrotubula, kemudian menahan sel pada fase metafase dengan cara mengganggu spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
3) Paklitaksel
Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan kepala.
Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan cara berikatan dengan mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi tubulin. Efek ini menyebabkan terhentinya proses mitosis dan pembelahan sel kanker.
Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan kepala.
Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan cara berikatan dengan mikrotubulus yang menyebabkan polimerisasi tubulin. Efek ini menyebabkan terhentinya proses mitosis dan pembelahan sel kanker.
4) Etoposid
Sediaan : Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.
Sediaan : Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.
Indikasi : Kanker testis, paru,
payudara, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, leukimia mielositik akut, sarkoma
kaposi.
Mekanisme kerja : Etoposid bekerja
untuk menunda transit sel melalui fase S dan menahan sel pada fase S lambat
atau fase G2 awal. Obat mungkin menginhibisi transport mitokrondia pada level
NADH dehidrogenase atau menginhibisi uptake nukleosida ke sel Hella. Etoposid
merupakan inhibitor topoisomerase II dan menyebabkan rusaknya strand DNA.
5) Irinotekan, Topotekan
Indikasi : Karsinoma ovarium,
karsinoma paru sel kecil, karsinoma kolon.
Mekanisme kerja : Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat topoisomerase I, enzim yang bertanggung jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan kembali rantai tunggal DNA. Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA.
Mekanisme kerja : Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat topoisomerase I, enzim yang bertanggung jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan kembali rantai tunggal DNA. Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA.
6) Daktinomisin ( AktinimisinD)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk
Injeksi, bubuk untuk rekonstitusi : 0,5 mg (mengandung manitol 20 mg).
Indikasi : Kariokarsinoma, tumor
Wilms, testis, rabdomiosarkoma, sarkoma kaposi
Mekanisme kerja : Terikat pada posisi guanin pada DNA, mengalami interkalasi antara pasang basa guanin dan sitosin sehingga menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta protein.
Mekanisme kerja : Terikat pada posisi guanin pada DNA, mengalami interkalasi antara pasang basa guanin dan sitosin sehingga menginhibisi sintesis DNA dan RNA serta protein.
7) Antrasiklin : Daunorubisin,
Doksorubisin, Mitramisin
Sediaan : Daunorubisin tersedia
dalam bentuk 20 mg daunorubisin hidroklorida dengan mannitol 100 mg. 2 mg/mL
(50 mg) daunorubisin dengan 10 : 5 : 1 rasio molar distearofosfatidilkolin :
kolesterol : daunorubisin. Doksorubisin tersedia dalam bentuk vial 10 mg dan 50
mg.
Indikasi : Leukimia limfositik dan
mielositik akut sarkoma jaringan lunak, sarkoma ostiogenik, limfoma Hodgkin dan
non-Hodgkin, leukemia akut, karsinoma payudara, genitourinaria, tiroid, paru,
lambung, neuroblastoma dan sarkoma lain pada anak-anak.
Mekanisme kerja : Interkalasi dengan
DNA, mempengaruhi transkripsi dan replikasi secara langsung. Selain itu, obat
ini juga mampu membentuk kompleks tripartit dengan topoisomerase II dan DNA.
(Topoisomerase II adalah enzim dependen ATP yang terikat pada DNA dan memisahkan
untai DNA dimulai dari 3′ fosfat, menyebabkan DNA terpisah dan kemudian
menggabungkannya lagi, fungsi penting dalam replikasi DNA dan repair). Formasi
kompleks tripartit dengan antrasiklin dan etoposid menghambat pengikatan
kembali untai DNA rusak, mengakibatkan apoptosis.Defek ini memungkinkan sel
rusak karena obat ini, sementara adanya overekspresi repair DNA terkait
transkripsi menunjukkan resistensi.Antrasiklin juga membentuk radikal bebas
dalam larutan pada jaringan normal dan maligna.Intermediat semikuinon yang
dihasilkan dapat bereaksi dengan oksigen membentuk radikal anion superoksida
yang membentuk radikal hidroksil dan hidrogen peroksida yang menyerang dan
mengoksidasi basa DNA (~kardiotoksisitas).Produksi ini dipicu interaksi
antrasiklin dengan besi.Antrasiklin berik atan dengan membran sel mempengaruhi
fluiditasdan transpor ion.
Inhibisi sintesis DNA dan RNA dengan
interkalasi antara basa DNA oleh inhibisi topoisomerase II dan obstruksi
sterik.Doksurubisin menginterkalasi pada titik lokal ″uncoiling″ dari ikatan
heliks ganda.Meskipun mekanisme aksi yang pasti belum diketahui, mekanismenya
diduga melalui ikatan langsung DNA (interkalasi) dan inhibisi pembentukan DNA
(topoisomerase II) yang selanjutnya memblokade sintesis DNA dan RNA dan
fragmentasi DNA. Doksorubisin merupakan logam khelat yang kuat, komplek logam
doksorubisin dapat mengikat DNA dan sel membran dan menghasilkan radikal bebas
yang akan merusak DNA dan membran sel dengan cepat.
8) Antrasenedion : Mitoksantron
Indikasi : Leukemia mielositik akut,
kanker prostat dan payudara.
Mekanisme kerja : Obat ini berikatan dengan DNA dan menyebabkan putusnya untaian DNA dengan akibat terhentinya sintesis DNA dan RNA.
Mekanisme kerja : Obat ini berikatan dengan DNA dan menyebabkan putusnya untaian DNA dengan akibat terhentinya sintesis DNA dan RNA.
9) Bleomisin
Sediaan : Bleomisin sulfat terdapat dalam vial berisi 15 unit untuk pemberian IV, IM, atau kadang-kadang SK atau intraarterial.
Sediaan : Bleomisin sulfat terdapat dalam vial berisi 15 unit untuk pemberian IV, IM, atau kadang-kadang SK atau intraarterial.
Indikasi : Kanker paru, lambung dan
anus karsinoma testis dan serviks, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
Mekanisme kerja : Menghambat
sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya terjadi pemutusan untai
tunggal dan ganda.
10) Mitomisin C
Indikasi : Kanker lambung.
11) L-asparaginase
Sediaan : Obat ini tersedian dalam bentuk serbuk untuk Injeksi.
Sediaan : Obat ini tersedian dalam bentuk serbuk untuk Injeksi.
Indikasi : Leukemia limfositik akut.
Mekanisme kerja : Asparaginase
menghambat sintesis protein melalui hidrolisis asparaginase menjadi asam
aspartat dan amonia. Sel leukimia, terutama limfoblast, memerlukan asparaginase
eksogen, sel normal dapat memproduksi asparaginase.Asparaginase adalah daur
spesifik untuk fase G1.
4.
Golongan Hormon dan Antagonis
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam
golongan Hormon dan Antagonis yaitu :
a) Prednison
Sediaan : Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.
Sediaan : Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.
Indikasi : Leukemia limfositik akut
dan kronik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, tumor payudara.
Mekanisme kerja : Sebagai
glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.
b) Hidroksiprogesteron kaproat
Indikasi : Karsinoma payudara dan
endometrium.
c) Medroksiprogesteron asetat
Sediaan : Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100 mg.
Indikasi : Tumor endometrium.
Mekanisme kerja : Mencegah sekresi
gonadotropin pituitari yang akan menghambat maturasi follicular yang
menyebabkan penebalan endometrial.
d) Megestrol asetat
Indikasi : Tumor endometrium.
e) Dietilstilbestrol
Indikasi : Karsinoma prostat dan payudara.
Indikasi : Karsinoma prostat dan payudara.
f) Etinil estradiol
Sediaan : Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg, 0,05 mg dan 0,5 mg.
Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan dengan menopause (Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif mengatasi gejala kecemasan atau depresi yang mungkin terjadi selama atau sebelum menopause, oleh sebab itu tidak boleh diberikan untuk indikasi tersebut). Hipogonadism pada wanita. Terapi paliatif karsinoma prostat yang tak dapat dioperasi, pada tahap lanjut terapi paliatif kanker payudara yang tak dapat dioperasi, hanya dilakukan dengan pertimbangan khusus : misalnya pada wanita yang sudah lebih 5 tahun postmenopause dengan penyakit yang makin parah dan resisten terhadap radiasi.
Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan dengan menopause (Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif mengatasi gejala kecemasan atau depresi yang mungkin terjadi selama atau sebelum menopause, oleh sebab itu tidak boleh diberikan untuk indikasi tersebut). Hipogonadism pada wanita. Terapi paliatif karsinoma prostat yang tak dapat dioperasi, pada tahap lanjut terapi paliatif kanker payudara yang tak dapat dioperasi, hanya dilakukan dengan pertimbangan khusus : misalnya pada wanita yang sudah lebih 5 tahun postmenopause dengan penyakit yang makin parah dan resisten terhadap radiasi.
g)
Tamoksifen
Sediaan : Tamoksifen tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 20 mg.
Sediaan : Tamoksifen tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 20 mg.
Indikasi : Tumor payudara.
Mekanisme kerja : Berikatan secara
kompetitif dengan reseptor estrogen pada tumor atau target lain, membentuk
kompleks nuklear yang menurunkan sintesis DNA dan menghambat efek estrogen,
agen nonstreroidal dengan sifat antiestrogenik yang berkompetisi dengan
estrogen untuk berikatan di bagian aktif pada payudara dan jaringan lain, sel
terakumulasi pada fase Go dan G1. Sehingga tamoksifen lebih sifat sitostatik
daripada sitosidal
h)
Testosteron propionat
Sediaan : Obat ini tersedia dalam
bentuk kapsul, injeksi, topikal, mucoadhesive, pellet, dan transdermal.
Indikasi : Tumor payudara.
Mekanisme kerja : Androgen endogen
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ seks pria dan
mempertahankan karakteristik seks sekunder pada pria yang mengalami defisiensi
androgen.
i)
Flutamid
Indikasi : Karsinoma prostat.
Indikasi : Karsinoma prostat.
j)
Mitotan, aminoglutetimid
Indikasi : Karsinoma kortek adrenal,
karsinoma payudara.
k) Leuprolid
Indikasi : Karsinoma prostat
l) Anastrozol, letrozol, eksemestan
Indikasi : Karsinoma payudara.
5.
Golongan Lain-lain
Jenis-jenis
obat yang termasuk dalam golongan lain- lain yaitu :
a) Hidroksiurea
Sediaan
: Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul 500 mg.
Indikasi
: Leukemia mielositik kronik, melanoma malignum, polisitemia vera,
trombositosis esensial.
Mekanisme
kerja : Hidroksi urea mempengaruhi sintesis DNA, selama fase S pada pembelahan
sel, tanpa mempengaruhi sintesis RNA, inhibisi ribonukleosida difosfat
reduktase, mencegah konversi ribonukleotida menjadi deoksribonukleotida,
bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel dan menahan sel lain pada fase
G1 siklus sel.
b) Tretinoin
Indikasi
: Leukimia promielositik akut.
c) Imatinib
Indikasi : Leukemia mielositik
kronik, tumor stroma gastrointestinal, sindrom hiper eosinofilia.
4) Gefitinib
Indikasi
: Non small cell lung cancer.
5) Bortezumib
Indikasi
: Mieloma multipel.
6) Interferon alfa, interleukin 2
Indikasi : Hairy cell leukemia,
sarkoma kaposi, melanoma malignum, tumor karsinoid, ginjal, ovarium, buli-buli,
limfoma non-Hodgkin, mycosis fungoides, mieloma multipel, leukemia mielositik
kronik.
Prinsip kemoterapi kanker.
Suatu
tumor ganas harus di anggap sebagai sejumlah sel yang seluruhnya harus di
basmi.Perpanjangan hidup pasien berbanding langsung dengan jumlah sel yang
berhasil di basmi dengan pengobatan. Hal-hal di bawah ini yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan pengobatan :10
1. Kanker baru dapat dideteksi bila
jumlah sel kanker kira-kira 109. Jumlah yang dapat dibasmi diperkirakan 99,9 %
jadi sel kanker yang tersisa sekurang-kurangnya 106 sel.
2. Adanya hubungan dosis-respon yang
jelas. Berkurangnya sel kanker ternyata berbanding lurus dengan dosis.
3. Diperlukan jadwal pengobatan yang
tepat.Untuk dosis total yang sama, pemberian dosis besar secara intermiten
memberikan hasi;l yang lebih baik dan imunosupresi yang lebih ringan, di
bandingkan dengan pemberian dosis kecil setiap hari
4. Kemoterapi harus di mulai sedini
mungkin.
Hal ini didasarkan atas kenyataan
bahwa pada keadaan dini jumlah sel kanker lebih sedikit dan fraksi sel kanker
yang dalam pertumbuhan lebih besar.
Kemoterapi harus tertuju kepada sel
kanker Tanpa menyebabakan ganguan menetap pada jaringan normal.Obat kanker yang
ada pada saat ini umumnya bersifat sitotoksik, baik pada sel normal maupun sel
kanker.Toksisitas terhadap sel normal selalu terjadi.Tetapi kenyataan bahwa
kemoterapi dapat menghasilkan pemulihan jangka panjang pada leukemia limfositik
akut membuktikan bahwa penyembuhan kanker dapat di capai dengan kemoterapi.Sel
sistem imun yang juga rusak akibat kemoterapi menyebabkan infeksi lebih muda
terjadi dan juga memberi peluang untuk pertumbuhan tumor.
5. Sifat pertumbuhan tumor ganas harus
menjadi pertimbangan. Pertumbuhan tumor mengikuti fungsi gompertzian, mula-mula
bersifat eksponensial kemudian bersifat lambat. Apabila populasi tumor
dikurangi misalnya dengan radiasi atau penyinaran maka sel sisa berkembang
secara esponensial kembali dan menjadi lebih peka terhadap kemoterapi.
6. Beberapa sitostatik dan hormon
memperlihatkan efek selektif relatif terhadap sel dengan tipe histologik
tertentu.5-fluorourasin lebih efektif terhadap tumor gastrointestinal dari pada
terhadap tumor payudara, dan bleomisin terutama efektif terhadap kanker kulit.
Hormon kelamin terutama efektif terhadap tumor payudara, tumor prostat dan
tumor endometrium yang fisiologik dipengaruhi hormon tersebut.
7. Terapi kombinasi.
Dasar
pemberian dua atau lebih anti kanker ialah untuk mendapatkan sinergisme tanpa
menambah toksisitas. Selain meningkatkan indeks terapi, kemoterapi kombinasi
mungkin juga dapat mencegah atau menunda terjadinya resistensi terhadap
obat-obat itu. Untuk mencapai hasil yang baik terapi kombinasi harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Masing-masing obat harus memiliki
mekanisme kerja yang berbeda.
b. Efek toksik masing-masing obat harus
berbeda sehingga dapat diberikan dengan dosis maksimum yang masih dapat
diterima pasien.
c. Masing-masing obat harus diberikan
pada masa siklus sel dimana obatnya paling efektif.
h. Prognosis
Walaupun prognosisnya buruk, namun
perlu diketahui faktor yang mempengaruhinya ialah:
1. Tumor
primer: daerah tertentu (badan lebih buruk daripada anggota badan)
2. Stadium
3. Organ
yang telah di infiltrasi (metastasis tulang dan hati lebih buruk daripada
kelenjar getah bening dan kulit)
4. Jenis
kelamin (wanita lebih baik daripada laki-laki)
5. Jika
terdapat melanogen di urin maka prognosisnya lebih buruk
6. Kondisi
hospes: jika fisik lemah dan imunitas menurun, maka prognosisnya lebih buruk.
i.
Pencegahan dan deteksi
dini
1. Diagnosis
dini keganasan
Karena diagnosis dini keganasan di kulit merupakan
hal yang sangat penting maka akan diuraikan beberapa patokan yang penting untuk
di pakai sebagai pegangan , agar apabila melihat pertumbuhan di kulit timbul
kecurigaan terhadap pertumbuhan ganas. Menegakkan diagnosis dini keganasan
kulit memang sulit karena itu di perlukan pengalaman dan melihat secara teliti.
Kecurigaan akan keganasan hendaknya sudah timbul bila:11
a) Secara
anamnesis terdapat :
i.
Rasa gatal/nyeri
ii.
Perubahan warna (gelap,
pucat dan terang)
iii.
Ukurannya membesar
iv.
Pelebarannya tak merata
ke samping
v.
Permukaan tidak rata
vi.
Trauma
vii.
Perdarahan (walaupun
karena trauma ringan)
viii.
Ulserasi/infeksi yang
sukar sembuh
b) Secara
obyektif ditemukan:
i.
Tidak berambut
ii.
Warna: suram (waxy,
seperti mutiara , transulen) atau sama dengan kulit normal
iii.
Permukaan : tak rata,
cekung di tengah dengan pinggir agak menonjol (linear atau papular)
iv.
Penyebaran warna yang
tidak homogen
v.
Skuamasi halus atau
krusta yang bersifat tumor induknya
vi.
Perabaan berbeda-beda
sesuai dengan keadaan; dapat keras, kenyal , terasa nyeri; dalam taraf
permulaan mudah di gerakkan dasarnya
vii.
Diameter terpanjang
membentuk sudut dengan garis R.S.T.L (Rest Skin Tension Line)
viii.
Telangiektasis
kadang-kadang ditemukan mulai dari pinggir ke arah sentral
2. Pencegahan
Saran
dari american cancer society dalam rangka membantu pencegahan semua jenis
kanker kulit, adalah sebagai berikut:11
a)
Hindarilah sinar
matahari yang kuat
b)
Jagalah kesehatan kulit
secara teratur dengan mandi bersih menggunakan sabun yang tepat
c)
Jika timbul bercak
merah atau tahu lalat, segeralah periksakan diri pada dokter yang tepat.
j.
Perbedaan tumor jinak
dan ganas
Pertumbuhan tumor
dikontrol oleh keseimbangan antara faktor angiogenik dan faktor yang menghambat
proses angiogenesis. Faktor anti angiogenesis adalah antara lain trombosponsdin, angiostatin, endostatin dan
vaskulostatin. Sedangkan faktor angiogenesis
yang ada antara lain adalah hypoxia inducible factor I (HIF-I).5
Ciri-ciri tumor ganas bila
dibandingkan dengan tumor jinak adalah sebagai berikut:9
1) Tumor
ganas tumbuhnya infiltratif yaitu tumbuh bercabang menyebuk ke dalam jaringan
sehat sekitarnya, menyerupai jari
kepiting (sehingga disebut kanker). Karena itu tumor ganas biasanya sukar diterakkan dari dasarnya.
Tumor jinak tumbuhnya ekspansif, yaitu mendesak jaringan sehat sekitarnya
sehingga jaringan sehat yang terdesak membentuk kapsul dari tumor, maka
dikatakan tumor jinak umumnya bersimpai/berkapsul. Karena tidak ada
perutumbuhan infiltratif biasanya tumor jinak mudah digerakkan dari dasarnya.12
2) Residif
Tumor
ganas sering tumbuh kembali (residif) setelah diangkat atau diberi pengobatan
dengan penyinaran. Keadaan ini
disebabkan adanya sel tumor yang tertinggal, kemudian tumbuh dan membesar membentuk tumor di tempat yang sama.
Tumor jinak yang berkapsul bila diangkat
mudah dikeluarkan seluruhnya sehingga tidak ada jaringan tumor
tertinggal dan tidak menimbulkan
kekambuhan.12
3) Metastase
Walaupun
tidak semua, umumnya tumor ganas sanggup mengadakan anak sebar ditempat lain melalui peredaran darah, cairan getah
bening, sedangkan tumor jinak tidak menyebar.12
4) Tumor
ganas tumbuhnya cepat, maka secara klinik tumornya cepat membesar dan mikroskopik ditemukan mitosis normal
(bipolar) maupun abnormal (atipik). Sebuah sel
membelah menjadi dua dengan membentuk bipolar spindle. Pada tumor yang
ganas terjadi pembelahan multiple pada
saat bersamaan sehingga dari sebuah sel dapat menjadi tiga atau empat anak sel. Pembelahan abnormal ini
memberikan gambaran mikroskopik mitosis atipik
seperti mitosis tripolar atau multipolar.12
5) Perubahan
pada inti sel
Pembelahan
sel diatur oleh inti sel, yaitu oleh nukleoprotein dalam kromatin. Oleh karena
itu untuk menentukan keganasan harus
memperhatikan perubahan inti sel. Inti sel tampak lebih besar , menyebabkan perbandingan inti
terhadap sitoplasma 1: 1 atau 1:2. Seperti diketahui perbandingan inti sitoplasma sel normal
adalah 1:4. Perubahan ini disebabkan ukuran inti bertambah dan jumlah
sitoplasma sel berkurang. Bentuk dan
ukuran inti sel sangat berbeda beda, keadaan in disebut pleomorfik. Kromatin
inti bertambah jumlahnya menyebabkan
gambaran yang kasar dan berkelompok di tepi inti, disebut hiperkromasi. Nukleolus sering lebih
besar kadang multiple dan biasanya dikelilingi
halo, menyebabkan gambaran mata burung hantu (owl eye). Sering ditemukan
inti yang bentuknya bizarre (tidak beraturan) dan sel datia tumor dengan
beberapa inti.Tampak pula banyak gambaran mitosis yang menunjukkan cepatnya
pertumbuhan, diantaranya tampak mitosis abnormal seperti tri, quadric atau
multipolar. Inti sel tumor jinak masih menyerupai inti sel jaringan asalnya,
bentuknya teratur dan uniform.12
6) Anaplasi
Tumor
terdiri atas dua komponen yaitu parenkim yang terdiri atas sel tumor yang berproliferasi dan stroma yang terdiri atas
jaringan ikat dan pembuluh. Stroma mendukung
parenkim dan memberikan makanan melalui pembuluh darah. Parenkim yaitu
sel-sel tumor pada keadaan ganas dengan
membelah diri akan mengalami perubahan-perubahan sehingga mungkin tidak menyerupai sel sel asalnya lagi.
Derajat morfologi sel tumor menyerupai sel-sel normal disebut differensiasi.
Bila lebih menyerupai sel-sel normal
asalnya disebut berdiferensiasi baik dan bila lebih banyak berbeda dari sifat sel-sel normal asalnya disebut
berdifrerensiasi buruk atau anaplasi. Makin anaplastik suatu tumor, makin ganas tumor itu. Pada
anaplasi sebetulnya terjadi penyimpangan sifat sel- selnya, juga susunan dan
bentuknya. Pada tumor jinak sel selnya masih menyerupai sel-sel jaringan
asalnya maka tumor jinak dikatakan berdiferensiasi baik.12
7) Kehilangan
polaritas
Sel-sel
epitel normal biasanya membentuk susunan tertentu , misalnya epidermis
mempunyai susunan yang terdiri atas
lapisan basal, spinosum , granulosum dsb. Jadi ada polaritas. Pada tumor
ganas susunan yang teratur ini akan hilang sehingga letak sel yang satu
terhadap yang lain tidak teratur lagi. Sebagai contoh, dapat dilihat pada
karsinoma in situ serviks uteri, sel epitel gepeng berlapis stratifikasinya
tidak jelas lagi dan sel-selnya menunjukkan tanda ganas, walaupun sel-sel ini belum menembus membrane basal.
Pada tumor jinak tidak ditemukan loss of
polarity.12
8) Tumor
ganas jika tidak diobati akan menyebabkan kematian.
Berbeda
dengan tumor jinak biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya tidak pada
alat tubuh vital.12
2. Karsinoma
Sel Basal
a. Definisi
Merupakan penyakit
kulit yang ditandai dengan adanya benjolan yang berbatas jelas,bewarna merah
dan berukuran beberapa millimeter sampai sentilmeter.13,14
b. Etiologi
Kanker kulit telah menyebabkan
banyak potensi, ini meliputi:13,14
1. Overexposure untuk UV-radiasi dapat
menyebabkan kanker kulit baik melalui kerusakan DNA langsung atau melalui
mekanisme DNA kerusakan tidak langsung. Overexposure (pembakaran) UVA & UVB
memiliki keduanya telah terlibat dalam menyebabkan kerusakan DNA mengakibatkan
kanker. kekuatan Sun 10:00-4:00 paling intens. Alam (matahari) & UV paparan
buatan (tanning salon) yang kemungkinan terkait dengan kanker kulit. UVB
terutama mempengaruhi epidermis menyebabkan sunburns, kemerahan, dan terik
kulit saat overexposed. Melanin dari epidermis diaktifkan dengan UVB sama
dengan UVA, namun efek yang lebih tahan lama dengan pigmentasi terus selama 24
jam.
2. Paparan arsenik,. Arsenik
logam beracun yang ditemukan secara luas di lingkungan, meningkatkan risiko
karsinoma sel basal dan kanker lainnya. Setiap orang memiliki beberapa
paparan arsenik karena terjadi secara alami di udara, tanah dan air
tanah. Tetapi orang-orang yang mungkin terekspos pada tingkat yang lebih
tinggi dari arsenik termasuk petani, pekerja kilang, dan orang yang minum air
sumur yang tercemar atau tinggal di dekat pabrik peleburan.
Etiologi
dan faktor predisposisi lain dari karsinoma sel basal dapat dikelompokkan
kepada dua kelompok yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik.13,14
A. FaktorLingkungan
1) Radiasi ultraviolet adalah penyebab
karsinoma sel basal yang paling penting dan paling sering. Radiasi ultraviolet
gelombang pendek, ultraviolet B, 290-320 nm, yang menyebabkan sunburn, lebih
sering menyebabkan basalioma dibandingkan ultraviolet gelombang panjang,
ultraviolet B, 320-400 nm.
2) Radiasi lain yaitu sinar X dan sinar
grenz juga berhubungan dengan terjadinya karsinoma sel basal.
3) Paparan arsen lewat obat-obatan,
pekerjaan, atau diet
4) Pengobatan dengan imunosupresan
jangka panjang juga dapat meningkatkan resiko karsinoma sel basal. Oleh karena
itu penerima transplantasi organ atau sel stem mempunyai resiko tinggi
sepanjang hayat untuk menderita karsinoma sel basal.
5) Adanya trauma, jaringan arut, dan
luka bakar juga dapat menimbulkan karsinoma sel basal.
B. Faktor Genetik
1) Kulit tipe 1, rambut kemerahan atau
keemasan dengan anak mata berwarna hijau atau biru telah menunjukkan faktor
resiko yang tinggi utnuk terjadinya suatu karsinoma sel basal dengan perkiraan
rasio 1,6. Perkemabangan karsinoma sel basal dilaporkan lebih sering terjadi
setelah freckling pada usia anak dan setelah sunburn hebat pada usia anak.
2) Xeroderma pigmentosum; penyakit
autosomal resesif yang dipicu oleh faktor pembedahan pada kulit, dimulai dengan
perubahan pigmen dan akhirnya menjadi karsinoma sel basal. Efeknya berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk menginduksi kerusakan DNA karena ultraviolet.
Selain itu juga terdapat gangguan pada mata seperti opasitas kornea, kebutaan,
dan deficit neurologis.
3) Sindrom nevoid basalioma (sindrom
nevus sel basal, sindrom Gorlin); karsinoma sel basal muncul pada keadaan
autosomal dominan, timbul pada usia muda. Biasa terdapat odontogenik
keratosistik, pitting palmoplantar, kalsifikasi intracranial, dan kelainan
tulang iga. Biasa juga timbul tumor seperti meduloblastoma, meningioma, dan
ameblastoma.
4) Sindrom Bazex; terdapat atropoderma
folikular (tanda-tanda ice pick, khususnya pada dorsal tangan), basalioma
multiple, dan anhidrosis lokal.
5) Terdapat riwayat kanker kulit non
melanoma sebelumnya. Insidens kanker kulit non melanoma adalah 36% pada tiga
tahun pertama dan 50% pada lima tahun kedua setelah diagnosis awal kanker
kulit.
c. Epidemiologi
Setiap tahun antara 900.000 dan
1,2 juta kasus baru kanker kulit non-melanoma akan didiagnosis di Amerika
Serikat. Ini terjadi peningkatan sekitar lebih tinggi setengah juta setiap
tahun daripada perkiraan sebelumnya. Berdasarkan hasil statistik baru ini satu
dari 5 penduduk Amerika akan mengalami kanker kulit jenis non-melanoma dalam
masa kehidupannya. Melanoma maligna yakni penyebab kematian terbesar pada
bentuk kanker kulit sedang mengalami peningkatan lebih cepat dibandingkan
dengan beberapa jenis kanker lainnya. Diperkirakan 32.000 kasus baru akan
didiagnosis per tahun atau sekitar 1 dari 105 penduduk orang Amerika akan
berkembang mengalami melanoma pada kehidupan mereka. Para ahli dari universitas
setuju bahwa alasan utama yang menjadi penyabab cepatnya peningkatan kasus
kanker kulit ini di Amerika serikat adalah kecintaan masyarakat Amerika dengan
matahari (berjemur). Selain adanya peningkatan ini, kanker kulit tetap menjadi
salah satu bentuk kanker yang paling dapat disembuhkan,dengan hanya sekitar
2.500 kasus meninggal setiap tahunnya dengan jenis kanker kulit non-melanoma
dan sekitar 6.900 meninggal per tahun karena kanker kulit melanoma.15
d. Faktor
– factor yang mempengaruhi timbulnya
1) Faktor
genetik
a) sering
terjadi pada orang kulit terang, mata biru atau hijau dan rambut pirang atau
merah) .5,16
b) pada
pasien dengan defek herediter replikasi atau perbaikan DNA. (patologi)5
c) lebih
sering dijumpai pada pria.17
d) biasanya
timbul setelah usia lebih dari 40 tahun.17
e) Karsinoma
sel basal jarang dijumpai pada anak anak dan remaja.17
2) Pajanan
matahari secara kronis (sering dan terus menerus)5,16,17, terutama
daerah muka (daera anatara dahi dan sudut bibir, pada daera ini 2/3 atas yang
paling sering terkena). Pemaparan sinar X yang berlebihan atau penyinaran
lainnya5,16
3) Pasien
imunosupresi.5
e. Gejala
Gejala
singkat penyakit : penyakit mulai dengan papula kecil, warna kuning abu-abu
mengkilat, meninggi diatas permukaan kulit, jika kena trauma mudah berdarah.
Papula makin lama membesar menjadi makula dan pada bagian tengah dapat timblu
ulkus atau tidak ada ulkus.18
Secara klinis di bagi menjadi:19
1)
Bentuk nodulus
(termasuk ulkus rondens)
Bentuk
ini paling sering ditemukan .pada tahap permulaan sangat sulit di temukan malah
dapat berwarna seperti kulit normal atau menyerupai kutil. Gambaran klinis yang
khas berupa gambaran keganasan dini seperti: tidak berambut , berwarna
coklat/hitam , tidak berkilat(keruh). Bila sudah berdiameter ± 0,5 cm sering
ditemukan bagian pinggiran berbentuk papular, meninggi, anular, du bagian
tengah cekung yang dapat berkembang menjadi ulkus (ulcus rondent) kadang-kadang
di temukan telangiektasis. Pada perabaan terasa keras dan berbatas tegas.Dapat
melekat di dasarnya bila telah berkembang lebih lanjut.Dengan trauma ringan
atau bila krustanya diangkat mudah terjadi perdarahan.
2)
Bentuk kistik
Bentuk
ini agak jarang ditemukan .permukaan nya licin, menonjol ke permukaan kulit
berupa nodus atau nodulus. Pada perabaan keras , dan mudah di gerakkan dari
dasarnya. Telangiektasis dapat ditemukan ditepi tumor.
3)
Bentuk superfisial
Bentuk
ini menyerupai penyakit Bowen, lupus eritematosus, psoriasis atau
dermatomikosis.Ditemukan di badan serta umum nya multipel.Biasanya terdapat
faktor-faktor etiologi berupa faktor Arsen atau sindrom nevoid basal sel
karsinoma. Ukurannya dapat berupa plakat dengan eritema , skuamasi halus dengan
pinggir agak keras seperti kawat dan meninggi. Warnanya dapat hitam
berbintik-bintik atau homogen yang kadang-kadang menyerupai melanoma maligna.
4)
Bentuk morfea
Secara
klinis menyerupai morfea akan tetapi di temukan tanda-tanda berupa kelainan
yang datar, berbatas tegas tumbuhnya lambat berwarna kekuningan pada perabaan
pinggirnya keras.
Karsinoma
sel basal umumnya tumbuh lambat , kadang-kadang dapat berkembang pesat.
Jaringan yang paling banyak rusak ialah pada bagian permukaan.Ulserasi dapat
terjadi yang menjalar ke arah samping maupun ke arah dasar meliputi otot,
tulang maupun jaringan lainnya.Ulserasi pada daerah bola mata dapat merusak
bolah mata sampai orbita.Pada masa terakhir ini bentuk ulkus rondens yang luas
sudah agak jarang ditemukan. Bentuk dini lebih banyak ditemukan, mungkin karena
pengaruh penerangan melalui media massa.
f. Pemeriksaan
kulit
Pemeriksaan kulit yang dapat dilakukan pada karsinoma sel
basal didasarkan pada 2 hal yaitu18:
1. Lokalisasi
Terutama
di wajah, khususnya hidung, dahi, telinga, pipi.
Semua
bagian kulit tubuh dapat terkena.
2. Efioresensi/sifat-sifatnya
Nodula dengan
depresi pada bagian tengah; lunak, semitranslusen dengan atau tanpa ulserasi,
krusta dan perdarahan.Tepi lesi yang besar mempunyai lekukan yang
khas.Teleangiektasia.Jika krusta pada ulkus diangkat, terjadi perdarahan. Lesi
makin lama makin besar tanpa gejala kecuali perdarahan.18
Bentuk nodular pada karsinoma sel basal mula-mula
menyerupai kulit normal atau seperti kutil. Lesi berupa makula tidak berambut,
warna coklat/hitam keruh, pinggirnya berbentuk papular meninggi, anular, bagian
tengah cekung yang dapat berkembang menjadi ulkus ditutupi krusta. Perabaan
berbatas tegas dan keras. Jika krusta diangkat mudah terjadi perdarahan.18
Bentuk kistik pada karsinoma sel basal jarang ditemukan.
Berupa nodus/nodulus dengan permukaan licin, keras dan mudah digerakkan dari
dasarnya, serta teleangiektasia. Bentuk superfisial pada karsinoma sel basal
berupa makula eritematosa berukuran plakat ditutupi skuama halus dengan pinggir
keras seperti kawat dan agak meninggi. Makula ini dapat berwarna kehitaman yang
homogen sehingga secara klinis menyerupai melanosis. Bentuk morfea pada
karsinoma sel basal berupa lesi datar, berbatas tegas, tumbuh lambat berwarna
kekuningan dan pada perabaan pinggirnya keras.18
g. Diagnosis
banding
·
Karsinoma sel gepeng :
biasanya dengan membedakan lokasi yaitu tumor ini terletak pada mukokutan dan
ekstremitas bawah.18
·
Hiperplasia sebasea :
biasanya lesi cekung di bagian tengah, tidak berdarah dan berkrusta.18
·
Penyakit Bowen : lesi
berupa makula eritematosa erosif dan pada pemerikssan histopatologi tampak permulaan
metastasis melewati epidermis.18
h. Penatalaksanaan
Angka kesembuhan pada
karsinoma sel basal adalah 97%. Terapi yang dapat diberikan seperti :16
a. Bedah
Tindakan bedah yang dapat dilakukan, antara lain :
-
Skalpel
-
Listrik
-
Kimiawi (Mohs)
-
Beku (N2 cair)
b. Radiasi
c. Topikal
Pada kasus-kasus multipel, rekuens, dan orang tua
dengan krim 5-flurourasil (efudex 5%), selama 4-6 minggu setiap hari diganti.
d. Sistemik
Jika cara lain tak berhasil diberikan bleomycin sebagai ajuvan.
i.
Prognosis
Karsinoma sel basal paliing
sering pada daerah yang terpapar UV, misalnya pipi 50%, hidung dan lipatan
hidung 28%, mata dan sekitarnya 17%, dan bibir 5%.16
Pengobatan pada KSB
primer biasanya memberikan angka kesembuhan sekitar 95%, sedangkan pada KSB
rekuren memberikan angka kesembuhan sekitar 92%. KSB dapat kambuh atau muncul
kembali, dijumpai angka kekambuhan 5 tahun pada metode kuretase dan
elektrodesikasi sebesar 7.7%, sedangkan dengan metode mosh angkanya sebesar 1%.16
Namun jika KSB tidak
diobati, kulit yang terkena dapat mengalami ulserasi, dan dapat terjadi invasi
lokal yang ekstensif ke tulang atau sinus wajah jika kasus dibiarkan
bertahun-tahun sehingga dahulu tumor ini disebut “ulkus roden”.5
j.
Patogenesis
Karsinoma sel basal
dari epidermis dan adneksa struktur (folikel rambut, kelenjar
ekskrin).Terjadinya didahului dengan regenrasi dari kolagen yang sering
dijumpai pada orang yang sedikit pigmennya dan sering mendapat paparan sinar
matahari, sehingga nutrisi pada epidermis terganggu dan merupakan prediksi
terjadinya suatu kelainan kulit.Melanin berfungsi sebagai energi yang dapat
menyerap energi yang berbeda jenisnya dan menghilang dalam bentuk panas. Jika
energi masih terlalu besar dapat merusak sel dan mematikan sel atau mengalami
mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker.20
Beberapa peneliti
mengatakan terjadinya karsinoma sel basal merupakan gabungan pengaruh sinar
matahari, tipe kulit, warna kulit dan faktor predisposisi lainnya.Peningkatan
radiasi ultraviolet dapat menginduksi terjadinya keganasan kulit pada manusia
melalui efek imunologi dan efek karsinogenik.Transformasi sel menjadi ganas
akibat radiasi ultraviolet diperkirakan berhubungan dengan terjadinya perubahan
pada DNA yaitu terbentuknya photo product yang disebut dimer pirimidin yang
diduga berperan pada pembentukan tumor. Reaksi sinar ultravioler menyebabkan
efek terhadap proses karsinogenik pada kulit antara lain : insuksi timbulnnya
menjadi sel kanker,, menghambat immunosurveillance dengan mnginduksi limfosit T
yang spesifik untuk tumor tertentu.20
k. Histopatologi
Tampak sel-sel tumor
berkelompok padat dengan inti biru tua atau ungu dapat mencapai
subkutis.Kelompok sel-sel tumor ini tampak seperti pulau-pulau. Pada ulkus
roden tampak epidermis tidak intak lagi, terjadi ulkus, tetapi sebukan sel
tumor tetap sama.18
3. Keratos
sebaroik
a. Definisi
Merupakan tumor jinak yang sering dijumpai
pada orang tua berupa tumor kecil atau makula hitam yang menonjol di atas
permukaan kulit.18
b. Etiologi
Penyebab keratosis seboroika masih belum
diketahui, diduga penyakit ini memiliki hubungan genetik.18
c. Epidemiologi
Keratosis seboroika sering menyerang pada
orang tua. Penyakit ini mempunyai frekuensi yang sama pada pria dan wanita.18
d. Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya
penyakit
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi
timbulnya keratosis seboroika adalah:18
1. Bangsa, orang negro lebih sering.
2. Infeksi, infeksi kronik dapat mempercepat
timbulnya penyakit.
3. Sinar, sinar matahari berpengaruh untuk
menimbulkan penyakit ini.
4. Keturunan, ada kecenderungan diturunkan secara
auto somal dominan.
e. Gejala singkat penyakit18
Penderita
sering mengeluh gatal.Mula-mula timbul bercak berwarna coklat kehitaman yang
makin lama makin membesar menjadi papula dengan permukaan verukosa, konsistensi
agak lunak dengan sumbat keratosis.Kadang-kadang bertangkai menyerupai fibroma2.
f. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan
kulit yang dapat dilakukan pada keratosis seboroika didasarkan pada 2 hal
yaitu:18
1. Lokalisasi
Dada, punggung, perut, wajah dan leher,
distribusi
simetris bilateral.
2. Efloresensi/sifat-sifatnya
Papula dan plak berbentuk lonjong, ukuran
miliar sampai lentikulär dengan permukaan kasar, berwarna kecoklatan sampai
kehitaman.
g. Diagnosis banding
Adapun diagnosis banding pada keratosis seboroika ini adalah:18
1. Epitelioma sel basal: asal-usul dari sel
basal, biasanya permukaan licin.
2. Nevus pigmentosus: warna hitam, permukaan agak
licin.
3. Keratosis senilis: warna hitam, terutama pada
daun telinga, permukaan agak kasar.
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keratosis seboroik dapat dilakukan dengan hal-hal
berikut:18
1. Bedah listrik: elektrokoagulasi atau
elektrofulgurasi.
2. Bedah beku N20 atau salju CO2.
3. Bedah kimia dengan triklorasetat 50%.
i.
Prognosis
Prognosis keratosis seboroika adalah baik.18
j.
Histopatologi
Pada pemeriksaan
histopatologis di jumpai epitel skuamous berlapis yang mengalami
hiperkeratosis, akantois, papilomatosis dengan pembentukan pearl horn cyst,
dengan inti dalam batas normal.Tidak di jumpai tanda-tanda malignasi.Batas bawah tumor terletak segaris dengan epidermis
normal. Pada dermis ditemukan sel radang kronik.11,18
4.
Faktor – faktor resiko
tumor21
a. Faktor
eksternal
1) Sering
terpapar sinar matahari
2) Terpapar
sinar x ray dan radionuklir dalam waktu lama
3) Pemakaian
bahan bahan kimia seperti arsen, berilium, cadmium, merkuri, plumbum, dan
berbagai logam berat lainnya
4) Adanya
jaringan parutnyang luas dan lama, misalnya jaringan parut akibat luka bakar
b. Faktor
internal
1) Imunitas
rendah atau imunosupresi
2) Genetik
3) Hormonal
4) Ras,
banyak terjadi pada kulit putih
5.
Mekanisme pertahanan
kulit terhadap sinar uv
Secara alamiah kulit sudah mempunyai perlindungan
terhadap sinar surya, yaitu dengan adanya stratum korneum, melanin, dan asam
urokanat. Ketebalan stratum korneum berfungsi merintangi sinar surya dengan
cara menyerap atau menghamburkan, sehingga makin tebal stratum korneum akan
semakin sulit ditembus oleh sinar UV. Adanya melanin berfungsi menyerap dan
menghamburkan sinar UV, disamping berfungsi sebagai penangkap gugus
radikal bebas, serta sebagai filter optic DNA pada nucleus. Asam urokanat
dijumpai pada keringat,diduga bekerja sebagai protector terhadap sinar UV-B,
akan tetapi saat ini peran asam urokanatini diragukan karena Cis-asam urokanat
mempunyai efek imunosupresi yang bahkan diperkirakan berperanan pada
pembentukan kanker kulit.19
Adanya radiasi UV ini dapat menimbulkan reaksi
yang bersifat akut atau segera akibat sekali pajanan dengan energi yang
berlebihan, dan reaksi tertunda akibat pajanan yang kronis.Respon kulit yang
dapat terlihat setelah pajanan dengan sinar UV dapat dibedakan menjadi respons
eritema, respons pigmentasi, dermatoheliosis, dan foto karsinogenesis.19
1.
Eritema
Spektrum UV yang
eritematogenik adalah sinar UV-B dan UV-A 2, walaupun pajanan dengan sinar
kasat mata dan sinar inframerah dapat pula menyebabkan kemerahan pada kulit
yang segera tampak dan segera hilang pada akhir radiasi.Eritema ini juga dapat
ditimbulkan oleh sinar UV-C yang terdapat dalam lampu untuk sterilisasi.
Radiasi sinar UV-B merupakan
penyebab terjadinya terbakar surya yang terjadi secara akut. Pada individu
berkulit terang diperlukan sekitar 20-70 mJ/cm2 untuk menimbulkan
reaksi eritema yang dapat terlihat oleh mata (MED = minimal erythema dose atau
DEM = dosis eritem minimal).
Radiasi sinar UV-A juga dapat
menimbulkan terbakar surya walaupun kapasitas eritematogenik dari sinar UV-A
ini sangat lemah, yaitu 600-1000 kali lebih lemah dibandingkan dengan sinar
UV-B. Diperlukan 20-100 J/cm2Sinar UV-A untuk menimbulkan eritema.
Eritemaini segera tampak sesudah pajanan, intensitasnya optimal setelah 10-12
jam dan masih tetap tampak sampai 24 jam. Sinar UV-A dengan panjang gelombang
320-340 nm disebut pula sinar UV-A 2, sedang sinar UV-A dengan panjang
gelombang 340-400 disebut sinar UV-A1. Sinar UV-A2 mempunyai efek
eritematogenik dan melanogenik yang mirip dengan sinar UV-B. Perbandingan sinar
UV-A mempunyai peran yang cukup berarti pada proses terbakar surya.
2.
Pigmentasi
Respon pigmentasi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pigmentasi
segera dan pigmentasi lambat.respons pigmentasi ini diransang oleh sinar UV-A,
UV-B maupun sinar tampak. Radiasi sinar UV-A terhadap kulit manusia dapat
segera menimbulkan reaksi pigmentasi (immediate pigment-darkening = IPD).
Reaksi tampak beberapa menit sesudah pajanan dan reaksi ini bergantung
kepada jumlah melanin yang telah ada serta dosis radiasi.Reaksi IPD
atau pigmentasi cepan (PC) ini merupakan foto-oksidasi dari melanin yang
telah ada. Pigmen hasil radiasi sinar UV-A ini hanya tersebar pada stratum
basale.
Reaksi pigmentasi lambat (delayed tanning) disebabkan oleh
sinar UV-B atau UV yang eritematogenik.Reaksi pigmentasi lambat ini merupakan
hasil dari reaksi yang kompleks pada melanosit termasuk proliferasi, sintesis
baru melanin, serta redistribusi melanin dalam melanosit dan keratinosist
sekitarnya. Reaksi ini dimulai beberapa jam setelah pajanan, dimana
melanin pada stratum basale mengalami oksidasi dan bermigrasi ke
permukaan. Puncak reaksi terjadi 10 jam, dan akan menghilang 100-200 jam.
Sedang proses melanogenesis dimulai dari oksidasi gugus sulfhidril oleh energi
dari sinar UV, yang mengaktifkan tirosinase, kemudian terbentuk DOPA, dan
akhirnya terbentuknya melanin. Reaksi ini dimulai sekitar 2 hari sesudah
pajanansinar UV dan mencapai puncaknya setelah 2-3 minggu19
3.
Dermatoheliosis
Dermatoheliosis adalah reaksi pada kulit yang bersifat polimorfik
dari berbagaikomponen kulit yaitu komponen vaskuler, komponen keratinosit,
melanosit, dan komponen jaringan ikat.Reaksi pada komponen vaskular
didermis berupa dilatasi sementara sampaiteleangiektasis.Pada keratinosit
berupa hiperplasia epidermal yang atipik, misalnya terjadi keratosis aktinik.
Pada melanosit berupa pigmentasi, yaitu freckles, lentigo solaris, dan
hipopigmentasi gutata. Sedangkan pada jaringan ikat dermis berupa kulit keriput
dan kasar, serta elastosis aktinik.19
4. Fotokarsinogenesis
Fotokarsinogenesis sinar UV mempunyai hubungan
erat dengan pathogenesis karsinomasel basal.Karsinoma sel skuamosa dan melanoma
maligna, sedangkan di Indonesia tampaknyahal ini hanya berlaku bagi karsinoma
sel skuamosa dan karsinoma sel basal.Spektrum karsinogenik dari sinar surya identik dengan spektrum
eritematogenik. Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa radiasi polikromatik
antara 200-400 nm dapat menimbulkan tumor kulit.Patut diperhatikan bahwa proses
kerusakan kulit akibat sinar surya ini bersifat kumulatif dan telah dimulai
sejak lahir.19
6.
Perubahan tumor jinak
menjadi tumor ganas
Sel mempunyai dua tugas utama yaitu
bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma
sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi sel
adalah proses fisiologis yang terjadi hampir pada semua jaringan tubuh manusia
pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. Homeostasis antara proliferasi
sel dan kematian sel yang terprogram (apoptosis) secara normal dipertahankan
untuk menyediakan integritas jaringan dan organ.5
Mutasi pada DNA sel menyebabkan
kemungkinan terjadinya neoplasma (Pembentukan jaringan baru) sehingga terdapat
gangguan pada proses regulasi
homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan
pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma.22
Jadi neoplasma ialah kumpulan sel
abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak
terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi
tubuh.5
Pada sel neoplasma terjadi perubahan
sifat, sehingga sebagian besar energi digunakan untuk berkembang biak.
Pertumbuhan tak terkontrol yang seringnya terjadi dengan cepat itu dapat
mengarah ke pertumbuhan jinak (benign) maupun ganas (malignant atau kanker).
Tumor jinak biasanya tidak menginvasi dan tidak menyebar ke jaringan lain
sekitarnya. Tumor jinak biasanya juga tidak mengancam jiwa kecuali bila ia terletak
pada area struktur vital. Sedangkan tumor ganas dapat menginvasi jaringan lain
dan beranak sebar ke tempat jauh (metastasis) bahkan dapat menimbulkan
kematian. Sel-sel malignant ini mempunyai sifat resisten terhadap apoptosis,
tidak sensitif terhadap faktor anti pertumbuhan dan contact inhibition-nya disupresi.22
Untuk terjadinya karsinogenesis
diperlukan lebih dari satu mutasi.
Bahkan pada kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu
diperlukan untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel kanker. Hanya mutasi
pada jenis gen tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan
DNA repair yang akan mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap
proliferasinya.22
Hampir semua sel neoplasma berasal dari
satu sel yang mengalami mutasi karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses
evolusi klonal yang akan menambah resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel
desendens mutan. Sel-sel yang hanya memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi
ganas diperkirakan bersumber dari tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka
sel dari tumor jinak itu akan berubah menjadi tumor ganas.22
7.
Penyebab koreng tidak
sembuh
Luka kanker akan tetap mengalami proses
penyembuhan seperti pada luka lainnya, namun pada tahap proliferasinya akan
memanjang dibanding luka lain, sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung
lama ataupun gagal. Hal ini berkaitan dengan penurunan fibroblast, penurunan
produksi kolagen dan berkurangnya angiogenesis kapiler.Oleh karena itu luka
kanker terus ada pada kondisi hipoksia panjang yang kemudian menjadi nekrotik.
Selain itu sel-sel kanker akan terus menginfiltrasi jaringan, sehingga jaringan
akan semakin rusak.11
8.
Terapi farmako sesuai
kasus.
a. Karsinoma
sel basal24,25
Karsinoma sel basal lebih efektif jika obati melalui
prosedur operatif. Namun penyakit dapat dihindari, berikut ini cara untuk
menghindari terjadinya Karsinoma sel basal,
1) hindari
dari paparan sinar matahari, terutama bagi orang orang yang melakukan aktifitas
dilur rumah, seperti petani. Sebaiknya orang orang tersebut memakai sunscreens
(tabir surya) selama terpajan sinar matahari.
2) Kemudian
pemakaian antioksidan dapat berfungsi untuk menetralkan kerusakan atau
mempertahankan fungsi dari serangan radikal bebas. Contoh dari antioksidan
adalah betakaroten, vitamin E dan vitamin C23
Selain itu, terkadang kita memerlukan
topikal untuk kasus yang berulang, multipel, atau untuk penelitian jangka
panjang.5-fluorourasil dioleskan dua kali sehari selama dua hingga dua belas
pekan untuk KSB yang bersifat superfisial.Pasalnya, obat ini memang tidak mampu
menembus hingga ke lapisan dermis secara efektif, bahkan jika dioleskan
banyak-banyak di lesi, tetap saja tidak mampu penetrasi dalam, malah hanya
membuat kulit menjadi iritasi dan tidak nyaman.Ada juga imiquimod tiga kali
perminggu atau interferon alfa-2b 1.5 juta UI intralesi tiga kali seminggu
selama tiga pekan yang kini sedang tren digunakan untuk KSB.Keduanya mampu
mengobati tipe superfisial bahkan tipe nodular.
b. Keratosis
sebaroik23
Bisa menggunakan asam
salisilat topical, selain itu asam salisilat topical dapat diberikan pada
penderita psoriasis, iktiosis, veruka, moluskum kontangiosum, dermatomikosis
superfisialis, acne vulgaris, dan photoaging.Kemungkinan rute penetrasi yang
mungkin dilalui oleh bahan aktif adalah, untuk anti fungi dan anti bakteri
tidak memerlukan penetrasi, jadi hanya pada stratum korneum dengan mekanisme
keratolitikum, artinya menghilangkan lapisan keratin pada kulit terluar yang
telah mati.
Sediaan yang dipilih
adalah krim, alasannya karena tujuan terapi dari bahan aktif adalah local, dan
organ yang dituju adalah permukaan kulit dengan mekanisme keratolitik sehingga
dipilih sediaan topika;.Selain itu mekanisme yang keratolitik, sedian yang
cocok adalah sediaan krim dengan basis oil in water.Keunggulan krim sendiri,
karena krim mudah menyebar rata, krim berbasil oil in water lebih mudah
dibersihkan daripada kebanyakan salep.
c. Karsinoma
sel basal24,25
Karsinoma sel basal lebih efektif jika
obati melalui prosedur operatif. Namun penyakit dapat dihindari, berikut ini
cara untuk menghindari terjadinya Karsinoma sel basal,
3) hindari
dari paparan sinar matahari, terutama bagi orang orang yang melakukan aktifitas
dilur rumah, seperti petani. Sebaiknya orang orang tersebut memakai sunscreens
(tabir surya) selama terpajan sinar matahari.
4) Kemudian
pemakaian antioksidan dapat berfungsi untuk menetralkan kerusakan atau
mempertahankan fungsi dari serangan radikal bebas. Contoh dari antioksidan
adalah betakaroten, vitamin E dan vitamin C
Selain itu, terkadang kita memerlukan
topikal untuk kasus yang berulang, multipel, atau untuk penelitian jangka
panjang.5-fluorourasil dioleskan dua kali sehari selama dua hingga dua belas
pekan untuk KSB yang bersifat superfisial.Pasalnya, obat ini memang tidak mampu
menembus hingga ke lapisan dermis secara efektif, bahkan jika dioleskan
banyak-banyak di lesi, tetap saja tidak mampu penetrasi dalam, malah hanya
membuat kulit menjadi iritasi dan tidak nyaman.Ada juga imiquimod tiga kali
perminggu atau interferon alfa-2b 1.5 juta UI intralesi tiga kali seminggu
selama tiga pekan yang kini sedang tren digunakan untuk KSB.Keduanya mampu
mengobati tipe superfisial bahkan tipe nodular.
d. Keratosis
sebaroik
Bisa menggunakan asam
salisilat topical, selain itu asam salisilat topical dapat diberikan pada
penderita psoriasis, iktiosis, veruka, moluskum kontangiosum, dermatomikosis
superfisialis, acne vulgaris, dan photoaging.Kemungkinan rute penetrasi yang
mungkin dilalui oleh bahan aktif adalah, untuk anti fungi dan anti bakteri
tidak memerlukan penetrasi, jadi hanya pada stratum korneum dengan mekanisme
keratolitikum, artinya menghilangkan lapisan keratin pada kulit terluar yang
telah mati.
Sediaan yang dipilih adalah krim,
alasannya karena tujuan terapi dari bahan aktif adalah local, dan organ yang
dituju adalah permukaan kulit dengan mekanisme keratolitik sehingga dipilih
sediaan topika;.Selain itu mekanisme yang keratolitik, sedian yang cocok adalah
sediaan krim dengan basis oil in water. Keunggulan krim sendiri, karena krim
mudah menyebar rata, krim berbasil oil in water lebih mudah dibersihkan
daripada kebanyakan salep.23
Studi kasus
9.
Apa hubungan pekerjaan
pak tono dan penyakitnya
Dilihat
dari etiologi karsinoma sel basal dan keratosis seboroik, walaupun belum pasti
tetapi kita sudah bias menyimpulkan bahwa pekerjaan Pak Tono berhubungan dengan
munculnya penyakit ini. Pekerjaan Pak Tono sehari-hari adalah petani, itu
berarti pekerjaan yang dilakukan Pak Tono di luar ruangan dan terpapar sinar
matahari yang berlebihan.Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat memicu
terjadnya karsinoma sel basal dan keratosis seboroik.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
·
Bapak Tono, Petani, 60 tahun,
mengalami karsinoma sel basal tipe nodular dipipi kanan dengan diagnosis
banding Karsinoma sel gepeng, Hiperplasia sebasea, Penyakit Bowen dan mengalami
keratosis sebaroik di leher dengan diagnosis banding Epitelioma sel basal,
Nervus pigmentosus, Keratosis senilis serta perlu dilakukan pemeriksaan
histopatologi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rubin PMD. Clinical Oncology.
Amultidisciplinary approach. AmericanCancer Society. 6th d.1983.p. 2 - 5.
2.
Bishop JM: Retroviruses and Cancer
genes.Science 1987; 52: 6 ; 235-305.
3.
Enterline PE, Marsh GM. Cancer
amongworkers exposed to arsenic and other substances in a copper smelter.Am.J.Epidemiol
1982;116 : 895-911.
4.
Enterline PE, HendersonVL, Marsh G M.Exposure
to arsenic and respiratory cancer. A reanalysis. Am.J.Epidemiol 1985;
125:929-38.
5.
Robbins SL, Kumar VK. Basic Pathology, 9th edition. Philadelphia:
Saunders; 2013.
6.
Ganong, F.,Fisiologi Kedokteran. Eds 10. Jakarta:
EGC, 1997.
7.
Price, A., Sylvia,Pathofisiology: Clinical Concepts Of Disease
Processes. Eds 6. Jakarta: EGC, 2006.
Processes. Eds 6. Jakarta: EGC, 2006.
8. Richard
N, Mitchell et all. BukuSakuDasarPatologisPenyakit Robbins &Cotran. Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC; 2008.
9. Sudiono,Janti.PemeriksaanPatologiUntuk Diagnosis Neoplasma.
Jakarta: EGC,2008
10. Departemen Farmakologi Dan Terapi
FKUI.Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
11. Haryanto,Sri
dan S. Nugroho.Terapi Pengobatan
Tumor-Kanker.Yogyakarta:Penerbit KANISIUS, 2009.
12. Chandrasoma
P, Taylor CR.Neoplasia .In : Concise
Pathology. 3rd ed. Singapore : Lange Medical book, McGraw Hill. 2001,
pp.260-92
13. Cipto H, Pratomo U.S et al. Deteksi
dan Penatalaksanaan Kanker Kulit Dini.
Jakarta; FKUI. 2010.
14. Habib TB : Clinical Dermatology, 3rd
edition. New York; Mosty Missaouri. 2007.
15. Gale,
Danielle, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC, 2000.
16. Graham,
R. Lecture Notes on Dermatology.
Ed.8. Jakarta : Erlangga. 2005
17. Cipto,
H Et Al. Deteksi Dan Penatalaksanaan
Kanker Kulit Dini.Jakarta FKUI.
2001, P.15-24.
18. Siregar,R.S.
Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit,.edisi
2.Jakarta:EGC;2004.
19. Djuanda,Adhi.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Edisi
5.Jakarta:FKUI;2006
20. Fitzpatrick TB et al. Dermatology
in General Medicine 4rd edition. Mc Graw Hill Inc 1993, Vol :
840-846.
21. Thomas
V.D., Swanson N.A., Lee K.K. Benign
Epithelial Tumors Hamartomas, and Hyperplasia. In : Wolff K, Goldsmith La, Katz
Si, Glichrest Ba, Paller As, Leffell Dj. Fitzpatrick’s Dermatology In General
Medicine. 7th Edition. Ne York : McGraw Hill. 2008, P.1099-1121.
22. Tjarta
A. Neoplasma. Kumpulan kuliah patologi,
editor Himawan S. Jakarta : Bagian Patologi Anatomi FK UI. 2009 hal.77-94
23. Anief,
M. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar
Penyakit Kulit.Yogyakarta : Gadjahmada University Press. 2002
24. Sjamsuhijat,R
dan jong, w.d. karsinoma sel basal : buku
ajar ilmu bedah Indonesia.Jakarta : EGC. 2004, p.331-332
25. Asihah,
s. Karsinoma sel basal. Dalam
djuanda, A., mochtar, H., asyah, S. ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta :
Fakultas Universitas Indonesia. 2007, p.233-236
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment