BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Pemicu
Sekelompok mahasiswa melakukan sebuah praktikum bersifat
observatif terhadap komponen-komponen sel-sel pada jaringan pankreas. Ternyata
sel tersebut terdiri atas molekul-molekul penyusun yang menunjang fungsi sel
tersebut dan membandingkannya dengan benda mati. Mahasiswa tersebut mengamati molekul penyusun
membran sel, sitoplasma, inti sel serta kromosom. Pankreas sendiri menghasilkan
enzim-enzim yang berguna untuk membantu pencernaan. Setelah melakukan
praktikum,kelompok tersebut diwajibkan oleh pembimbingnya untuk membuat laporan
tentang apa saja yang didapat dari praktikum mereka kali ini.
1.2.
Klarifikasi
dan Definisi
1.
Inti Sel
Inti sel; badan sferoid di dalam sel, terdiri dari membrane inti yang
tipis, organel, satu nucleoli atau lebih, kromatin, linin, dan nukleoplasma.
2.
Enzim
Protein yang mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tanpa menjadi
rusak atau berubah dalam melaksanakan reaksi ini.
3.
Kromosom
Suatu struktur dalam nucleus yang mengandung kromatin dan membawa
informasi genetic untuk sel tersebut.
4.
Molekul
Jumlah terkecil suatu senyawa yang dapat berdiri sendiri
5.
Membrane Sel
Komponen sel terluar yang memisahkan sitoplasma dari lingkungan
ekstraseluler.
6.
Pancreas
Kelenjar rasemosa besar dan memanjang yang terletak melintang di belakang
lambung, di antara limpa dan duodenum.
1.3.
Kata Kunci
1.
Praktikum
2.
Jaringan pancreas
3.
Molekul penyusun
4.
Enzim
5.
Inti sel
6.
Sitoplasma
7.
Membrane Sel
8.
Kromosom
1.4.
Rumusan
Masalah
Apa saja
molekul penyusun komponen sel?
1.5. Analisis Masalah
Mahasiswa melakukan Praktikum Observatif
|
Jaringan Pankreas
|
Enzim
|
Komponen Sel
|
Inti Sel
|
Sitoplasma
|
Membran Sel
|
Kromosom
|
Molekul Penyusun
|
Karbohidrat
|
Protein
|
Lipid
|
Asam Nukleat
|
1.6.
Hipotesis
Terdapat empat molekul penyusun komponen sel yaitu
karbohidrat, lipid, protein, dan asam nukleat
1.7.
Pertanyaan
Diskusi
1.
Apa saja molekul
penyusun dari :
a.
Membrane sel
b.
Kromosom
c.
Inti Sel
d.
sitoplasma
2.
Apa saja
klasifikasi dari :
a.
Karbohidrat
b.
Protein
c.
Lipid
d.
Asam Nuklet
3.
Bagaimana struktur
dari :
a.
Karbohidrat
b.
Protein
c.
Lipid
d.
Asam Nukleat
4.
Apa fungsi dari :
a.
Karbohidrat
b.
Protein
c.
Lipid
d.
Asam Nuklet
5.
Bagaimana proses
metabolisme dari :
a.
Karbohidrat
b.
Protein
c.
Lipid
d.
Asam Nukleat
6.
Apa yang terjadi
jika salah satu molekul penyusun mengalami denaturasi?
7.
Bagaimana struktur
dasar dari asam amino?
8.
Apa saja faktor
yang mempengaruhi kerja enzim?
9.
Bagaimana fungsi
dari enzim?
10. Bagaimana klasifikasi enzim?
11. Bagaimana mekanisme kerja enzim?
12. Bagaimana sifat-sifat enzim?
13. Enzim apa saja yang dihasilkan jaringan pancreas?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Molekul Penyusun dari Komponen Sel
a.
Membran Sel
Molekul penyusun membran sel yaitu :
1)
Lipid
Struktur dasar membran adalah lapis-ganda lipidnyang
dibentuk oleh dua lembaran fosfolipid dengan gugus-gugus kepala polar
hidrofilik yang tersusun menjauhi stau sama lain dan terpajan dengan lingkungan
air dinpermukaan luar serta dalam membran. Ekor nonpolar hidrofobik molekul ini
saling berhadapan, ke arah bagian tengah membran. Lipid yang terkandung dalam
membran sel berupa :
a)
Fosfolipid
Terdapat dua kelas fosofolipid utama yang
terdapat di membran, yaitu :
Ø Fosfogliserida yaitu fosfolipid terbanyak dan
terdiri dari tulang punggung gliserol tempat melekatnya dua asam lemak dalam
ikatan ester dan satu alkholo terfosforilasi. Konstituen asma lemak memiliki
jumlah karbon genap, terutama mengandung 16 atau 18 karbon. Asam lemak ini
tidak bercabang dan dapat jenuh atau tak-jenuh.
Ø Sfingomielin mengandung tulang punggung
sfingosin, yang mana suatu asam lemak melekat pada gugus asam amino sfingosin
melalui ikatan amida yang membentuk seramid. Gugus hidroksil primer pada
sfingosin mengalami esterifikasi menjadi fosforikolin.
2)
Glikosfingolipid
Glikosfingolipid adalah lipid yang mengandung
gula dan dibentuk dari tulang punggung seramid, golongan ini mencakup
galaktosil- dan glukosilseramid (serebrosida) dan gangliosida.
b)
Sterol
Sterol yang terbanyak ditemukan pada membran adalah
kolesterol, yang terutama terletak di membran plasma sel mamalia, tetapi juga
dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit di membran mitokondria,
kompleks golgi, dan nukleus. Kolesterol terselip di antara fosfolipid membran
dengan gugus hidroksilnya pada permukaan yang menghadap lingkungan cair dan
sisanya di dalam lapisan membran. Kolesterol memengaruhi fluiditas membran.
c)
Protein
Protein yang terkandung dalam membran yaitu :
·
Protein
integral merupakan jenis protein yang
banyak terkandung didalam membran, yang berarti protein-protein ini
berinteraksi secara luas dengan fosfolipid dan memerlukan detergen untuk
melarutkannya. Protein integral menembus lapisan-ganda lipid. Protein integral
biasanya globular dan amfipatik. Protein ini terdiri dari dua ujung hidrofilik
yang dipisahkan oleh regio hidrofobik di bagian tengah dna menembus inti
hidrofobik lapis-ganda. Protein integral juga terdistribusi secara asimetris
menembus lapisan-ganda membran.
·
Protein
perifer tidak berinteraksi langsung dengan inti hidrofobik fosfolipidb di dalam
lapisan-ganda sehingga tidka memerlukan detergen untuk membebaskannya. Protein
ini terikat secara lemah dengan bagian hidrofilik protein integral tertentu dan
gugus kepala fosfolipid serta dapat dibebaskan dengan pemberian larutan garam
dengan kekuatan ionik yang tinggi.
d)
Karbohidrat
Sekitar 5% berat membran adalah karbohidrat dalam
glikoprotein dan glikolipid. Glikoforin merupakan suatu glikoprotein integral
membran utama pada eritrosit manusia yang memiliki 130 residu asma amino dan
menembus membran lipid, dengan segmen polipeptida yang terletak di luar lapisan
eksternal dan internal (sitoplasmik).(1)
b.
Kromosom
Setiap kromosom dikatakan terdiri atas sebuah molekul DNA yang sangat
panjang. Molekul DNA terdiri atas dua rantai polinukleotida yang sangat
berpilin ganda secara anti parallel. Setiap unit adalah sebuah polimer linear
dari subunit nukleotida, masing-masing terdiri atas gugus fosfat, gula pentose
dan sebuah basa organic. Basanya ada 4 jenis yaitu adenin, sitosin, guanine,
dan timidin. Keempat basa ini terjulur kearah dan mengikat pada basa
komplementer pada untai sebelah.Informasi genetic dalam molekul DNA tersandi
dan terurut basa sepanjang rantai polinukleotida.(2)
c.
Inti Sel
Komponen-komponen penyusun
nukleus, antara lain : selaput nucleus, RNA duta, RNA ribosom, RNA nukleolus,
kromatin, DNA, protein, RNA.(3)
d.
Sitoplasma
Sitoplasma merupakan keseluruhan isi sel selain nukleus,
dan dibungkus oleh membran sel. Sitoplasma mempunyai dua komponen, sitosol dan
organel, struktur kecil yang mempunyai fungsi berbeda-beda dalam sistem kerja
sel.
1)
Sitosol
Sitosol (cairan
intraseluler) merupakan cairan dalam sitoplasma yang mengelilingi organel dan
terdapat sekitar 55% di dalam sel. Dengan berbagai variasi dalam komposisis dan
konsistensi dari salah satu bagian sel yang satu dan lainnya, sitosol terdiri
atas sekitar 75-90% air ditambah dengan berbagai variasi komponen larut dan
tidak larut. Komponen tersebut diantaranya adalah berbagai tipe dari ion,
glukosa, asam amino, asam lemak, protein, lipid, ATP, dan produk-produk sisa.
Selain itu, di dalam sel terdapat pula beberapa molekul organik yang berkumpul
menjadi penyusun cadangan. Molekul yang berkumpul tersebut mungkin terlihat dan
menghilang pada waktu yang berbeda dalam siklus hidup sel. Contohnya lipid
droplets yang mengandung trigliserol, dan sekelompok molekul glikogen yang
disebut glycogen granules. Sitosol
merupakan tempat sejumlah reaksi kimia terjadi yang dibutuhkan untuk eksistensi
sel. Sebagai contohnya, snzim-enzim di sitosol mengkatalis glikolisis,
rangkaian 10 reaksi kimia yang memproduksi dua molekul ATP dari satu molekul
glukosa.
2)
Organel
Organel adalah
struktur khusus di dalam sel dengan bentuk yang unik; organel-organel ini
mempunyai fungsi spesifik dalam pertumbuhan sel, pemeliharaan dan reproduksi. Masing-masing organel mempunyai
enzim-enzimnya sendiri untuk menjalankan reaksi tertentu. Meskipun mempunyai
fungsi yang berbeda, organel-organel tersebut seringkali bekerja sama untuk
menjaga homeostasis.(4)
2.2
Karbohidrat
1. Klasifikasi
a.
Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Klasifikasi monosakarida berdasarkan jumlah atom karbon dan gugus yang dimilikinya yaitu aldehida atau keton.
Selain aldehida dan keton, alkohol polihidrat
(alkohol gula atau poliol), dengan gugus aldehida atau keton yang telah
direduksi menjadi gugus alkohol. Alkohol ini dibentuk melalui reduksi
monosakarida dan digunakan dalam pembuatan makanan untuk menurunkan berat badan dan untuk pasien diabetes.
b.
Disakarida
Disakarida merupakan produk kondensasi dua
unit monosakarida. Disakarida adalah gula yang terdiri dari dua residu
monosakarida yang dihubungkan oleh suatu ikatan glikosida. Beberapa disakarida
yang penting yaitu :
c.
Oligosakarida
Oligosakarida
Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh unit monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia. Contoh oligosakarida yaitu glikoprotein dan glikolipid.
d. Polisakarida
Polisakarida adalah produk kondensasi lebih
dari sepuluh unit monosakarida,
contohnya pati dan dekstrin yang merupakan polimer linier atau
bercabang.
·
Pati
adalah suatu homopolimer glukosa yang membentuk rantai α-glukosida, yang
disebut glukosan atau glukan. Pati adalah sumber utama karbohidrat dalam
makanan, yaitu sereal, kentang, kacang-kacangan, dan sayuran lain. Dua
konstituen utamanya adalah amilosa (13-20%) yang memiliki struktur heliks
tidak-bercabang dan amilopektin (80-85%) yang terdiri dari rantai-rantai
bercabang yang dibentuk oleh 24-30 residu glukosa yang disatukan oleh ikatan
α1→4 di rantai dan oleh ikatan α1→6 di titik percabangan.
·
Glikogen
adalah simpanan polisakarida pada hewan dan kadang-kadang disebut pati hewan.
Glikogen adalah struktur yang lebih bercabang dibandingkan amilopektin, dan
rantainya terdiri dari 12-14 residu α-D-glukopiranosa (dalam ikatan glukosida
α1→4) dengan percabangan melalui ikatan glukosida α1→6
·
Selulosa
adalah konstituen utama dinding sel tumbuhan. Senyawa ini
tidak larut dan terdiri dari unit-unit β-D-glukopiranosa yang disatukan oleh
ikatan β1→4 membentuk rantai lurus paniang yang diperkuat oleh ikatan-silang
hidrogen' Mamalia tidak memiliki enzim yang menghidrolisis ikatan β1→4 sehingga
tidak dapat mencerna selulosa. Selulosa adalah sumber utama " bulh"
dalam diet, dan komponen utama serat dalam diet. Mikroorganisme dalam usus
hewan pemamah biak dan herbivora lain dapat menghidrolisis ikatan B dan
memfermentasikan produk meniadi asam lemak rantai-pendek sebagai sumber energi
utama. Di kolon rnanusia, metabolisme selulosa oleh bakteri juga terjadi.(1)
2.
Struktur
a.
Monosakarida
Struktur monosakarida secara umum ada tiga yaitu :
1)
Struktur
rantai-lurus
Contohnya
aldoheksosa
2)
Struktur siklik
Struktur siklik berupa hemiasetalo yang dibentuk oleh reaksi antara gugus aldehida dan gugus hidroksil lebih termodinamis I. Struktur siklik yang biasa digambar yaitu proyeksi Haworth, merupakan molekul dilihat dari samping dan atas bidang cincin, ikatan-ikatan yang terletak paling dekat dengan pengamat digambar lebih tebal dan gela, dan gugus hidroksil terletak di atas atau bawah bidang cincin.
3)
Struktur
α-separuh-glukosa
Struktur α-separuh-glukosa merupakan cincin segi enam yang mengandung satu atom oksigen dan berbentuk seperti kursi
Tipe-tipe
isomer pada monosakarida yaitu :
1)
Isomerase D dan L
Monosakarida
D dan L bergantung pada konfigurasi karbon asimetrik yang terletak paling jauh
dari gugus karbonil (gugus aldehida atau keton). Orientasi gugus –H dan –OH
pada atom karbon yang terdekat dengan karbon alkohol primer terminal (karbon
ke-5 pada glukosa) menentukan apakah gula termasuk konfigurasi D atau L.
Ketika
gugus –OH pada atom karbon ini terletak di kanan, gulanya adalah isomer D.
Sedangkan jika terletak di kiri, gulanya adalah isomer L. Sebagian besar
monosakarida yang terdapat di mamalia adalah gula D.
2)
Struktur cincin
piranosa dan furanosa
Struktur
cincin monosakarida menyerupai struktur cincin piran (cincin segienam) atau
furan (cincin segilima). Untuk larutan glukosa, lebih dari 99% berada dalam
bentuk piranosa.
3)
Anomer alfa dan
beta
Apabila
gula digambarkan dengan cincin terletak di bidang kertas, gugus hidroksil yang
terikat secara kovalen ke karbon anomerik terletak dalam posisi α apabila gugus
tersebut terletak di bawah bidang cincin. Pada posisi β, gugus hidroksil ini
terletak di atas bidang cincin
4)
Epimer
Epimer
adalah stereoisomer yang berbeda dalam letak gugus hidroksil hanya pada satu
karbon asimetriknya. Biasanya pada atom karbon 2, 3, dan 4. D-Glukosa dan D-Galaktosa adalah epimer, yang
berbeda hanya pada posisi 4.
5)
Isomerase
aldosa-ketosa
Monosakarida
aldosa merupakan gula yang mengandung gugus aldehid, sedangkan ketosa merupakan
gula yang mengandung gugus keton.
b.
Disakarida
Struktur disakarida umumnya berbentuk α dan β. Maltosa
terdiri dari 2 unit glukosa yang disatukan α(1
4). Laktosa terdapat penyatuan sebuah galaktosa dan sebuah glukosa noleh
β(1→4). Dan sukrosa, glukosa dan fruktosa disatukan α(1→2) melalui karbon
anomeriknya.
c.
Polisakarida
Struktur polisakarida pada pati yang berupa amilosa
memperlihatkan struktur kumparan heliks dan pada amilopektin memperlihatkan
titik percabangan 1→b.(1)
3.
Fungsi
a.
Sebagai sumber
energi utama bagi tubuh
b.
Penting untuk
metabolisme lemak normal karena jika karbohidrat kurang maka lemak akan
digunakan sebagai sumber energi.
c.
Penting dalam
mempertahankan integritas fungsi sel saraf sebagai sumber energi otak.
d.
Selulosa
(karbohidrat yang tidak dicerna) membantu dalam eleminasi yang normal karena
merangsang gerak peristaltik saluran pencernaan
e.
Memberikan suplai protein, mineral dan vitamin B dalam
jumlah yang bermakna.
f.
Pada hati, glucorinic acid mempunyai fungsi penting dalam
pengikatan racun kimia dan bakteri.
g.
Sisa laktosa dalam usus lebih lama dari disakarida,
sehingga memepermudah pertumbuhan bakteri yang menguntungkan. Laktosa ini
berfungsi sebagai laksatif serta sintesis vitamin B kompleks dan vitamin K.(5)
4.
Metabolisme
Proses pencernaan mengubah karbohidrat makanan menjadi
monosakrida melalui hidrolisis ikatan glikosidat antara gula-gula. Enzim utama
yang berperan adalah amilase-alpha pancreas dan saliva dan kompleks
disakaridase semispesifik di membrane brush-border pada sel mukosa usus. Pada
bayi manusia, aktivitas disakaridase lactase mukosa tinggi, tetapi aktivitas
ini menurun selama masa anak-anak pada semua kelompok populasi kecuali orang
Eropa Utara. Serat dalam makanan, yang terutama terdiri dari polisakarida,
tidak dapat dicerna oleh enzim saluran cerna manusia. Beberapa jenis serat
mungkin memiliki efek yang menguntungkan.
Glukosa, galaktosa, dan fruktosa yang terbentuk oleh
enzim pencernaan dipindahkan ke dalam sel epitel absorptif pada usus halus
melalui transport aktif dependen-Na+ dan difusi fasilitasi. Transpor
fasilitasi monosakarida tersebut diperantarai oleh sekelompok protein transport
glukosa (glucose transport protein, GLUT). Monosakarida masuk ke dalam kapiler
jaringan pembuluh splanknik, mengalir ke hati dan jaringan perifer, dan
dipindahkan masuk ke dalam sel melalui salah satu dari berbagai transporter
glukosa spesifik-jaringan. Jenis transporter yang ditemukan di masing-masing
jaringan mencerminkan peran metabolism glukosa pada jaringan yang bersamgkutan.
Walaupun di sebagian besar jaringan glikolisis terutama
berfungsi menghasilkan ATP, namun di hati jalur ini memiliki fungsi tambahan
yang berubah sesuai keadaan fisiologis. Setelah makan, glikolisis menghasilkan
karbon untuk sintesis asam lemak di hati dan untuk pembentukan gliserol
3-fosfat, yang bergabung dengan asam lemak untuk membentuk triasilgliserol yang
disekresikan dalam VLDL. Selama puasa, banyak reaksi dalam proses glikolisis
berbalik sewaktu hati menghasilkan glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa
darah. Proses pembentukan glukosa ini disebut glukoneogenesis.
Glukoneogenesis, yang terutama terjadi di hati, adalah
jalur untuk membentuk glukosa dari senyawa bukan karohidrat. Pada manusia,
precursor glukosa yang utama adalah laktat, gliserol, dan asam amino, terutama
alanin. Kecuali tiga urutan kunci, reaksi dalam glukoneogenesis merupakan
kebalikan dari langkah pada glikolisis. Urutan glukoneogenesis yang tidak
menggunakan enzim adalah perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat, fruktosa
1,6-bifosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, dan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa.
Yang mana langkah-langkah ini memerlukan enzim pengatur.(1)
2.3 Protein
1.
Klasifikasi
Klasifikasi protein tidak terperinci sama halnya dengan
klasifikasi karbohidrat atau lipida, karena jumlahnya yang banyak dan
susunannya yang unik serta sifatnya yang beragam. Tetapi pada dasarnya protein
dapat diklasifikasikan berdasarkan atas bentuk molekul, komponen penyusun
tingkat degradasi dan fungsi biologisnya.
Berdasarkan bentuk molekul, protein dibedakan atas
protein globular dan fibrosa.
Protein globular mempunyai bentuk bulat atau hampir
bulat, dengan perbandingan memoros kurang dari 10. Rantai
polipeptidanya melipat dengan sangat kompak sehingga sedikit sekali atau tidak
ada rongga interior yang tersedia untuk molekul air. Umunya protein globular
mudah membentuk Kristal dan bobot molekulnya relative mudah ditentukan, protein
globural larut dalam air dan larutan garam.
Protein fibrosa bentuk molekulnya seperti serat atau
serabut. Rantai polipeptidanya tidak
membentuk bulatan atau elips, tetapi memanjang dan banyak rantai yang saling
berkaitan dalam berkas parallel bersilangan. Protein fibrosa banyak berperan
sebagai protein pembangun.
Berdasarkan komponen penyusun, protein dibedakan atas
protein sederhana dan protein majemuk.
Protein sederhana hanya tersusun atas asam alfa-amino sehingga pada
hidrolisisnya secara sempurna hanya akan menghasilkan asam alfa-amino
penyusunnya saja.
Protein majemuk, tersusun atas protein sederhana dan zat
non-protein lainnya. Zat
non-protein inidisebut radikal prostetik.Berdasarkan radikal protetiknya
protein majemuk dibedakan atas glikoprotein (terdapat dalam jaringan dan
membrane sel), kromoprotein (contohnya
hemoglobin, enzim katalase dan peroksidase,
flavor protein dan kloropas daun), hipoprotein. Nucleoprotein dan
fosfoprotein.(2)
2.
Struktur
Protein adalah makromolekul yang mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Beberapa protein juga mengandung sulfur di
dalamnya (Tortora, 2009). Protein dapat digambarkan sebagai polimer-biologis
tiga-dimensi yang dibangun dari kumpulan 20 jenis monomer yang berbeda yang
disebut asam amino (Campbell, 2012). Setiap 20 asam amino yang berbeda mempunyai
satu atom hidrogen (H) dan tiga gugus fungsi penting yang berikatan dengan atom
karbon pusat.
Protein secara general biasanya dikelompokkan dalam
kelompok struktural protein globular, protein fibrosa, protein transmembran dan
DNA-binding potein. Protein globular
umumnya larut dalam medium air dan terlihat seperti berpilin dan terlipat
secara padat dan tidak beraturan. Protein fibrosa tersusun linear pada satu
sumbu dan mempunyai unit yang berulang.
Protein transmembran mempunyai satu atau lebih region yang dapat
melewati membran lemak. Sedangkan DNA-binding
protein biasanya diklasifikasikan secara terpisah.
Fig. 1.b.2.
general shapes of proteins
Image copyright
by Marks Basic Medical Biochemistry A Clinical Approach 2nd Edition
Struktur dari protein-protein tersebut dapat dibedakan
sesuai tingkatannya menjadi struktur protein primer, sekunder, tersier, dan
kuartener. Struktur primer tersusun oleh asam amino yang berikatan melalui
ikatan peptida membentuk polipeptida. Struktur sekunder menyerupai struktur
yang berulang yang terbentuk di region kecil dalam untai polipeptida. Struktur
tersier merupakan konformasi tiga-dimensi protein keseluruhan. Struktur
kuartener membentuk asosiasi subunit-subunit polipeptida dengan pola geometri
spesifik.
Fig. 1.b.3.
Levels of structure in protein.
Image copyright
by Marks Basic Medical Biochemistry A Clinical Approach 2nd Edition.
a.
Struktur primer
Struktur primer
rantai polipeptida sebuah protein merupakan urutan penyatuan asam-asam amino.
Susunan ini mencakup lokasi setiap ikan disulfida. Tidak terjadi percabangan
rantai pada tingkat protein struktur primer.
Fig. 1.b.4 primary structure of proteins
Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology.
Hoboken, NJ: John Wiley & Sons; 2009.
b.
Struktur sekunder
Sebagian besar protein memiliki segmen-segmen dalam rantai
polipeptidanya yang terlilit dan terlipat secara berulang dalam pola yang
membentuk protein secara keseluruhan. Lilitan lipatan secara keseluruhan inilah
yang disebut sebagai struktur sekunder. Dua buah struktur sekunder yang sama
disebut heliks-α, sedangkan lembar-β merupakan hasil
dari ikatan-ikatan hidrogen pada interval beraturan di sepanjang tulang
belakang polipeptida.
1)
α-heliks
Struktur α-heliks
pada umumnya merupakan struktur sekunder protein dari protein globular, membran-spanning domain, dan DNA-binding proteins. Struktur ini
mempunyai konformasi rigid yang stabil yang memperkuat ikatan hidrogen saat
tetap mempertahankan pola rotasinya dalam rantai polipeptida. Tulang belakang
peptida di α-heliks terbentuk dari ikatan hidrogen yang sangat kuat.
Pada suatu heliks-α
terbentuk ikatan hidrogen antara masing-masing atom oksigen karbonil pada
sebuah ikatan peptida dengan hidrogen yang melekat ke atom nitrogen amida pada
suatu ikatan peptida 4 residu asam amino di sepanjang rantai polipeptida. Dengan
begitu terbentuk struktur kumparan (ulir) reguler di mana masing-masing ikatan
peptida dihubungkan oleh ikatan hidrogen ke ikatan peptida 4 residu asam amino
di depannya dan 4 asam amino di belakangnya dalam urutan primer.
Rantai sisi residu
asam amino pada heliks-α mengarah ke luar dari sumbu sentral. Rantai sisi yang
berukuran besar atau rantai sisi dengan muatan yang saling tolak-menolak dapat
mencegah terbentuknya heliks-α. Residu prolin menghambat struktur heliks-α pada
protein karena residu prolin menimbulkan hambatan geometrik akibat adanya
struktur cincin dan karena pada ikatan peptida, nitrogen tidak mengandung atom
hidrogen yang diperlukan untuk membentuk ikatan hidrogen.
2)
Lembar-β
Berbeda dengan kumparan heliks-α, lembar-β terbentuk
melalui ikatan hidrogen antara daerah linear rantai polipeptida. Ikatan ini
terjadi karena antara oksigen karbonil dari satu ikatan peptida dan nitrogen
dari ikatan peptida lainnya.
Ikatan hidrogen dapat terbentuk antara dua rantai
polipeptida yang terpisah atau antara dua daerah dari sebuah rantai tunggal
yang melipat sendiri. Pelipatan ini sering melibatkan 4 struktur asam amino
yang dikenal sebagai belokan (β-turn).
Rantai atau bagian rantai yang berinteraksi satu sama lain dapat bersifat
sejajar atau anti-sejajar (antiparalel).
Fig. 1.b.7.
β-turn
Image copyright
by Marks Basic Medical Biochemistry A Clinical Approach 2nd Edition.
3)
Struktur supersekunder
Pada sejumlah protein terbentuk kombinasi struktur
sekunder tertentu, membentuk struktur supersekunder. Kombinasi tersebut
termasuk heliks-belok-heliks, unit β-α-β, risleting leusin (leuchine zipper), dan jari seng (zing finger). Unit struktural tertentu dalam struktur tersier
suatu protein (yang dikenal sebagai ranah domain), terdiri dari berbagai
kombinasi struktur α dan β dan urutan lengkungan yang lebih acak yang
menyatukan urutan-urutan tersebut.
c.
Strukur tersier
Istilah
"struktur tersier" merujuk pada konformasi tiga-dimensi keseluruhan
suatu polipeptida. Dalam ruang tigadimensi, struktur ini menunjukkan bagaimana
gambaran struktur sekunder-heliks, lembaran, tekukan, belokan, dan
gelungan-tersusun membentuk domain dan bagaimana domain-domain ini berhubungan
satu sama lain dalam ruang. Domain adalah suatu bagian dari struktur protein
yang mampu melakukan tugas kimia atau fisika tertentu, misalnya mengikat
substrat atau ligan lain. Domain lain dapat berfungsi menghubungkan protein
dengan membran atau berinteraksi dengan molekul regulatorik yang memodulasi
fungsi protein tersebut.
Fig. 1.b.8 G-Actin. ATP binds in the center of the cleft.
The two domains that
Form he cleft are further subdivided into subdomains 1–4
(From Kabsch W, Holmes KC. The actin fold. FASEB J
1995:9:167–174.)
d.
Struktur kuartener
Struktur kuartener adalah struktur tiga-dimensi suatu
protein yang terdiri dari subunit. Subunit tersebut disatukan oleh jenis
interaksi nonkovalen yang sama yang berperan dalam struktur tersier, yaitu
interaksi elektrostatik dan hidrofobik serta ikatan hidrogen. Pada hemoglobin,
subunit yang ada serupa. Keempatnya mengandung heme dan mengikat oksigen.
Namun, kompleks piruvat dehidrogenase memiliki beberapa jenis subunit yang
berbeda. Kompleks ini mengandung sejumlah besar protein yang mencakup enzim
yang mengkatalisis reaksi keseluruhan, memperbaharui kofaktor, dan mengatur
aktivitas.
Fig.
1.b.9. Myoglobin and hemoglobin. (From Frescht A. Structure and Mechanism in
Protein Science. New York: WH Freeman and Company, 1999).
Mioglobin dan hemoglobin, protein pertama pengikat oksigen adalah protein
pertama yang strukturnya dipastikan secara rinci.(6)
3.
Fungsi
Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu
sebagai enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut.
a.
Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepatatan dibantu oleh
suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim; dari reaksi yang sangat
sederhana seperti reaksi transportasi karbondioksida sampai yang sangat rumit
seperti reaksi kromoson.
Hampir semua enzim menunjukan daya kualitik yang luar
biasa, dan biasanya dapat mempercepat reaksi sampai beberapa juta kali. Sampai
kini lebih dari seribu enzim telah dapat diketahui sifat-sifatnya dan jumlah
tersebut terus bertambah.Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan
kimia dalam system biologis.
b.
Alat pengangkut dan
alat penyimpan
Banyak molekul dengan Berat molekul serta beberapa ion
dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu.Misalnya
hemoglobin mengankut oksigen dalam eritosit, sedang mioglobin mengankut oksigwn
dalam otot.Ion besi diangkut dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan
dalam hati sebagai kompleks dengan feritin, suatu protein yang berbeda dengan
transferin.
c.
Pengatur pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging; gerakan otot
terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.Pergerakan
flagella sperma disebabkan oleh protein.
d.
Penunjang mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan
adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk
serabut.
e.
Pertahanan
tubuh/Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu
suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda
asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain.
Protein dapat membedakan benda-benda yang menjadi anggota tubuh dengan
benda-benda asing.(7)
4. Metabolisme
Tubuh dapat mensintesis 100.000
sampai 140.000 protein yang berbeda dalam berbagai bentuk fungsi dan struktur
yang terdiri dari susunan kombinasi 20 asam amino. Dalam kondisi normal,
protein sel secara terus menerus mengalami recycle di dalam sitosol. Ikatan
peptide akan dipecah dan asam amino bebas akan digunakan kembali untuk membuat
protein baru. Jika sumber energy lainnya tidak mencukupi mitokondria akan
membuat ATP dengan cara memecah asam amino di dalam TCA.
2.4 Lipid
1. Klasifikasi
Klasifikasi lipid berikut ini merupakan hasil modifikasi
klasifikasi Bloor:
a.
Lipid sederhana:
ester asam lemak dengan berbagai alkohol
1)
Lemak: ester asam
lemak dengan gliserol. Lemak yang berada dalam keadaan cair dikenal sebagai
minyak
2)
Malam: ester asam
lemak dengan alkohol monohidrat berbobot molekul lebih tinggi.
b.
Lipid Kompleks:
ester asam lemakyang mengandung gugus-gugus lain disamping alkohol dan lemak
1)
Fosfolipid:
kelompok lipid yang mengandung asam lemak dan alkohol, juga mengandung residu
asam fosfat. Lipid ini sering mempunyai basa yang mengandung nitrogen dan
dubtituen lain, misal, pada pada gliserofosfolipid, alkohol yang dimilikinya
adalah adalah gliserol dan alkohol pada sfingofosfolipid adalah sfingosin.
2)
Glikolipid:
kelompok lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin, dan karbohidrat
3)
Lipid kompleks
lain: lipid seperti sulfolipid dan aminolipid. Lipoprotein juga dapat dimasekan
ke dalam kategori ini.
c.
Prekursor dan
derivat lipid: kelompok ini mencakup asam lemak, gliserol, steroid, steroid,
senyawa alkohol selain gliserol serta sterol, aldehid lemak dan badan keton,
hidrokarbon, vitamin larut lemak, serta berbagai hormon.(8)
Klasifikasi menurut Lehninger
a.
Lipid komplek (yang
bisa mengalami saponifikasi) contoh : trigliserida
b.
Lipid sederhana
(yang tidak bisa mengalami saponifikasi karena tidak mengandung gliserol). Contoh : terpen,
steroid, prostaglandin dll.(9)
2.
Struktur
a.
Asam lemak
Asam lemak dibentuk apabila terjadi kelebihan kalori
dalam makanan. Sumber karbon utama untuk pembentukan asam lemak adalah
karbohidrat makanan. Kelebihan kalori dari protein makanan juga dapat mendorong
pembentukan asam lemak. Dalam hal ini, sumber karbonnya adalah asam amino yang
dapat diubah menjadi asetil KoAatau aneka zat-antara dalam siklus asam
trikarboksilat (ATK). Pada manusia, pembentukan asam lemak terutama terjadi di
hati, walaupun juga dapat berlangsung di jaringan adiposa.
Asam lemak yang terdapat dalam lemak alami biasanya
adalah turunan rantai-lurus yang mengandung atom karbon berjumlah genap. Rantai
tersebut dapat jenuh (tidak mengandung ikatan rangkap) atau tidak jenuh
(mengandung satu atau lebih ikatan rangkap) (Gambar 5.11).(10)
b.
Fosfolipid
Sel tidak dapat hidup tanpa salah satu tipe lipid yaitu
fosfolipid. Fosfolipid bersifat esensial bagi sel karena merupakan komponen
membran sel. Struktur fosfolipid merupakan contoh klasik bagaimana bentuk
sesuai dengan fungsi pada tingkat molecular. Seperti yang ditunjukkan pada peraga
5.13, fosfolipid mirip dengan molekul lemak namun hanya memiliki dua asam lemak
yang melekat ke gliserol, bukan tiga. Gugus hidroksil ketiga pada gliserol
bergabung dengan suatu gugus fosfat, yang memiliki muatan listrik negative.
Molekul-molekul kecil tambahan, yang biasanya bermuatan atau polar, bias
ditautkan ke gugus fosfat untuk membentuk berbagai macam fosfolipid.
Kedua ujung fosfolipid menunjukkan perilaku yang berbeda terhadap air. Ekor hidrokarbon bersifat hidrofobik dan dijauhkan dari air. Akan tetapi, gugus fosfat dan molekul yang melekat pada gugus ini membentuk kepala hidrofilik yang memiliki afinitas terhadap air. Ketika ditambahkanke air, fosfolipid menyusun diri membentuk agregat berlapis dua/lapisan ganda(bilayer). Yang mana lapisan ini bertujuan untukmelindungi bagian hidrofobiknya dari air.
Pada permukaan sel, fosfolipid tersusun dalam
lapisan-lapisan yang serupa. Kepala hidrofilik molekul ini terletak di luar
lapisan-ganda, bersentuhan dengan larutan berpelarut air (equeous solution) di
dalam dan di luar sel. Ekor yang hidrofobik mengarah ke interior lapisan-ganda, menjauhi air.
Lapisan-ganda fosfolipid membentuk perbatasan antara sel dan lingkungan
sekitarnya; faktanya, sel tidak mungkin ada tanpa fosfolipid.
c.
Steroid
Steroid adalah lipid yang ditandai dengan suatu kerangka
karbon yang terdiri atas empat cincin yang menyatu(peraga 5.15). Steroid yang
berbeda memiliki gugus kimia yang bervariasi dalam gugus fungsional yang
terikat dengan kumpulan cincin ini. Salah satu steroid, yaitu kolestrol,
merupakan komponen umum membran sel hewan dan juga merupakan precursor (senyawa
pendahulu) yang mana dari precursor ini steroid lain yang akan disintesis.
Banyak hormone, termasuk hormone seks vertebrata, merupakan steroid yang
dihasilkan dari kolestrol. Dengan demikian, kolestrol merupakan molekul penting
dalam tubuh hewan, meskipun dalam konstenrasi tinggi dalam darah akan
menyebabkan aterosklerosis. Selain itu lemak jenuh dan lemak trans juga dapat
mempengaruhi kesehatan dengan cara mempengaruhi kadar kolesterol.(3)
3. Fungsi
a. Lemak di adipose berfungsi sebagai isulator panas di
jaringan subkutan dan disekitar organ tertentu.
b. Sebagai insulator listrik dan memungkinkan penjalaran
gelombang depolarisasi di sepanjang saraf bermielin.
c. Kombinasi lipid dan protein (lipoprotein) di membran sel
berfungsi sebagai pengangkut lipid dalam darah.(1)
4.
Metabolisme
Metabolisme
Struktur lipid
Image copyright by Tortora GJ,
Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. Hoboken, NJ: John Wiley
& Sons; 2009.
e.
Transport Lipid
Oleh Lipoprotein
Kebanyakan lipid,
contohnya triglycerides, bersifat non-polar dan
bersifat sangat hidrofobik dan tidak dapat larut dalam air. Agar bisa larut
dalam aliran darah, beberapa mokekul
harus dikombinasikan dengan protein yang diproduksi oleh hati dan usus.
Kombinasi dari lipid dan protein tersebut dikenal sebagai lipoprotein, partikel
spiral dengan bagian luar adalah protein, fosfolipid, dan molekul kolesterol
yang menyelubungi bagian dalam yang terdiri atas trigliserol dan lipid lainnya.
Lipoprotein
Image copyright by Tortora GJ,
Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. Hoboken, NJ: John Wiley
& Sons; 2009.
Protein yang berada di bagian
luar disebut spoprotein (apo). Untuk membantu lipoprotein agar lebih larut di
cairan tubuh, setiap apoprotein memiliki fungsi yang spesifik.
Chylomicrons, yang dibentuk di
epitel membran selaput lendir sel di usus kecil, mentranspor makanan yang
berbentuk lipid ke jaringan adiposa sebagai cadangan. Terdiri atas 1-2%
protein, 85% trigliserol, 7% fosfolipid, dan 6-7% kolesterol, ditambah dengan
sedikit vitamin larut air. Chylomicrons
memasuki daerah lacteals dari villi
usus dan dibawa oleh getah bening ke dalam sirkulasi. Hal ini membuat plasma
darah tampak berwarna seperti susu, namun hanya bertahan di darah selama
beberapa menit. Saat chylomicrons bersirkulasi melalui kapiler jaringan
adiposa, salah satu appoprotein, apo C-2, mengaktifkan endothelial lipoprotein lipase, yaitu
enzim yang menghilangkan asam lemak dari trigliserol chylomicrons. Ketiga asam
lemak tersebut kemudian dibawa oleh sdiposit untuk sintesis dan disimpan
sebagai trigliserol dan oleh sel otot diproduksi sebagai ATP. Hepatosis
melepaskan sisa-sisa chylomicrons dari darah dengan reseptor mediasi
endositosis.
f.
Katabolisme Lipid
Untuk mengubah
trigliserol menjadi ATP, trigliserol tersebut terlebih dahulu harus dipisahkan menjadi gliserol dan asam lemak.
Proses ini disebut dengan lipolysis. Hal ini dilakukan agar otot, hati, dan
jaringan adiposa dapat mengoksidasi asam lemak. Lipolisis dikatalis oleh enzim
lipase. Epinephrine dan non-epinephrine membantu pemisahan gliserol dan asam
lemak pada trigliserol. Hormon tersebut dilepaskan saat kerja otot simpatik
meningkst, contohnya saat berolahraga. Hormon lipolisis lainnya termasuk
cortisol, hormon tiroid, dan insulinelikr growth factors.
Jalur metabolisme lipid
Gliserol dan asam
lemak yang dihasilkan pada proses lipolisis dikatabolis dengan jalur berbeda.
Gliserol dikonversi oleh sel-sel tubuh menjadi gliseroldehid-3-fosfat, salah
satu senyawa juga dibentuk selama katabolisme glukosa. Jika suplai ATP di dalam
sebuah sel tinggi, gliseroldehid-3-fosfat dikonversi menjadi glukosa, salah
satu contoh dari glukoneogenesis. Apabila suplai ATP di dalam sel rendah,
gliseroldehid-3-fosfat memasuki jalur katabolisme menjadi asam piruvat. Asam
lemak dikatabolis berbeda dengan gliserol dan mengahasilkan lebih banyak ATP.
Tahap pertama dalam katabolisme asam lemak disebut dengan oksidasi beta,
terjadi di matriks mitokondria. Enzim menghilangkan dua atom karbon pada saat
yang bersamaan dari rantai panjang karbon yang membentuk asam lemak dan
mengikatkan hasil fragmen dua karbon ke
koenzim-A, membentuk asetil-CoA. Kemudian, CoA memasuki siklus krebs.
Sebagai bagian dari
katabolisme normal asam lemak, hepatosit dapat mengambil dua molekul asetil-CoA
pada saat yang bersamaan, dan memadatkannya menjadi acetoacetic acid. Reaksi
ini melepaskan banyak CoA yang tidak dapat berdifusi di luar sel. Beberapa
acetoacetic acid dikonversikan menjadi beta-hydroxybutyric acid dan
acetone. Formasi dari ketiga substasi, secara
kolektif merupakan badan keton, ini dikenal dengan ketogenesis. Karena badan
keton berdifusi secara bebas melalui membran plasma, badan keton meninggalkan
hepatosit dan memasuki aliran darah.
Sel lain mengambil acetoacetic acid dxan mengikat keempat atom karbonnya
ke dua molekul koenzim-A untuk membentuk dua molekul asetil-CoA, yang kemudian
dapat masuk ke dalam siklus krebs untuk oksidasi.
g. Anabolisme Lipid
Sel hati dan sel adiposa dapat
mensintesis lipis dari glukosa atau asam amino melalui lipogenesis, yang mana
disimulasikan oleh insulin. Lipogenesis terjadi saat seseorang mengonsumsi
lebih banyak kalori dibandingkan yang dibutuhkannya untuk memproduksi ATP.
Kelebihan karbohidrat, protein, dan
lemak akan sama-sama dikonversi men jadi trigliserol. Asam amino tertentu dapat
melalui beberapa reaksi berikut: asam amino→ asetil-CoA→ asam lemak→
trigliserol. Penggunaan glukosa untuk membentuk lipid dapat dilakukan dalam dua
jalur: (1) glukosa→gliseroldehid-3-fosfat→gliserol, dan (2) glukosa→
gliseroldehid-3-fosfat→asetil-CoA→asam lemak. Hasil akhir berupa gliserol dan
asam lemak dapat menjalani reaksi anabolik untuk menjadi cadangan trigliserol,
atau dapat pula melalui rangkaian reaksi anabolik untuk memproduksi lipid jenis
lain, seperti lipoprotein, fosfolipid, dan koleterol.(4)
2.5 Asam Nukleat
1. Klasifikasi
Asam nukleat dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a.
DNA
(deoxyribonucleic acid)
DNA mengandung empat nukleotida, yaitu:
·
Deoksiadenosin
monofosfat yang terdiri dari basa adenine, gula deoksiribosa dan fosfat.
·
Deoksiguanosin
monofosfat yang terdiri dari basa guanine, gula deoksiribosa dan fosfat.
·
Deoksisitidin
monofosfat yang terdiri dari basa sitosin, gula deoksiribosa dan fosfat.
·
Deoksitimidin
monofosfat yang terdiri dari basa timin, gula deoksiribosa dan fosfat.
b.
RNA (ribonucleic
acid)
RNA mengandung empat nukleotida, yaitu:
·
Adenosin monofosfat
yang terdiri dari basa adenine, gula ribosa dan fosfat.
·
Guanosin monofosfat
yang terdiri dari basa guanine, gula ribosa dan fosfat.
·
Sitidin monofosfat
yang terdiri dari basa sitosin, gula ribosa dan fosfat.
·
Uridin monofosfat
yang terdiri dari basa urasil, gula ribosa dan fosfat.(1)
2. Struktur
Asam nukleat merupakan polimer nukleotida dari ratusan,
ribuan, bahkan jutaan nukloetida yang tergabung satu sama lain melalui ikatan
fosfodiester. Ukuran asam nukleat bervariasi antara 25.000/1000.000 sampai
1000.000.000. monomer asam nukleat, baik DNA maupun RNA , tersusun dari
nukleotida yang berasal dari penggabungan gugus fosfat, basa nitrogen, dan gula
pentose. Basa nitrogen berasal dari kelompok purin dan primidin . purin asam
nukleat dalah adenine dan guanine, sedangkan primidinny adalah sitosin, timin,
dan urasil.
Polinukleotida asam nukleat
mempunyai struktur tulang punggung yang terdiri atas gugus-gugus pentosa dan asam fosfat secara bergantian,
sedangkan gugus-gugus basa purin atau primidinnya merupakan rantai samping dan
terikat pada gugus pentose pada tulang punggung tersebut. Pada molekul DNA ,
tempat atom c-4’ didalam rantai gula
digunakan untuk pembentukan ikatan siklik atom c-2’ tdak membawa gugus hidroksida pada atom c-3’ dan atom c-5’ yang
masih dapat melakukan ikatan internukleotida.
Dalam molekul, RNA
masih mempunyai gugus hidroksida pada posisi 2’ sehingga masih mungkin terjadi
ikatan 2’,5’ disamping ikatan 3’,5’
seperti pada molekul DNA.(11)
3. Fungsi
Asam nukleat
(polinukleotida) adalah suatu polimer yang terdiri atas banyak monomer
nukleotida; yang berfungsi sebagai cetak biru untuk protein dan, melalui kerja
protein, untuk semua aktivitas seluler.
Terdapat dua
jenis asam nukleat; asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukeat (RNA).
Base structure of RNA
Base
structure of DNA
Asam-asam
nukleat ini adalah molekul-molekul yang membuat organisme hidup dapat
mereproduksi komponen-komponen kompleksnya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Asam nukleat menyimpan dan menghantarkan informasi herediter secara turun
temurun. DNA adalah suatu makromolekul beruntai ganda dan berbentuk heliks
dengan basa yang menonjol ke bagian dalam molekul tersebut. DNA menyimpan
informasi untuk sintesis protein spesifik, sedangkan RNA membawa informasi
genetik ini sampai ke perkakas sintesis protein.
Untaian
asam nukleat yang merupakan polimer nukleotida itu sendiri terdiri atas
monomer-monomer nukleotida yang terdiri atas suatu pentosa yang terikat secara
kovalen dengan suatu gugus fosfat dan dengan salah satu dari basa nitrogen yang
berbeda (A, G, C, dan T atau U). Dalam pembuatan polinukleotida,
nukleotida-nukleotida menyatu untuk membentuk suatu tulang belakang gula-fosfat
yang merupakan asal dari basa nitrogen. Urutan basa di sepanjang gen akan
menspesifikasi sekuen asam amino suatu protein tertentu.(3)
4. Metabolisme
Sintesis Purin
Ada tiga proses yang berperan dalam biosintesis
nukleotida purin. Ketiga proses tersebut, diurutkan mulai dari yang paling
penting, yaitu:
a.
Sintesis dari zat
antara amfibolik (sintesis de novo)
b.
Fosforibosilasi
purin
c.
Fosforilasi
nukleosida purin
Perubahan purin, ribonukleosida, dan
deoksiribonukleosidanya menjadi mononukleotida memerlukan apa yang disebut
sebagai ”reaksi penyelamatan” (salvage reaction). Reaksi ini jauh lebih sedikit
memerlukan energy disbanding sintesis de novo. Mekanisme yang lebih penting
melibatkan fosforibosilasi oleh PRPP. Purin bebas (Pu) untuk membentuk purin
5’-mononukleotida (Pu-RP).
Dua fosforibosil transferase kemudian mengubah adenine
menjadi AMP, serta mengubah hipoxantin dan guanine menjadi IMP atau
GMP.Mekanisme “penyelamatan” kedua melibatkan transfer fosforil dari ATP ke
ribonukleosida purin (PuR)
Adenosin kinase mengatalisis fosforilasi adenosin dan
deoksiadenosin menjadi AMP dan dAMP, dan deoksisitidin kinase memfosforilasi
deoksisitidin dan 2’-deoksiguanosin menjadi dCMP dan dGMP.
Hepar, sebagai tempat utama biosintesis nukleotida purin,
menyediakan purin dan nukleosida purin untuk “diselamatkan” dan digunakan oleh
jaringan-jaringan yang tidak mampu membentuk kedua zat tersebut. Contohnya,
otak manusia memiliki PRPP glutamil amidotransferase dalam kadar rendah
sehingga bergantung pada purin eksogen. Eritrosit dan leukosit polimorfonuklear
tidak mampu menyintesis 5-fosforibosilamin sehingga menggunakan purin eksogen
untuk membentuk nukleotida.
Karena membutuhkan glisin, glutamine, turunan
tetrahidrofolat, aspartat, serta ATP, biosintesis IMP bermanfaat dalam regulasi
biosintesis purin. Hal yang paling menentukan laju biosintesis nukleotida purin
de novo adalah konsentrasi PRPP, laju sintesis, pemakaian, dan penguraiannya.
Laju sintesis PRPP bergantung pada ketersediaan ribose 5-fosfat dan pada
aktivitas PRPP sintase, suatu enzim yang peka terhadap inhibisi umpan-balik
AMP, ADP, GMP, dan GDP.
Manusia mengubah adenosine dan guanosin menjadi asam
urat. Adenosin mula-mula diubah menjadi inosin oleh adenosine deaminase. Selain
pada primate tingkat tinggi, uratase (uricase) mengubah asam urat menjadi
alatoin, suatu produk yang larut-air pada mamalia. Namun, karena manusia tidak
memiliki uratase, produk akhir metabolism purin adalah asam urat.(10)
Sintesis Pirimidin
1.
Sintesis Karbamoil
fosfat
Tahapan yang diatur di jalur ini adalah sintesis
karbamoil fosfat dari glutamine dan CO2, yang dikatalisis oleh
karbamoil fosfat sintase II (CPS II). CPS II dihambat oleh UTP dan diaktifkan
oleh ATP dan PRPP.
2.
Sintesis asam
orotat
Tahapan kedua dalam sintesis pirimidin adalah pembentukan karbamoilaspartan yang dikatalisis oleh aspartat transkarbamoilase. Cincin pirimidin kemudian secara tertutup secara hidrolitik oleh dihidroorotase. Dihidroorotat yang dihasilkan kemudian teroksidasi untuk menghasilkanm asam orotat. Enzim yang menghasilkan orotat, yakni dihidroorotat dehidrogenase.
3.
Pembentukan
nukleotida pirimidin
Cincin pirimidin yang sudah terbentuk diubah menjadi
nukleotida orotidin 5’-monofosfat (OMP). Enzim orotat fosforibosil transferase
menghasilkan OMP dan melepaskan pirofosfat. OMP yang merupakan induk dari
mononukleotida pirimidin, akan diubah menjadi uridin monofosfat (UMP) oleh
orotidilat dekarboksilase.
4.
Sintesis uridin trifosfat dan sitidin trifosfat
Sintesis uridin trifosfat dan sitidin trifosfat
Sitidin trifosfat (CTP) dihasilkan melalui aminasi UTP
oleh CTP sintetase.
5.
Sintesis timidin
monofosfat dari dUMP
dUMP diubah menjadi dTMP oleh timidilat sintase, yang
menggunakan N5, N10-metilen tetrahidrofolat sebagai
sumber gugus metil.(12)
2.6
Denaturasi
Denaturasi
adalah suatu keadaan protein, yang mana protein tersebut bisa terbuka dan
kehilangan konformasi aslinya karena agen denaturasi, seperti pH, konsentrasi
garam, suhu, bahan kimiawi, dan aspek lingkungannya diubah. Suhu denaturasi protein
terjadi pada suhu 55° - 75° dan laju denaturasi dapat mencapai 600 kali untuk
tiap kenaikan 10°. Yang terjadi jika protein tersebut terdenaturasi yaitu :
·
Berubah
bentuk, hal ini dikarenakan agen denaturasi berupa bahan kimiawi dapat merusak
atau mengganggu ikatan hidrogen, ikatan ionik, dan jembatan disulfida yang
seharusnya berfungsi memepertahankan bentuk protein
·
Setelah
berubah bentuk, protein yang terdenaturasi tersebut terganggu aktivitasnya dan
inaktif secara biologis
·
Protein
kehilangan kelarutan, hal ini karena lapisan bagian dalam yang bersifat
hidrofobik akan keluar, sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofilik akan
terlipat ke dalam. Pelipatan terjadi bila protein mendekati pH isoelektrik,
yang mana protein mengalami denaturasi akan kehilangan kelarutan dan mengendap
karena gugus-gugus yang bermuatan positif dan negatif dalam jumlah yang sama
atau netral, yang disebut keadaan titik isoelektrik.
·
Denaturasi
dapat terjadi secara reversibel dan irreversibel.
Ø Denaturasi reversibel yaitu kerusakan yang
masih mempunyai fungsi yang baik. contohnya pada telur rebus, secara fisik
berubah bentuk yaitu memadat, namun protein masih berfungsi baik
Ø Denaturasi irreversibel yaitu kerusakan
total. Contohnya pada telur dadar, protein mudah terdenaturasi karena tegangan
muka yang terjadi bila telur diaduk hingga berbuih dan adanya panas saat
penggorengan sehingga fungsi protein berkurang.(3)
2.7
Srtuktur dasar asam
amino
Terdapat kumpulan senyawa organik yang mengandung gugus
karboksil (COOH) dan gugus amino (NH2) atau menunjukan sifat asam
dan sifat basa; Asam amino juga merupakan satuan dari protein.
Fungsi asam amino yang terkait dalam proses metabolisme
sel adalah:
a.
Sebagai substrat
untuk sintesis protein
b.
Pemasok nitrogen
untuk sintesis senyawa yang mengandung nitrogen lain
c.
Sumber energi bila dikatabolisme.
Komponen dalam struktur dasar asam amino yaitu
terdapat gugus karboksilat gugus amino dan gugus R. pada gugus
karboksilat dan gugus amino semua asam amino protein terikat pada atom karbon yang sama (atom karbon alfa). Kecuali
glisin , atau alfa asam amino protein merupakan atom C asimetrik. Pada glisin
,atom C mengikat 2 atom hydrogen . Asam amino
protein lain menggantisatu
hydrogen tersebut dengan gugus –R
sehingga asam amino lain danggap sebagai turunan glisin. Gugus
karboksilatdan amino asam amino dapat mengalami ionisasi gugus karboksilat
dapat melepaskan ion hydrogen , sedangkan gugus aminnya dapatr menampung
prorton . jika hanya salah satu dari kedua gugus tersebut mengion maka akan
terbentukanion atau kation. Kation dibentuk oleh gugus amino yangb menampung
proton dan anion dibentuk oleh karboksilat yang melepaskan ion hydrogen. Asam
amino dapat juga mengalami ionsasi pada kedua gugusnya sehingga asam amino dapat mempunyai muatan posirtif sekaligus muatan negative disebut ion
zwitterions atau asam amino dipolar. Guugs karboksilat asam amino dapat
diesterefikasi dan dibuat klorida asam , hidrazida, anidrida, dan sebagainya.
Asam amino dapat juga bertindak sebagia zat silasi yang menghasilkan peptide.
Sementara itu, gugus amno asam amino dapat mengalami allkilasi misalnya dengan
gugus metal. Reaksi gugus amino dengan asam
nitrit akan menghasilkan asam amino hidroksi dengan membebaskan 1
molekul N2 . reaksi warna asam amino yang dikenal adalah reaksi asam
aminodengan ninhidrin untuk menentukan asam amino bebas secara kualitatif atau
kuantitatif.
2.8
Enzim
1.
Fungsi
Enzim berfungsi sebagai katalisator yang akan mempercepat
reaksi suatu kimia di dalam tubuh.(1)
2.
Faktor yang
Mempengaruhi Kerja Enzim
a.
Konsentrasi
substrat
Laju atau kecepatan suatu reaksi adalah jumlah molekul
substrat yang dikonversi menjadi produk per satuan waktu; kecepatan biasanya
ditampilkan sebagai µmol produk yang terbentuk per menit. Laju reaksi yang
dikatalisis enzim meningkat sesuai dengan konsentrasi substrat sampai kecapatan
maksimaldicapai. Berhentinya peningkatan laju reaksi pada saat konsentrasi
substrat yang tinggi mencerminkan kejenuhan terhadap substrat di semua tempat
pengikatan yang tersedia pada molekul enzim yang ada.
b.
Suhu
-
Peningkatan
kecepatan dengan suhu
Kecepatan reaksi meningkat sesuai dengan suhu sampai
puncak kecepatan tercapai. Peningkatan ini adalah hasil dari peningkatan jumlah
molekul yang memiliki cukup energy untuk melewati sawar energy dan membentuk
produk reaksi.
-
Penurunan kecapatan
dengan suhu yang lebih tinggi
Penaikan suhu yang lebih jauh menghasilkan penurunan
kecepatan reaksi sebagai akibat denaturasi enzim yang di induksi suhu
c.
pH
1)
Pengaruh PH pada
ionisasi tempat-aktif
Konsentrasi H+ memengaruhi kecepatan reaksi
melalui beberapa cara. Pertama, proses katalitik biasanya membutuhkan enzim dan
substrat yang memiliki gugus kimia yang spesifik baik dalam keadaan terionisasi
atau tidak terionisasi sehingga dapat berinteraksi. Contohnya, aktifitas
katalitik mungkin membutuhkan gugus amino enzim yang berada dalam bentuk yang
mengandung proton (-NH3+) pada PH alkali, gugus ini
mengalami pengurangan proton, sehingga laju reaksinya akan menurun.
2)
Pengruh PH pada
denaturasi enzim
pH yang ekstrem juga dapat menimbulkan denaturasi enzim
karena struktur pada molekul protein yang aktif secara katalitik bergantung
pada sifat ion rantai samping asam amino.
3)
pH optimum
berfariasi untuk enzim yang berbeda
Nilai pH di saat tercapainya aktifitas enzim yang
maksimum berbeda untuk enzim yang berbeda, dan sering kali mencerminkan (H+)
ketika enzim tersebut berfungsi di dalam tubuh. Contohnya, pepsin, suatu enzim
pencernaan di dalam lambung, aktif secara maksimal pada pH 2, sedngkan pada
enzim lain yang dirancang untuk bekerja pada pH netral, mengalami denaturasi
akibat lingkungan yang sedemikian asam.(12)
3.
Klasifikasi
a.
Oksidoreduktase,
mengatalis reaksi oksidasi dan reduksi
b.
Transferase,
mengatalis pemindahan gugus seperti gugus glikosil, metal dan fosforil
c.
Hidrolase,
mengatalis pemutusan ikatan dengan menambahkan molekul H2O
d.
Liase, mengatalis
pemutusan C-C, C-O, C-N dengan eliminasi atom yang menghasilkan ikatan rangkap
e.
Isomerase,
mengatalis perubahan geometric atau structural di dalam satu molekul
f.
Ligase,
mengatalis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan hidrolisis ATP.(1)
4.
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja enzim yaitu berupa katalis.
Dalam katalis, enzim mengandung molekul nonprotein kecil dan ion logam yang
ikut serta secara langsung yang disebut gugus prostetik, kofaktor, dan koenzin
yang berperan aktif.
·
Gugus
prostetik
Gugus prostetik terintegrasi erat ke dalam struktur protein. Logam adalah
gugus prostetik yang paling sering dijumpai. Sepertiga dari semua enzim mengandung
ion-ion logam yang terikat erat dan disebut metaloenzim. Ion-ion logam yang
ikut serta dalam reaksi redoks umumnya berikatan dengan gugus prostetik,
misalnya heme atau besi-sulfur. Logam mempermudah pengikatan dan orientasi
substrat, pembentukan ikatan kovalen dengan zat-zat antara reaksi (Co2+ pada
koenzim B12), atau berinteraksi dengan substrat untuk menyebabkannya
lebih eektrofilik (kekurangan elektron) atau nukleofilik (kaya elektron).
·
Kofaktor
Kofaktor berikatan secara transien dan mudah terlepas dengan enzim atau
substrat, misalnya ATP. Kofaktor harus terdapat dalam medium di sekitar enzim
agar katalisis dapat terjadi. Enzim yang memerlukan kofaktor ion logam disebut
enzim yang diaktifkan oleh logam (metal-actived enzymes).
·
Koenzim
Koenzim berfungsi untuk pengangkut atau bahan pemindah gugus yang dapat
didaur-ulang dan memindahkan banyak substrat dari tempat pembentukannya ke
tempat pemakaiannya. Ikatan dengan koenzim dapat menstabilkan substrat, seperti
atom hidrogen atau ion hidrida yang tidak stabil dalam lingkungan cair sel.
Gugus kimia lain yang diangkut oleh koenzim yaitu gugus metil (folat), gugus
asil (koenzim A), dan oligosakarida (dolikol).
Katalis enzim terjadi dibagian aktif, yang
mana spesifisitas substrat yang ekstrem dan efisiensi katalik enzim yang tinggi
mencerminkan adanya lingkungan khusus hanya untuk satu reaksi tertentu.
Lingkungan inilah yang disebut bagian/tempat aktif (active side) yang umumnya
berbentuk celah atau kantung yang terletak pada pertemuan antara subunit-subunit
dan merekrut residu-residu dari lebih satu monomer. Bagian aktif ini melindungi
substrat dari pelarut dan mempermudah katalis. Substrat mengikat bagian aktif
di regio yang bersifat komplementer dengan bagian substrat yang tidak mengalami
perubahan kimiawi sewaktu reaksi berlangsung. Bagian aktif juga mengikat dan
mengarahkan kofaktor atau gugus prostetik.
Beberapa mekanisme enzim untuk mempermudah
katalis yaitu :
1)
Katalis
karena Kedekatan
Molekul-moleku harus berada dalam jarak yang
dekat agar dapat bereaksi membentuk ikatan satu sama lain. Semakin tinggi
konsentrasinya, semakin sering moelkul-molekul bertemu satu sama lain dan
semakin besar laju reaksinya. Ketika mengikat molekul substrat di bagian
aktifnya, enzim menciptakan suati regio dengan konsentrasi lokal yang tinggi
dan secara spasial untuk mengatur arah moelkul-molekul substrat sehingga
memperoleh posisi ideal untuk berinteraksi. Hal ini menyebabkan laju reaksi
meningkat sedikitnya seribu kali lipat.
2)
Katalis
Asam-Basa
Gugus-gugus fungsional yang dapat terionisasi
pada rantai samping aminosil dan (jika ada) pada gugus prostetik berperan dalam
katalis sebagai asam atau basa. Katalis ini bersifat spesifik dalam hal hanya
proton (H3O+) atai ion OH-. Laju reaksinya
peka terhadap perubahan dalam konsentrasi proton, tetapi tidak tergantung pada
konsentrasi asam lain (donor proton) atau basa (akseptor proton) yang terdapat
di dalam larutan atau di bagian aktif. Sedangkan reaksi yang lajunya responsif
terhadap semua asam atau basa yang ada disebut katalis asam umu atau basa umum.
3)
Katalis
dengan “Paksaan”
Enzim yang mengatalisis reaksi lisis
menyebabkan terputusnya ikatan kovalen baisanya mengikat susbtratnya dalam
konformasi yang sedikit kurang menguntungkan bagi ikatan yang akan putus
tersebut. Konformasi yang terjadi akan merenggangkan atau mendistorsi ikatan
sasaran, melemahkannya, dan menyebabkannya lebih rentan terputus.
4)
Katalis
Kovalen
Katalis kovalen melibatkan pembentukan suatu
ikatan kovalen antara enzim dan satu atau lebih substrat lalu menjadi suatu reaktan.
Katalis kovalen memasukkan suatu jalur reaksi baru dengan energi aktivasi
rendah dan lebih cepat. Setelah reaksi selesai, enzim kembali ke keadaan
sebelum termodifikasi. Katalis ini sering terjadi pada enzim-enzim yang
mengatalisis reaksi pemindahan gugus.(1)
Dalam mekanisme kerja, terdapat inhibitor
yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja enzim sendiri. Inhibitor enzim adalah
senyawa yang menurunkan kecepatan reaksi melalui pengikatan jenis inhibitor
sendiri ada tiga yaitu :
·
Inhibitor
kompetitif yaitu inhibitor yang berkompetisi dengan substrat untuk menempati
tempat pengikatan substrat, dan berikatan dengan bentuk enzim yang sama dengan
yang dilakukan substrat. Inhibitor ini biasanya analog struktural yang erat
dari substrat yang ia saingi. Peningkatan konsetrasi substrat dapat mengatasi
inhibisi kompetitif sewaktu konsentrasi substrat ditingkatkan ke kadar yang
cukup tinggi, tempat pengikatan substrat ditempati oleh substrat dan tidak ada
molekul inhibitor yang dapat terikat. Inhibitor kompetitif meningkatkan Km
enzim, tetapi tidak Vmax.
·
Inhibitor
Nonkompetitif
Inhibitor nonkompetitif tidak bersaing dengan substrat untuk menempati
tempat pengikatan yang sama dengan enzim. Inhibitor ini berikatan dengan enzim
dengan atau tanpa keberadaan substrat, dan peningkatan konsentrasi substrat
tidak dapat mencegah pengikatan inhibitor. Inhibitor menyebabkan penurunan
konsentrasi enzim aktif dan akan selalu mengubah Vmax enzim dan
dapat mengubah Km.app melalui pengikatan dengan afinitas berbeda
dengan bentuk enzim yang berbeda pula.
·
Inhibitor
Uncompetitive
Inhibitor Uncompetitive terjadi
pada reaksi multisubstrat dan hanya berikatan dengan kompleks enzim-substrat.
Inhibitor ini sering terjadi pada enzim yang memiliki urutan pengikatan
substrat yang teratur. Substrat pertama yang terikat menyebabkan perubahan
konformasi yang membuka tempat pengikatan kedua bagi kosubstrat atau inhibitor.
Inhibitor Uncompetitive menurunkan Km
dan Vmax.(1)
5.
Sifat –
Sifat Enzim
Sebagai suatu bahan yang penting dalam metabolisme, enzim
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.
Spesifisitas
Artinya
suatu enzim hanya dapat mereaksikan satu reaksi atau beberapa reaksi yang
sejenis saja.Contoh: peroksidase, disamping terhadap H2O2,
enzim tersebut dapat menguraikan beberapa hidroksida lainnya.Spesifisitas atau
reaksi enzimatik timbul akibat susunan tiga-dimensi residu asam amino pada
enzim yang membentuk tempat pengikatan untuk substrat dan mengaktifkan substrat
selama reaksi berlangsung.
b.
Bekerja sebagai
Biokatalisator
Yaitu
mempercepat reaksi kimia dengan jalan menurunkan energi aktivasi ( energi awal
yang diperlukan untuk memulai reaksi).Karena dengan adanya enzim maka tubuh
akan mempunyai kemungkinan untuk mengontrol kecepatan reaksi.
c.
Bekerja pada suhu
tertentu
Sebagian
besar enzim manusiajuga memiliki suhu optimum sekitar 37 derajat celcius.
Peningkatan suhu dari 0 derajat celcius menjadi 37 derajat celcius meningkatkan
kecepatan reaksi karena meningkatkan energy getaran substrat. Aktivitas
maksimum untuk sebagian besar enzim manusia berlangsung dekat suhu 37 derajat
celcius karena pada suhu yang lebih tinggi terjadi denaturasi (hilangnya
struktur tersier dan sekunder).
d.
Bekerja pada pH
tertentu
Penampakan
peningkatan kecepatan reaksi seiring dengan pergeseran pH dari tingkat yang
sangat asam menuju rentang fisiologis, dan penurunan kecepatan reaksi sewaktu
pH bergerak dari rentang fisiologiske rentang yang sangat basa.(6)
2.9
Enzim yang
Dihasilkan Pankreas
Enzim – enzim pancreas ini penting karena hampir mencerna
makanan secara sempurna tanpa adanya sekresi pencernaan lain. Ketiga jenis
enzim pancreas yang mampu mencerna ketiga kategori makanan: (1) enzim
proteolitik untuk mencerna protein, (2) amylase pancreas untuk pencernaan
protein, dan (3) lipase pancreas untuk mencerna lemak.
1.
Enzim Proteolitik
Pankreas
a.
Tripsinogen
Disekresikan dalam lumen duodenum di aktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin
Disekresikan dalam lumen duodenum di aktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin
b.
Kimotripsinogen
Disekresikan oleh tripsin menjadi kimotripsin
Disekresikan oleh tripsin menjadi kimotripsin
c.
Prokarboksipeptidase
Disekresiakn
oleh tripsin menjadi karbosipeptidase
2.
Enzim amilase
pancreas
Digunakan
untuk pencernaan karbohidrat mengubah polisakarida menjadi disakarida maltose.
3.
Lipase pankreas
Digunakan
untuk mencerna lemak manghidrolisis trigliserida makanan menjadi monogliserida
dan asam lemak bebas.(13)
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat
empat molekul penyusun komponen sel yaitu karbohidrat, lipid, protein, dan asam
nukleat
Daftar Pustaka
1. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27th ed.
Jakarta: EGC; 2009.
2. Sumardjo D. Pengantar
Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran & Program Strata I Fakultas
Bioeksakta. 2009: EGC; Jakarta.
3. Reece JB, Campbell NA.
Campbell biology / Jane B. Reece ... [et al.]. Boston: Benjamin Cummings :
imprint of Pearson; 2011.
4. Tortora G, Derrickson B.
Principles of Anatomy and Physiology. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons; 2009.
5. Asmadi. Teknik Prosedular
Konsp & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika;
2008.
6. Marks DB, Marks AD, Smith
CM. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta: EGC; 2012.
7. Winarno FG. Kimia Pangan
dan Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama; 2002.
8. Murray RK, Granner DK,
Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
9. Lehninger AL. Lehninger
Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga; 2009.
10. Murray RK, Granner DK, Mayes
PA, Rodwell VW. Harper’s Illustrated Biochemistry. McGraw-Hill Medical
Publishing Division; 2006. 705 p.
11. Toha AHA. Ensiklopedia
Biokimia & Biologi Molekuler. Jakarta: EGC; 2011.
12. Champe PC, Harvey RA,
Ferrier DR. Biokimia Ulasan Bergambar. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2010.
13. Sherwood L. Fisiologi
Manusia: Dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2011.
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment